
Lensa Bola – Lionel Messi kembali menorehkan momen bersejarah ketika ia mencetak gol indah ke gawang Venezuela dalam laga lanjutan kualifikasi piala dunia 2026 Zona Conmebol. Pertandingan yang digelar di Stadio Monumental Buenos Aires Jumat pagi 5 September waktu Indonesia Barat tersebut menjadi sorotan dunia karena diberitakan sebagai laga kandang kompetitif terakhir Messi bersama dengan tim Tengo. Sang mega bintang yang kini berusia 38 tahun menandai momen emosional ini dengan catatan yang begitu identik dengan dirinya yaitu gol indah.
Pada menit ke-39 setelah menerima umpan matang dari Julian Alvarez, Messi dengan tenang melesakan bola dengan teknik chip melewati kiper dan tiga pemain bertahan Venezuela. Proses gol itu berawal dari skema serangan rapi ketika Leandro Paredes mengirimkan umpan akurat ke Alvarez yang berhasil lolos dari penjagaan. Alvarez kemudian memberikan asis pendek kepada Messi yang berada di posisi sentral.
Tanpa banyak keraguan, Messi menggunakan kreatifitas dan ketenangannya untuk menuntaskan peluang tersebut dengan elegan. Sorak-sorai penonton yang memadati stadio monumental pun meledak disertai tepuk tangan meriah dan standing ovation untuk sang kapten. Gol ini sekaligus menjadi gol ke-113 Messi bersama dengan timnas Argentina dan yang ketujuh di kualifikasi piala dunia 2026 menempatkannya sejajar dengan penyerang Colombia Luis Diaz di puncak daftar pencetak gol kompetisi tersebut.
Namun, drama emosional dalam laga ini sudah terasa bahkan sebelum fluid kick-off dibunyikan. video yang beredar luas di media sosial, Messi terlihat berkaca-kaca saat menjalani sesi pemanasan. Ekspresi penuh emosi tersebut terekam jelas ketika layar raksasa stadion menyorot wajahnya.
Media internasional seperti Fox Soccer melaporkan bahwa Messi tampak menangis saat menjalani pemanasan jelang pertandingan yang disebut-sebut menjadi laga kualifikasi terakhirnya di Argentina. Momen ini semakin menegaskan betapa istimewanya laga melawan Venezuela tersebut bukan sekedar sebagai pertandingan formalitas, melainkan juga sebagai babak penutup perjalanan panjang Messi membela Argentina di kandang sendiri secara kompetitif. Suasana emosional semakin terasa saat lagu kebangsaan Argentina dikumandangkan.
Messi terlihat berusaha keras menahan tangis, terlebih karena ia ditemani oleh ketiga putranya, yaitu Thiago, Mateo, dan Ciro yang ikut mendampingi sang ayah dalam momen bersejarah ini. Dengan status Argentina yang sudah memastikan tiket ke piala dunia 2026, laga kontra Venezuela ini memang menjadi pertandingan kandang terakhir Argentina diajang kualifikasi. Setelahnya, tim asuhan Lionel Scaloni dijadwalkan melakoni laga tandang terakhir ke markas Ecuador pada 9 September mendatang.
Artinya, publik Argentina tidak akan lagi melihat Messi bermain di depan mereka dalam laga resmi, setidaknya hingga kualifikasi piala dunia 2030 dimulai pada 2027. Pelatih Lionel Scaloni pun mengakui bahwa laga ini sangat emosional bagi seluruh tim, terutama bagi Lionel Messi. Meski demikian, ia berharap masih bisa mempersembahkan laga perpisahan yang lebih layak bagi kaptennya di masa depan, meski hanya dalam format uji coba atau laga persahabatan.
Ya, ini adalah pertandingan yang Leo katakan akan emosional, istimewa dan menyenangkan, karena memang benar ini adalah laga kualifikasi terakhir kami di Argentina. Kami harus menikmatinya seperti yang selalu kami katakan, saya pribadi akan menikmatinya lebih dari siapapun, bisa melatihnya sungguh sebuah kehormatan, dan saya berharap para penggemar yang datang ke stadion juga merasakannya, dia pantas mendapatkannya. Scaloni menambahkan bahwa timnas Argentina akan memastikan ada laga penghormatan di masa depan, jika Messi memutuskan untuk benar-benar pensiun, karena kontribusinya untuk sepak bola Argentina dan dunia tidak ternilai.
Menariknya, Argentina sudah lama tidak menggelar laga uji coba di kandang sendiri, terakhir kali mereka melakukannya adalah pada Marek 2023, setelah menjuarai Piala Dunia 2022, dan sejak saat itu hanya pertandingan resmi yang dimainkan di markas mereka. Perjalanan karir Messi di timnas Argentina memang penuh drama dan kisah inspiratif. Pada tahun 2016, Messi sempat mengejutkan dunia ketika mengumumkan pensiun dari timnas, setelah dua kali gagal di final Copa America.
