
Lensa Bola – Kekalahan Timnas Indonesia dari Arab Saudi pada laga pembuka babak ke-4 kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia, rupanya tidak hanya meninggalkan rasa kecewa di kalangan supporter, tetapi juga mengungkap dinamika internal di tubuh tim nasional. Pertandingan yang digelar di Stadion King Abdullah Sport City Jeddah itu, berakhir dengan skor 2-3 untuk kemenangan tuan rumah. Meski hasil tersebut menunjukkan perjuangan Tim Garuda tidak menyerah hingga akhir laga, sejumlah keputusan taktis pelatih Patrick Kluivert menjadi sorotan besar, terutama terkait pemilihan pemain di starting eleven.
Dari sekian banyak pemain yang diturunkan Kluivert sejak menit awal, dua nama yang paling banyak mendapatkan kritik publik adalah Mark Klok dan Yakob Sayuri. Kedua pemain ini dinilai memiliki andil besar dalam terciptanya dua goal cepat Arab Saudi di babak pertama. Pada menit ke-17, kesalahan fatal dilakukan oleh Mark Klok yang gagal melakukan sapuan bola dengan sempurna di area pertahanan sendiri.
Bola yang tidak bersih terbuang itu justru jatuh di kaki saleh Abu Al-Samad yang tanpa pikir panjang melepaskan tembakan keras dari luar kotak penalti. Tembakan tersebut meluncur deras ke gawang Indonesia dan membawa Arab Saudi unggul 1-0. Tak lama berselang, kesalahan lain kembali terjadi.
Kali ini, dari sektor kanan pertahanan, Yakob Sayuri yang ditugaskan sebagai baksayap melakukan pelanggaran dengan menarik kaos penyerang lawan Feras Al-Buraikan di dalam kotak penalti. Aksi tersebut tak luput dari perhatian wasit yang langsung menuju titik putih. Eksekusi penalti dilakukan dengan tenang oleh pemain Arab Saudi pada menit ke-36 dan menghasilkan goal ke-2.
Dalam waktu kurang dari 20 menit, Indonesia sudah kemasukan 2 goal akibat kesalahan elementer di lini belakang. Kesalahan tersebut membuat nama Klok dan Yakob menjadi sasaran kritik netizen di berbagai platform media sosial. Banyak yang mempertanyakan keputusan Patrick Kluivert untuk menurunkan kedua pemain itu sejak awal, terutama karena performa keduanya dianggap belum optimal dalam laga-laga sebelumnya.
Di tengah kritik publik muncul kabar bahwa pemilihan line-up saat menghadapi Arab Saudi sebenarnya sempat menjadi perdebatan di internal tim kepelatian. Manager timnas Indonesia Sumarji membenarkan adanya diskusi yang cukup intens terkait siapa saja pemain yang layak tampil sebagai starter. Ia menuturkan bahwa keputusan akhir memang sepenuhnya berada di tangan pelatih kepala.
Tetapi, masukan dari tim pelatih dan manajerial juga turut dipertimbangkan. Ya, itu menjadi catatan kami. Sebelumnya saya sudah banyak berdiskusi dengan tim kepelatian mengenai 11 pemain yang akan menjadi starter.
Ia menambahkan bahwa meski mendapatkan perbedaan pandangan, pihaknya tetap menghormati keputusan Kluivert sebagai pelatih utama yang memiliki otoritas penuh dalam hal teknis. Sumarji juga menegaskan bahwa kekalahan dari Arab Saudi akan menjadi bahan evaluasi penting menjelang laga berikutnya melawan Irak. Ia menyadari bahwa kesalahan dalam pemilihan pemain maupun strategi tidak boleh terulang, mengingat pertandingan kontra Irak akan menentukan nasib Indonesia di babak kualifikasi.
Pertandingan antara Indonesia dan Irak yang dijadwalkan berlangsung pada Sabtu malam atau Minggu Dinihari waktu Indonesia Barat itu dipandang sebagai laga hidup mati bagi sekuat Garuda. Kemenangan menjadi harga mati jika Indonesia ingin menjaga asal-olas kepiala dunia 2026. Sebaliknya, kekalahan akan membuat langkah Indonesia terhenti di ronde keempat, menghentikan impian besar masyarakat tanah air untuk menyaksikan tim kebanggaan mereka tampil di panggung tertinggi sepakbola dunia.
Konteks pentingnya laga tersebut membuat sorotan publik kembali tertuju pada Patrick Kluivert. Netizen, pengamat dan mantan pemain ramai memberikan masukan, terutama terkait formasi dan komposisi pemain yang dinilai perlu diperbaiki. Salah satu isu yang paling banyak dibicarakan adalah formasi permainan.
