Lensa Bola – Sepak bola selalu bergerak dalam sebuah siklus. Apa yang dulu dianggap kuno, primitif, bahkan diremehkan, bisa tiba-tiba kembali populer karena alasan taktis. Fenomena itu kini terlihat jelas di Liga Premier Inggris.

Salah satu senjata lama yang kembali mencuat adalah lemparan ke dalam jarak jauh atau long throw-in. Jika dulu strategi ini digunakan untuk mencuat, dianggap tak lebih dari cara instan untuk asal lempar bola ke kotak penalti, sekarang justru banyak klub elit yang memanfaatkannya sebagai senjata mematikan. Data terbaru bahkan menunjukkan peningkatan signifikan dalam penggunaan taktis ini, hingga menciptakan gol-gol penting di kasta tertinggi sepak bola Inggris.

Ironisnya, taktis yang sama justru dibuang oleh timnas Indonesia di era Patrick Kluivert, padahal sebelumnya selalu menjadi adalan Shin Tae Yong dengan eksekutor utamanya adalah Pratama Arhan. Statistik di Liga Inggris musim 2025-2026 memperlihatkan fenomena yang mengejutkan. Rata-rata, dalam pertandingan Premier League, kini tercipta 3 lemparan jarak jauh ke kotak penalti.

Jumlah tersebut 2 kali lipat jika dibandingkan dengan musim 2023-2024 dan lebih dari 3 kali lipat jika dibandingkan musim 2020-2021 yang hanya 0,89 lemparan per laga. Padahal musim ini baru berjalan 6 minggu, tetapi tren tersebut sudah terasa jelas. Bahkan dalam rentang waktu itu, sudah ada 3 gol yang tercipta langsung dari situasi lemparan jarak jauh.

Jika ditarik ke musim lalu, total ada 14 gol lahir dari long throw-in, jumlah tertinggi sejak pencatatan resmi dimulai pada 2015-2016. Artinya, lemparan jarak jauh ini bukan sekedar opsi asal lempar bola, melainkan sudah menjadi skema matang yang dilatih serius oleh para pelatih, terutama oleh staff spesialis bola mati yang kini hampir dimiliki oleh semua klub besar, Newcastle United, termasuk salah satu tim yang rajin memanfaatkan taktik ini. Dalam 3 laga pertama musim ini saja, anak Asu Edihow sudah melakukan 7 lemparan jarak jauh ke kotak penalti.

Angka itu menempatkan mereka di posisi kelima terbanyak bersama dengan Burnley dan Tottenham. Hal yang sama dilakukan oleh Burnley dan Tottenham. Bahkan, Brentford yang sejak lama dikenal dengan inovasi set-piece, menjadi tim paling berbahaya lewat long throw-in.

Musim lalu saja, The Beast mencetak 5 gol langsung dari lemparan jarak jauh dan menciptakan 48 peluang dengan nilai expected goal sebesar 7,2. Pertandingan antara Chelsea versus Brentford, Sabtu 14 September 2025, menjadi bukti nyata betapa mematikannya long throw-in. Saat Chelsea unggul, Brentford justru memanfaatkan lemparan panjang Kevin Seth untuk mencetak gol penyeimbang lewat Fabio Carvalho di menit akhir.

Skor pun berakhir dengan skor 2-2. Dari tribun hingga ruang komentator, semua sepakat Chelsea benar-benar kesulitan mengantisipasi lemparan jarak jauh. Ashley Williams, mantan Captain Wells sekaligus pandit BBC juga memberikan komentarnya.

Latihan tim biasanya hanya fokus pada corner dan free kick, tapi lemparan jauh itu beda, datang dari sudut lain dan menciptakan kekacauan. Itulah yang bikin sulit dihentikan. Hal senada, disampaikan oleh Sy Giffen, yang merupakan mantan keeper Republik Irlandia.

Kadang lemparan jauh bisa bikin kacauan lebih besar daripada corner. Ini menyegarkan, karena jadi cara lain untuk mencetak gol. Jika berbicara tentang long throw in, nama Rory Delap pasti tidak bisa dilupakan.

Pada era kejayaannya bersama dengan Stoke City, yaitu pada 2008 hingga 2010, lemparan jarak jauhnya benar-benar seperti senjata nuklir. Kini, gaya Delap itu seperti hidup kembali di Liga Premier Inggris. Bedanya, klub-klub modern melatihnya dengan lebih ilmiah.

Ada spesialis bola mati, ada analisi statistik, ada perekrutan pemain yang memang punya kemampuan melempar sejauh 20 hingga 30 meter. Brentford bahkan mengakum rekrut bakanan misil kayode dari Fiorentina bukan hanya karena kemampuan bertahan, tetapi juga karena kemampuannya melempar jauh. Inilah bukti nyata bahwa long throw in kini dianggap sebagai aset berharga dalam rekrutmen pemain.

Disinilah letak ironi yang paling besar. Timnas Indonesia, dulu dikenal punya senjata andalan lewat lemparan jarak jauh pertama Arhan. Di era STY, lemparan jarak jauh pertama Arhan bahkan menjadi momok bagi lawan, terutama timnas Vietnam.

Berkali-kali, strategi itu berbuah gol atau minimal menciptakan peluang emas. Tetapi, sejak kursi kepelatian diambil alih oleh Patrick Kluivert, strategi ini benar-benar hilang. Arhan pun tersingkir dari sekuat utama, seolah perannya tak lagi dibutuhkan.

Keputusan ini pun menimbulkan pro kontra. Di satu sisi, Kluivert ingin membawa gaya bermain lebih modern, berbasis build up dan kombinasi umpan. Tapi di sisi lain, fakta di lapangan justru menunjukkan bahwa dunia sepak bola modern malah kembali menghidupkan long throw sebagai senjata utama.

Bayangkan, ketika klub-klub Premier League seperti Brentford, Newcastle, Tottenham hingga MU berlomba-lomba memaksimalkan lemparan jarak jauh, Indonesia justru membuang senjata yang terbukti efektif. Tentu, tidak semua setuju bahwa lemparan jauh harus dipertahankan. Banyak analis menganggap, strategi itu murahan dan tidak indah.

Tapi, jika bicara efektivitas, angka tidak bisa berbohong. Musim lalu saja, lima tim Premier League mencatatkan lebih dari 30 persen lemparan ke arah kotak penalti lawan. Jadi wajar, jika publik mempertanyakan apakah keputusan Patrick Kluivert membuang taktik ini tepat atau justru merugikan timenas Indonesia.

Apalagi, Garuda saat ini masih sering kesulitan menembus pertahanan lawan ketika mereka mengandalkan open play. Dalam situasi seperti itu, long throw-in ala Prathama Arhan bisa menjadi solusi sederhana namun mematikan. Fenomena lemparan jauh di Premier League membuktikan bahwa sepak bola bukan soal indah atau jelek, tetapi soal efektivitas.

Apa yang dulu diejek sebagai taktik kampungan, ini justru kembali dilatih serius oleh tim-tim papan atas dunia. Ironisnya, ketika Eropa sedang mempopulerkan lagi strategi ini, timnas Indonesia justru membuangnya. Padahal, kita punya salah satu eksekutor terbaik di Asia Pratama Arhan.

lion mesdon
September 29, 2025
Tags:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *