
Lensa Bola – Pertandingan perdana AFC Champions League Elite 2025-2026 mempertemukan dua raksasa Asia Tenggara, Buriram United asal Thailand melawan Johor Darul Ta’zim dari Malaysia. Laga yang digelar di Chang Arena Buriram ini menjadi sorotan besar, Terutama bagi publik Indonesia. Alasannya, dua bek naturalisasi timnas Indonesia Shayne Pattynama dan Sandy Wals tampil membela Buriram.
Sejak peluit awal dibunyikan, pertandingan langsung berjalan dalam tempo tinggi. Bahkan, hanya dalam waktu 30 detik, JDT sudah mengguncang publik tuan rumah lewat gol cepat dari Joao Figueiredo. Namun, kegembiraan tim tamu tidak bertahan lama.
Wasit utama asal Iran Alireza Fagani memutuskan menganulir gol tersebut setelah berkonsultasi dengan VAR. Tayangan ulang menunjukkan, Figueiredo lebih dulu menyentuh bola dengan tangan sebelum melepaskan tembakan. Keputusan itu membuat skor tetap 0-0, tetapi atmosfer pertandingan semakin panas.
Tak ingin dipermalukan di kandang sendiri, Buriram langsung merespons. Pada menit ke-7, Guilherme Bisoli berhasil menjebol gawang JDT setelah menerima umpan matang dari Robert Zuly. Sayang, euforia tuan rumah kembali sirna.
Kali ini, geliran Bisoli yang dinyatakan offside dan gol pun kembali dianulir. Dua gol yang tidak sah dalam tempo singkat, menambah drama di awal laga. Meski begitu, dominasi JDT perlahan mulai terlihat.
Dengan permainan cepat dan penguasaan bola yang solid, mereka menekan pertahanan Buriram. Tekanan itu akhirnya berbuah hasil pada menit ke-8. Sundulan Ignacio Mendes, yang sempat diblock pertahanan Buriram, memantul ke arah Antonio Glauder.
Tanpa pikir panjang, Glauder melepaskan tembakan keras yang tak mampu dihentikan oleh kiper Nyle Etheridge. Gol tersebut membuat JDT unggul 1-0 hingga turun minum. Sekaligus, meningkatkan kepercayaan diri tim.
Tertinggal satu gol, membuat Buriram tampil lebih berani di babak kedua. Bek kiri andalan mereka Shayne Pattynama, menjadi salah satu pemain yang paling menonjol. Hanya tiga menit setelah kebobolan, ia langsung mengancam lewat umpan silang akurat dari sisi kiri, yang disambut oleh tandukan Robert Zully.
Namun, kiper JDT Andoni Zubiaure, tampil gemilang dan berhasil menggagalkan peluang tersebut. Meski gagal menghasilkan gol, aksi Shayne Pattynama menunjukkan betapa pentingnya perannya dalam membangun serangan dari sektor kiri. Usaha Buriram, akhirnya membuahkan hasil pada menit kelima puluh.
Supanat Mwenata, penyerang muda Thailand, sukses memanfaatkan umpan matang dari Robert Zully. Dengan sepakan melengkung yang indah, ia membuat Zubiaure tak berkutik. Skor pun berubah menjadi satu-satu, dan mementum pertandingan kembali ke tangan tuan rumah.
Semangat Buriram semakin membarah, terutama bagi Pattynama yang terlihat semakin aktif membantu serangan. Ia, sempat memberikan umpan terobosan kepada Zully yang sudah berdiri bebas, namun eksekusi Sang Striker masih terlalu lemah. Meski demikian, kontribusi Patinama tidak berhenti di situ.
Pada menit kelima-lima, ia menjadi awal dari gol pembali keadaan. Berawal dari keberhasilannya mematang umpan JDT di sisi kiri, ia segera mengoper bola kepada Zully. Dari sana, bola diteruskan kepada Supanat Mwenata yang bergerak bebas di sektor sayap.
Mwenata, kemudian memberikan umpan kepada Robert Zully, dan dengan sontekan sederhana, Zully berhasil membawa Buriram unggul 2-1. Gol ini, tak hanya mengubah jalannya Laga, tetapi juga menegaskan peran vital Pattynama dalam strategi tim. Keunggulan tipis, membuat Buriram harus menghadapi tekanan balik JDT.
Melihat situasi itu, pelatih Buriram memasukkan Sandy Wals pada menit ke-60 untuk bisa memperkuat lini pertahanan. Masuknya Sandy Wals, terbukti menjadi keputusan tepat. Dengan pengalaman dan ketenangannya, ia membantu menutup ruang gerak para penyerang JDT.
Tekanan dari Figueiredo, Ignacio Mendes, dan terutama Arief Aiman, berhasil diredam dengan baik. Statistik mencatat, Pattynama memenangkan 9 duel sepanjang Laga, sebagian besar ketika berhadapan dengan Aiman. Hal ini, menjadi salah satu faktor utama mengapa JDT gagal mencetak gol tambahan meski menguasai permainan.
Secara keseluruhan, JDT tampil lebih dominan. Mereka, menguasai 59% penguasaan bola dan melepaskan 16 tembakan, dengan 6 diantaranya tepat sasaran. Namun, efektivitas Buriram jauh lebih baik.
Meski hanya mencatatkan peluang yang lebih sedikit, mereka mampu mengonversi menjadi dua gol yang krusial. Kiper Neil Etheridge, juga pantas mendapatkan apresiasi besar, karena melakukan sejumlah penyelamatan penting, termasuk diantaranya menggagalkan peluang emas Figueiredo di menit-menit akhir. Pertandingan pun berakhir dengan skor 2-1 untuk kemenangan Buriram United.
Hasil ini, menjadi modal berharga untuk tim asal Thailand, untuk melanjutkan kiprah mereka di kompetisi tertinggi klub Asia. Buriram, kini mengeleksi 3 poin pertama, dan menempati posisi ketiga klasmen sementara. Sedangkan JDT, harus puas berada di urutan ke-10 tanpa poin.
Bagi publik Indonesia, laga ini menjadi kebanggaan tersendiri. Shayne Pattynama, tampil luar biasa dan mendapatkan rating 7,8 versi Futmob, menjadikannya salah satu pemain terbaik di lapangan. Sementara Sandy Wals, meski hanya bermain selama 30 menit, mampu memberikan ketenangan di lini pertahanan, dan ikut memastikan kemenangan timnya.
Sementara itu, dari wilayah barat Liga Champions Asia Elite, hasil positif juga diraih raksasa Arab Saudi Al Hilal. Bermain di Kingdom Arena Riyadh, mereka berhasil mengalahkan Al duhail dengan skor 2-1. Meski sempat tertinggal lebih dulu lewat gol dari Adil Boulbina, tuan rumah berhasil bangkit berkat gol dari Darwin Nunes dan Theo Hernandez.
Kemenangan ini menempatkan Al Hilal di posisi ketiga klasmen wilayah barat, memperlihatkan betapa ketatnya persaingan di awal turnamen. Kemenangan Buriram United atas JDT, bukan sekedar hasil 3 poin biasa. Bagi Thailand, kemenangan ini menunjukkan kekuatan mereka di level Asia.
Bagi Malaysia, kekalahan ini menjadi pelajaran, bahwa dominasi domestik saja tidak cukup menghadapi persaingan lebih luas. Namun, bagi Indonesia, laga ini menjadi cerminan nyata kontribusi pemain-pemain naturalisasi di kancah internasional. Kehadiran Pattynama dan Sandy Wals, membuktikan bahwa kualitas pemain timnas Indonesia mulai diperhitungkan di klub-klub elite Asia.