Banyak pendukung timnas Indonesia mendesak agar Kluivert kembali menggunakan sistem 3-back yang dinilai lebih stabil dan efektif dibandingkan dengan formasi 4 bek yang diterapkan saat melawan Arab Saudi. Formasi 3 bek sebelumnya pernah menjadi ciri khas Garuda di era kepelatian STY. Dengan skema 3-4-3 atau 3-5-2, Indonesia mampu tampil solid dalam menghadapi tim-tim kuat Asia.
Beberapa hasil positif yang pernah dicatat, antara lain adalah kemenangan atas Vietnam, Filipina, Arab Saudi, Bahrain, dan Cina, serta hasil imbang melawan Australia. Kecuali saat kalah dari Jepang, formasi 3-bek ini terbukti ampuh menjaga keseimbangan antara pertahanan dan serangan. Formasi tersebut dinilai mampu memaksimalkan kekuatan bek-bek tengah yang memiliki fisik kuat dan kemampuan distribusi bola yang baik.
Selain itu, sistem ini juga memberikan ruang lebih besar bagi wing-back seperti Kevin Diks atau Calvin Verdonk untuk membantu serangan tanpa mengorbankan soliditas pertahanan. Tak hanya membahas formasi, netizen bahkan ramai-ramai menyusun versi mereka sendiri untuk starting 11 ideal melawan Irak. Dalam usulang yang banyak dibagikan di media sosial, Marten Paes tetap menjadi pilihan utama di bawah Mr. Gawang karena konsistensinya dan kemampuannya dalam membaca permainan.
Trio bek tengah diisi oleh Rizky Ridho, Jay Idzes, dan Justin Hubner. Kombinasi yang dianggap paling seimbang dalam hal pengalaman, kekuatan fisik, dan kemampuan duel udara. Di sisi kanan, Kevin Diks didorong untuk kembali beroperasi sebagai wing bek kanan agar bisa lebih eksplosif dalam menyerang.
Di lini depan, netizen menyarankan agar Kluivert menurunkan Miliano Jonathans oleh Romeny dan Dean James. Ketiganya memiliki kecepatan, kreatifitas, dan kemampuan menekan lawan di sepertiga akhir lapangan. Situasi yang dihadapi Kluivert kali ini pun tidak mudah.
Kritik datang bukan hanya dari publik, tetapi juga dari kalangan internal yang menilai keputusan sang pelatih kurang tepat di laga sebelumnya. Meski begitu, banyak yang berharap Kluivert mampu belajar dari kekalahan melawan Arab Saudi dan melakukan penyesuaian taktik yang lebih tepat saat menghadapi Irak. Beberapa analis sepak bola nasional menilai bahwa Kluivert sebenarnya memiliki ide permainan yang modern dan progresif.
Tetapi, masih perlu waktu untuk menyesuaikan filosofi tersebut dengan karakteristik pemain Indonesia. Gaya bermain berbasis penguasaan bola yang diusungnya kerap membuat lini pertahanan terbuka saat transisi, terutama ketika para gelandang menutup ruang antarlini. Pertandingan melawan Irak pun menjadi ujian nyata bagi Kluivert.
Apakah ia mampu beradaptasi dengan karakter permainan Asia yang cepat dan fisikal atau justru tetap bersikeras pada pendekatan Eropa yang lebih struktural? Diluar aspek teknis, faktor mental juga akan sangat menentukan. Setelah kekalahan dari Arab Saudi, para pemain dituntut untuk bangkit dan menunjukkan karakter sejati tim nasional. Sumarji menegaskan bahwa seluruh jajaran tim, baik pemain maupun ofisial, bertekad menebus kekalahan sebelumnya dengan tampil maksimal melawan Irak.
Sementara itu, dukungan dari masyarakat Indonesia tetap mengalir deras gelombang semangat dan doa, membanjiri lini masa media sosial dengan tagar seperti hastag Garuda Bangkit dan hastag Lawan Irak Menang. Para pendukung berharap, agar tim nasional mampu memperlihatkan semangat juang tinggi dan permainan yang disiplin, apapun hasil akhirnya nanti, bisa dibalik kekalahan dari Arab Saudi, memperlihatkan bahwa membangun tim nasional yang solid tidak hanya membutuhkan strategi di atas kertas, tetapi juga keselarasan visi antara pelatih, pemain, dan manajemen. Perdebatan internal terkait pemilihan pemain, menjadi cerminan bahwa tim nasional Indonesia masih dalam proses menemukan formula terbaiknya.
Lagam lawan Irak akan menjadi titik balik penting Jika Indonesia mampu meraih kemenangan, bukan hanya peluang lolos kepialaan dunia 2026 yang tetap hidup, tetapi juga kepercayaan publik terhadap Kluivert dan tim kepelatian akan pulih. Namun jika hasil sebaliknya terjadi, evaluasi besar-besaran hampir pasti tak terhindarkan.