Tekanan besar dari publik, kritik pedas dari media, dan rasa kecewa pribadi membuat Messi merasa lelah. Namun, kecintaannya terhadap negara asalnya tidak pernah padam. Dorongan dari rekan satu tim, keluarga dan penggemar, akhirnya membuatnya kembali mengenakan seragam biru-putih kebanggaan Argentina.
Keputusan untuk kembali ini menjadi titik balik besar. Messi mulai mengubah pendekatannya terhadap permainan, lebih menikmati momen di lapangan, dan belajar melepaskan sebagian beban yang selama ini ia tanggung. Kepemimpinannya pun berkembang pesat.
Ia tak hanya menjadi pemain andalan dengan skill luar biasa, tetapi juga menjadi sosok panutan yang memotivasi rekan-rekannya. Puncak kebangkitan Messi bersama dengan Argentina terjadi di Copa America 2021 di Brasil. Di Stadion Maracana, tempat ia pernah merasakan pahitnya kekalahan di final piala dunia 2014, Messi akhirnya meraih trofi internasional pertamanya bersama dengan timnas senior.
Kemenangan 1-0 atas Brasil di kandang lawan, menjadi momen yang tak terlupakan. Air mata kebahagiaan Messi saat mengangkat trofi menjadi simbol pelepasan beban yang telah ia pikul selama bertahun-tahun. Kemenangan tersebut menghapus stigma bahwa Messi tidak bisa membawa Argentina meraih gelar internasional, sekaligus menjadi awal dari babak baru kejayaannya.
Namun, kisah epik Messi tidak berhenti di sana. Dua tahun kemudian, ia memimpin Argentina di Piala Dunia 2022 di Qatar. Dalam momen penuh drama itu, Messi menunjukkan performa luar biasa dari fase grup hingga final.
Pertandingan puncak melawan Perancis, menjadi salah satu final piala dunia terbaik sepanjang sejarah, dengan Argentina menang melalui adu penalti. Setelah bermain imbang 3-3 selama 120 menit, Messi mencetak dua gol dalam laga tersebut dan terpilih sebagai pemain terbaik turnamen, mengukuhkan statusnya sebagai salah satu pesepak bola terbesar sepanjang masa. Dari kegagalan memilukan di 2014, hingga puncak kejayaan pada 2022, perjalanan Messi adalah kisah ketabahan, kerja keras dan dedikasi yang akan selalu dikenang dalam sejarah olahraga dunia.
Kisah kebangkitan Messi, juga menjadi pelajaran penting bagi para atlet muda. Kekalahan di final piala dunia 2014, bisa saja menghancurkan semangatnya. Tetapi, Messi justru menggunakan kegagalan itu sebagai bahan bakar untuk terus berkembang.
Dengan kerja keras, disiplin dan dukungan dari orang-orang terdekat, ia berhasil membalikkan narasi hidupnya. Dari pemain besar yang gagal di Timnas, menjadi legenda sejati yang membawa negara meraih trofi paling bergensi. Perjalanan ini membuktikan, bahwa kegagalan bukan akhir dari segalanya.
Justru, kegagalan bisa menjadi fondasi bagi kemenangan yang lebih manis. Kini, menjelang akhir karirnya, Messi tetap menjadi inspirasi di lapangan dan di luar lapangan. Meski usianya sudah menginjak 38 tahun, performanya bersama dengan Inter Miami dan Timnas Argentina masih impresif.
Kecerdasan bermain, visi luar biasa, serta kemampuannya membaca permainan, membuat Messi tetap menjadi ancaman utama bagi lawan. Gol kegawang Venezuela dalam laga emosional ini, menjadi bukti bahwa sentuhan magisnya tidak memudar meski waktu terus berjalan. Dengan piala dunia 2026 yang mungkin menjadi turnamen internasional terakhirnya, Messi berpeluang mengakhiri karir di Timnas dengan cara yang gemilang.
Sekaligus, mempertegas warisannya sebagai salah satu pesepak bola terbesar sepanjang sejarah. Laga melawan Venezuela di Estadio Monumental, tidak hanya menjadi catatan sejarah dalam perjalanan karir Messi, tetapi juga sebuah perayaan sepak bola Argentina. Ribuan supporter yang hadir menyaksikan momen itu, sadar bahwa mereka mungkin sedang melihat aksi terakhir sang legenda di tanah air.
Tepuk tangan panjang, nyanyian pendukung, dan air mata di tribun, menjadi bukti cinta yang mendalam dari publik Argentina kepada pemain terbaik yang pernah mereka miliki. Ketika sejarah menulis bab terakhir perjalanan Messi, momen-momen seperti ini akan terus dikenang sebagai bukti bahwa sepak bola bukan hanya tentang skor akhir, namun juga tentang emosi, perjuangan, dan cinta terhadap negara.