Lensa Bola – Tim nasional Jepang kembali menunjukkan tajinya di pentas internasional ketika menghadapi Brazil dalam laga uji coba yang digelar di Ajinomoto Stadium. Dalam pertandingan ini, Jepang bertindak sebagai tuan rumah dengan menurunkan squad terbaiknya yang diisi pemain-pemain seperti Kubo, Takumi Minamino dan Ayase Ueda. Sementara itu, Brazil yang datang dengan kekuatan penuh di bawah asuhan Carlo Ancelotti menurunkan trio lini depan berbahaya yang terdiri dari Gabriel Martinelli, Vinicius Junior dan Luis Henrique.

Sejak peluit awal dibunyikan, Brazil yang memegang gelar piala dunia terbanyak tampil dominan dan percaya diri. Mereka menguasai jalannya laga dan mengurung Jepang di area pertahanan sendiri. Ketika pertandingan memasuki menit ke-26, Paulo Henrique membuka keunggulan bagi tim tamu melalui penyelesaian yang cermat setelah memanfaatkan kelengahan lini belakang Jepang.

Enam menit berselang, Brazil kembali menggandakan keunggulan lewat Gabriel Martinelli yang memanfaatkan umpan matang dari Vinicius Junior. Skor 2-0 bertahan hingga turun minum dan membuat publik tuan rumah terdiam. Namun, babak kedua menjadi kisah yang berbeda sama sekali.

Jepang yang tampak kehilangan arah di paruh pertama justru bangkit dengan semangat baru. Pelatih Hajime Moriyasu melakukan perubahan strategi yang membuat permainan Jepang jauh lebih agresif. Mereka menerapkan pressing tinggi dan intensitas serangan cepat yang disebut banyak pengamat sebagai gaya bermain ala Paris Saint-Germain.

Terinspirasi dari pressing ketat yang kerap diperagakan Osman Dembele CS. Pendekatan itu pun terbukti efektif. Pada menit ke-5-2, hasil dari tekanan tinggi tersebut membuahkan gol balasan bagi Jepang.

Fabrizio Bruno, bek dari Brazil, tampak panik ketika mendapatkan tekanan dari dua pemain Jepang di area kotak penalty dan gagal mengontrol bola dengan baik. Operan yang dimaksudkan untuk kerekan satu timnya justru jatuh ke kaki Takumi Minamino. Tanpa ragu, ex-pemain Liverpool itu melepaskan tembakan keras ke pojok atas Gawang membuat skor menjadi 1-2.

Gol itu membangkitkan semangat para pemain Jepang yang kemudian semakin berani menekan pertahanan Brazil. Kesalahan Fabrizio Bruno ternyata tidak berhenti di situ. 10 menit berselang, ia kembali membuat Blunder fatal.

Ketika berusaha menghalau bola hasil tendangan Follike Itunakamura di dalam kotak penalty, Bruno justru mencetak gol bunuh diri. Skor imbang 2-2 membuat kepercayaan diri Jepang meningkat tajam. Mereka terus melancarkan serangan demi serangan dengan dukungan penuh dari ribuan supporter yang memadati stadion.

Kebangkitan luar biasa itu mencapai puncaknya pada menit ke-7-1 ketika Ayase Ueda mencetak gol penentu kemenangan. Melalui kerjasama cepat dan penyelesaian klinis, Ueda menaklukkan keeper Brazil dengan tembakan mendatar yang sulit dijangkau. Hingga peluit panjang dibunyikan, skor 3-2 bertahan untuk kemenangan dramatis Jepang.

Baik Jepang maupun Brazil telah memastikan tempat di piala dunia 2026. Jepang menjadi negara pertama dari zona Asia yang lolos setelah memuncaki kelas main akhir grup C termasuk mengalahkan timnas Indonesia pada ronde ketiga babak kualifikasi. Sementara Brazil melangkah keputaran final dengan status salah satu tim unggulan dari zona Amerika Selatan.

Pertemuan keduanya di Tokyo bukan hanya ajang pemanasan jelang piala dunia, tetapi juga simbol betapa kecilnya jarak antara sepak bola Asia dan Amerika Selatan saat ini. Jepang telah membuktikan bahwa kerja keras, disiplin dan sistem pembinaan yang terencana mampu membawa mereka sejajar dengan kekuatan-kekuatan besar dunia. Kemajuan pesat sepak bola Jepang tidak terjadi dalam semalam.

