
Lensa Bola – Laga Emosional tersaji di Etihad Stadium, Jumat 19 September Dinihari, Manchester City, menjamu Napoli dalam laga pembuka fase Liga-Liga Champions 2025-2026. Duel ini bukan hanya soal perbutan 3 poin, tetapi juga menjadi panggung reoni penuh emosi antara Kevin De Bruyne dan klub lamanya. Gelandang asal Belgia itu baru saja meninggalkan City pada musim panas 2025 setelah kontraknya tidak diperpanjang dan langsung kembali ke Etihad untuk pertama kalinya.
Namun, kali ini ia datang sebagai lawan. Pertemuan ini seakan menjadi takdir sepak bola yang mempertemukan kembali legenda dengan rumah lamanya lebih cepat dari yang dibayangkan. Kevin De Bruyne adalah sosok yang tidak bisa dilepaskan dari sejarah emas Manchester City.
Sejak bergabung pada 2015, ia menjadi otak permainan The Citizens dan membangun dinasti kejayaan bersama dengan Pep Guardiola. Selama satu dekade berseragam biru langit, De Bruyne tampil dalam 422 laga, mencetak 108 gol serta memberikan 177 asisst, koleksi 19 trofi, termasuk 6 gelar Premier League, 2 piala FA, 5 piala Liga hingga 1 trofi Liga Champions, mengukuhkannya sebagai salah satu legenda terbesar klub. Keputusan City untuk tidak memperpanjang kontraknya pada akhir musim 2024-2025 mengejutkan banyak pihak.
Tetapi, De Bruyne memilih melanjutkan karirnya di Italia bersama dengan Napoli. Dengan status bebas transfer, ia bergabung di bawah asuhan Antonio Conte, mencari tantangan baru sekaligus menjaga ambisinya di level tertinggi. Tak pelak, kembalinya De Bruyne ke Etihad menjadi cerita utama menjelang laga.
Supporter Manchester City mempersiapkan sambutan hangat untuk pemain yang mereka cintai. Sepanduk bertuliskan King Kev, Once Blue Always Blue dibentangkan, menyimbolkan bahwa meski kini mengenakan seragam Napoli, De Bruyne tetap akan dikenang sebagai bagian penting dari sejarah klub. Para pemain City juga menyambut hangat mantan rekan satu tim mereka.
Atmosfer di stadion terasa emosional, lebih dari sekedar pertandingan sepak bola. Secara taktik, laga ini juga mempertemukan dua pelatih papan atas dengan filosofi berbeda. Pep Guardiola, arsitek kejayaan City, tetap mengandalkan filosofi penguasaan bola dan tekanan tinggi.
Ia menurunkan skuad terbaiknya dengan Phil Foden, Erling Haaland dan Jeremie Doku di lini depan. Bernardo Silva dan Rodri menjaga ritme permainan dari lini tengah, sementara koper anyar Gianluigi Donnarumma melakukan debutnya di Liga Champions bersama City. Di sisi lain, Antonio Conte datang dengan gaya khasnya.
Pertahanan solid dan transisi cepat. Ia memasang De Bruyne sejak awal bersama dengan Scott McTominay dan Rasmus Hojlund untuk menopang serangan Napoli. Strategi Conte jelas, bertahan rapat dan memanfaatkan kreatifitas De Bruyne untuk membongkar lini pertahanan City.
Sejak menit pertama, City tampil agresif. Dukungan penuh dari publik Etihad, membuat pasukan Guardiola percaya diri untuk langsung menekan Napoli. Serangan dari sisi sayap, terutama melalui kombinasi Foden dan Doku, beberapa kali membuat lini belakang Napoli kerepotan.
Donnarumma dibawah Mr. Gawang hampir tidak teruji karena dominasi permainan sepenuhnya berada di tangan tuan rumah. Napoli dipaksa bertahan dalam blok rendah, menunggu peluang serangan balik yang jarang sekali bisa mereka ciptakan. Namun, drama besar terjadi pada menit ke-21.
Kapten Napoli, Giovanni Di Lorenzo, melakukan pelanggaran keras terhadap Erling Haaland yang sedang berlari menuju kotak penalti. Wasid awalnya hanya memberikan peringatan. Namun setelah meninjau far, keputusan berubah menjadi kartu merah langsung.
Napoli pun harus bermain dengan 10 orang. Sebuah pukulan telak di awal laga untuk melawan tim squad Manchester City. Ponte pun segera melakukan penyesuaian taktik.
Ia membutuhkan tambahan back untuk menutup celah sehingga salah satu pemain ofensif harus dikorbankan. Keputusan pahit diambil ketika Kevin De Bruyne ditarik keluar lebih awal dan digantikan oleh back Matthias Oliveira. Reoni yang ditunggu-tunggu publik etihad hanya bertahan selama 26 menit.
