
Lensa Bola – Perjalanan FC Twente pada musim 2025-2026, memasuki babak baru dengan kedatangan pelatih berpengalaman asal Belanda John van den Brom. Pelatih berusia 58 tahun itu, resmi diperkenalkan sebagai Nahkhoda Anyar The Tukers. Senin 15 September 2025 waktu setempat, setelah manajemen klub memutuskan untuk berpisah dengan Joseph Osting pada awal September.
Keputusan ini menjadi langkah penting sekaligus sinyal bahwa klub ingin segera bangkit dari periode sulit yang menimpa mereka di awal musim eredefisi. Van De Brom menandatangani kontrak hingga 30 Juli 2026, sebuah masa kerja yang cukup untuk memberi arah baru pada tim yang tengah mencari konsistensi. Sebelumnya, setelah pemecatan Osting pada 4 September, kursi kepelatian sempat diisi secara intrim oleh Ifar Van Dinteren.
Van Dinteren sendiri hanya mendampingi tim saat menghadapi Nac Breda pada akhir pekan kemarin. Namun, dengan penunjukan pelatih permanen, ia akan kembali ke posisi semula sebagai asisten. Situasi ini membuat Twente bisa segera bersiap menghadapi jadwal padat, termasuk pertandingan penting melawan Sparta Rotterdam pada hari Jumat.
Direktur olahraga Twente, Jan Strauer, menjadi salah satu sosok yang paling vokal menyambut kedatangan Van De Brom. Menurutnya, klub telah melalui periode penuh spekulasi mengenai kandidat pelatih baru. Nama-nama besar sempat dikaitkan dengan the Tukers, termasuk Mark Van Bommel hingga Erik Ten Hag.
Namun, manajemen memilih bergerak cepat mengamankan Van De Brom, terutama karena ia masih berstatus bebas tugas setelah terakhir melatih VTC musim lalu. Strauer menekankan bahwa pengalaman panjang Van De Brom, baik di level domestik maupun internasional, menjadi faktor krusial. Dia adalah pelatih berpengalaman yang telah membuktikan kemampuannya.
Dalam situasi kami saat ini, pengalaman tersebut sangat penting. Jan memahami area defisi dengan baik, dan yang lebih penting dia bisa langsung bergabung. Ia juga menambahkan bahwa komunikasi awal dengan Van De Brom menunjukkan semangat tinggi sang pelatih untuk segera bekerja.
Keyakinan besar juga disematkan pada kolaborasi antara Van De Brom, Van Binteren, dan jajaran staff lainnya. Bagi Van De Brom sendiri, kesepakatan ini menjadi kebanggaan sekaligus tantangan baru. Sepanjang karirnya, ia pernah melatih 8 klub di Belanda, termasuk AZ Alkmaar dan VTC, serta sempat menangani tim elit Belgia Anderlecht.
Rekam jejaknya juga merambat ke kancah internasional dengan pernah menangani Alta Aoun di Arab Saudi, dan Lech Poznan di Polandia. Bahkan, sebagai mantan pemain, ia tercatat mengoleksi 2 caps di tim Nesbilanda di awal 1990-an. Dengan latar belakang itu, tak heran, ia menyebut Twente sebagai klub fantastis yang layak berada di jajaran atas eredefisi.
Saya sangat menantikan pekerjaan ini. Saya bangga bisa berada di sini. Penting bagi saya untuk segera mengenal para pemain dan staff.
Kami akan bekerja keras agar secepat mungkin siap menghadapi lagam lawan Sparta Rotterdam. Menariknya, pengumuman Van De Brom hanya berselang beberapa jam setelah kabar lain dari Jerman, di mana Kevin Diks, Mees Hilgers di timnas Indonesia juga mengalami pergantian pelatih di klubnya Borussia Mönchengladbach. Gerardo Swan diberhentikan setelah gagal membuat tim meraih kemenangan maupun mencetak gol dalam 3 pekan awal Bundesliga.
Keterkaitan Van De Brom dengan pemain berdarah Indonesia sebenarnya bukanlah hal baru. Saat melatih Azad Alkmar pada periode 2014-2016, ia sempat membina Tom Haye, yang kini juga berstatus sebagai pemain naturalisasi timnas Indonesia. Tom Haye, kala itu menjadi salah satu favorit Van De Brom dengan diberi kesempatan tampil dalam 63 pertandingan lintas kompetisi.
Pengalaman itu menjadi catatan menarik karena kini ia kembali akan bekerja dengan pemain keturunan Indonesia lainnya yaitu Mess Hilgers. Namun, situasi Hilgers di FC Twente belakangan justru sarek drama. Bek tengah berusia 24 tahun itu, mengalami ketidakpastian setelah rencana pindah pada bursa transfer musim panas lalu gagal terrealisasi.
Ia sebenarnya sudah lama ingin meninggalkan Twente, bahkan rela absen pada FIFA Matchday timnas Indonesia bulan ini demi fokus mengurus transfer. Hilgers sempat dikaitkan dengan kepindahan ke Ligue 1 bersama dengan Stade Brest. Tetapi, transfer tersebut kandas, lantaran tes medis tidak sempat dilakukan sebelum jendela transfer ditutup.
Kondisi ini membuat Healers terpaksa bertahan setidaknya hingga Januari 2026 sesuai dengan pernyataan media Belanda Football Premier. Sejak awal musim, ia pun tak pernah dimainkan karena adanya potensi pindah. Bahkan, ketika Twente menjamu nak breda di Stadion Glos Veste Minggu 14 September 2025 dini hari, Hilgers hanya duduk di tribun penonton.
Ironisnya, ia menyaksikan langsung timnya kembali dipermalukan, kali ini dengan hasil imbang 2-2. Drama ini memperpanjang daftar ketegangan antara pemain dan klub. Mess Hilgers masih memiliki kontrak satu tahun lagi, sementara manajemen sebenarnya membutuhkan tenaganya untuk memperdalam lini belakang.
Situasi tersebut menempatkan Van De Brum dalam posisi penting. Pendekatan dan kebijakan yang akan ia ambil terhadap Hilgers bisa menjadi kunci masa depan sang pemain di Twente. Jika mampu membangun komunikasi positif, bukan tidak mungkin Mess akan kembali mendapatkan kepercayaan.
Sebaliknya, hubungan yang tidak terjalin baik bisa membuat pemain keturunan Manado itu semakin tersingkir dari squad utama. Dari perspektif klub, menjaga keharmonisan squad menjadi prioritas mendesak. Mess Hilgers adalah pemain dengan kualitas yang sudah teruji, baik di area defisi maupun bersama timnas Indonesia.
Kehadiran di lini pertahanan jelas akan menambah kedalaman, apalagi Twente tengah berusaha memperbaiki hasil kurang maksimal di awal musim. Di sisi lain, Mess Hilgers memiliki motivasi pribadi untuk menemukan tantangan baru setelah bertahun-tahun membela The Tookers. Van De Brum dengan segudang pengalamannya mungkin bisa menjadi figur yang menengahi.
Ia dikenal sebagai pelatih yang piawai mengelola pemain muda, sekaligus mampu membangun hubungan personal yang erat. Contoh nyata terlihat saat ia menumbuhkan kepercayaan kepada Tom Haye di Azad Alkmar. Jika pendekatan serupa bisa diterapkan kepada Hilgers, bukan tidak mungkin Sangbek akan kembali menemukan gairah bermain di Twente sembari menanti peluang baru di bursa transfer mendatang.