Bukan karena cadera, melainkan strategi darurat yang memaksa Konte membuat keputusan kontroversial itu. Banyak supporter kecewa, namun mereka tetap memberi tepuk tangan saat De Bruyne meninggalkan lapangan. Tanda penghormatan atas jasa-jasanya.
Tanpa De Bruyne, Napoli semakin kesulitan membangun serangan. City semakin gencar mengembur pertahanan lawan. Pada menit ke-31, Phil Foden melepaskan tembakan jarak jauh yang berhasil ditepis oleh Vanja Milinkovic-Savic, kiper Napoli yang tampil luar biasa malam itu.
7 menit berselang, giliran Rodri mencoba peruntungannya dengan sepakan keras dari luar kotak penalti. Namun, lagi-lagi masih bisa diamankan. Jelang turun minum, City mendapatkan peluang emas melalui skema sepak pojok.
Sundulan Nico O’Reilly dan Yosko Fardial sempat mengancam, tetapi bola masih melambung tipis di atas Mister Gawang. Babak pertama berakhir tanpa gol, meski dominasi City begitu terasa. Memasuki babak kedua, City langsung tancap gas.
Hanya semenit setelah kick off, Tijani Reinders hampir membuka keunggulan, usai menerima umpan dari Bernardo Silva. Sayangnya, sepakannya masih digagalkan Milinkovic-Savic, yang terus saja menjadi tembok kokoh Napoli. Namun, kebuntuan akhirnya pecah pada menit ke-56.
Phil Foden melepaskan umpan silang akurat dari sisi kiri, dan Erling Haaland menyundul bola masuk ke dalam Gawang. Etihad bergemuruh, City unggul 1-0. Gol ini menjadi momen bersejarah bagi Erling Haaland.
Ia resmi mencatatkan diri sebagai pemain tercepat yang mencapai 50 gol di Liga Champions. Erling Haaland memecahkan rekor sebelumnya dan mengukuhkan statusnya sebagai predator paling mematikan di Eropa. Musim ini saja, Haaland sudah mencetak 12 gol dalam 7 laga di semua kompetisi.
Keunggulan membuat Manchester City semakin percaya diri. Pada menit ke-65, Jeremy Doku menggandakan skor. Ia memanfaatkan umpan matang dari Reijnders, lalu melepaskan tembakan terukur yang menaklukkan Milinkovic Savic.
Skor berubah menjadi 2-0, dan sejak saat itu, City benar-benar mengendalikan jalannya laga. Statistik mencatat, City menguasai bola hingga 74 persen, melepaskan 23 tembakan dengan 8 mengarah ke dalam Gawang. Sebaliknya, Napoli hanya mampu melepaskan 1 tembakan sepanjang pertandingan, mencerminkan betapa timpangnya kekuatan kedua tim setelah kartu merah.
Hingga peluit panjang dibunyikan, skor tidak berubah. Manchester City menang 2-0, dan membuka kampanye Liga Champions mereka dengan hasil sempurna. Guardiola memuji performa Apik timnya.
Menurutnya, meski Napoli bermain dengan 10 orang, mereka tetap menunjukkan mentalitas kuat untuk bertahan. Penampilan yang sangat bagus, Napoli punya mentalitas hebat, bertahan gigih meski bermain dengan 10 orang. Namun kami tampil mendominasi dan mengendalikan permainan.
Sementara itu, Antonio Conte mengakui, kartu merah di Lorenzo merusak seluruh rencananya. Bermain melawan City dengan 10 orang adalah misi yang mustahil, tapi saya bangga dengan semangat juang tim ini. Keputusan menarik De Bruyne memang menimbulkan perdebatan, tetapi dari sisi taktis Conte merasa itu satu-satunya pilihan untuk menjaga keseimbangan tim.
Bagi Kevin De Bruyne, laga ini meninggalkan perasaan campur aduk. Sambutan emosional dari supporter yang selalu mencintainya menjadi momen yang berharga. Namun, kenyataan bahwa ia hanya bermain 26 menit membuat Treoni ini terasa pahit.
Meski begitu, De Bruyne tetap profesional. Ia melambaikan tangan kepada penonton saat ditarik keluar, seolah mengingatkan semua bahwa cintanya kepada kelab lama tidak pernah pudar. Kemenangan ini juga sangat penting bagi Manchester City.
Sebagai juara Liga Champions 2023, mereka berambisi finish di posisi teratas fase Liga untuk mengamankan tiket langsung ke babak 16 besar. Musim lalu, City sempat tersingkir dalam format gugur dual leg yang menyulitkan, sehingga Guardiola menekankan pentingnya konsistensi sejak fase awal. Di sisi lain, kekalahan ini menjadi pelajaran berharga bagi Napoli.
Konte harus segera mencari cara agar timnya bisa tampil lebih disiplin dan efektif pada laga-laga berikutnya, jika ingin tetap bersaing di grup yang ketat.