Dalam 25 tahun terakhir, negeri Sakura menjalani perjalanan panjang untuk membangun fondasi yang kuat. Sebelum tampil untuk pertama kalinya di piala dunia 1998, sepak bola Jepang hampir tidak diperhitungkan di Asia. Level permainan mereka masih jauh tertinggal dari negara-negara kuat seperti Korea Selatan, Iran ataupun Arab Saudi, apalagi dibandingkan dengan tim-tim elit Eropa dan Amerika Selatan.

Namun, situasi berubah drastis ketika Federasi Sepak Bola Jepang atau JFA melakukan reformasi besar-besaran dengan mendirikan kompetisi profesional J League pada tahun 1993. Langkah ini menjadi tonggak kebangkitan dari sepak bola Jepang. Dalam waktu yang relatif singkat, J League berkembang menjadi liga profesional yang terorganisasi dengan baik, melibatkan hampir setiap prefektur di Jepang, dan melahirkan banyak klub dengan sistem akademi modern.

Yang membuat sistem sepak bola Jepang istimewa adalah kemampuannya menggabungkan aspek olahraga dan pendidikan secara harmonis. Mereka tidak hanya membangun klub profesional, tetapi juga menanamkan budaya sepak bola di sekolah-sekolah dan universitas. Turnamen antarsekolah menengah di Jepang bahkan menjadi salah satu ajang olahraga paling populer di negeri itu, di mana ribuan penonton hadir langsung ke stadion, sementara jutaan lainnya menyaksikan lewat siaran televisi nasional.

Antusiasme publik terhadap sepak bola di level akar rumput inilah yang membedakan Jepang dari banyak negara lain. Sepak bola di Jepang bukan sekedar olahraga kompetitif, melainkan bagian dari sistem pendidikan dan pembentukan karakter generasi muda. Meski banyak kegiatan sepak bola di sekolah bersifat rekreasi, tingkat kompetisinya tetap tinggi di beberapa sekolah unggulan.

Banyak sekolah menengah memiliki lebih dari 100 anggota di tim sepak bolanya. Hal itu menciptakan persaingan ketat untuk mendapatkan posisi inti. Legenda Jepang Keisuke Honda adalah contoh nyata dari keberhasilan sistem ini.

Setelah jagal menembus Akademi Gamba Osaka U18, ia justru menonjol di sekolah menengah Atas Sayuryo di Perpektur Ishikawa. Di sanalah, Honda menegaskan kemampuannya sebelum akhirnya menembus dunia profesional dan menjadi salah satu ikon sepak bola Jepang di Eropa. Selain di tingkat sekolah, sepak bola universitas juga memainkan peran penting dalam pengembangan pemain.

Persaingan di level universitas bahkan kerap disebut mendekati standar semiprofesional dengan kualitas pemain yang tidak jauh berbeda dari klub-klub J League 2 dan J League 3. Banyak pemain nasional Jepang yang menempuh jalur ini sebelum menjadi profesional. Kaoru Mitoma yang kini membela Brighton & Huff LBN di Liga Inggris dan Kyogo Furuhashi yang bermain di Celtic merupakan dua contoh nyata. Keduanya mengawali karir dari sepak bola universitas sebelum akhirnya direkrut oleh klub profesional dan menembus kuat tim nasional.

Pengalaman bermain di banyak pertandingan resmi selama masa kuliah memberikan keuntungan besar bagi para pemain ini baik dari segi teknik, taktik maupun mentalitas. Karena itu tidak mengherankan bila Jepang juga mendominasi turnamen sepak bola universitas dunia yang diselenggarakan oleh Federasi Olahraga Universitas Internasional. Jepang telah menjuarai ajang tersebut sebanyak 7 kali termasuk pada tahun 2017 dan 2019.

Capaian ini membuktikan bahwa kualitas sepak bola di tingkat universitas di Jepang berada pada level yang sangat tinggi dan menjadi bagian integral dari sistem pembinaan nasional. Kemenangan dramatis atas berhasil di Tokyo menjadi simbol keberhasilan pembinaan sepak bola Jepang. Dalam waktu kurang dari 3 dekade, mereka berhasil bertransformasi dari negara yang tak diperhitungkan menjadi kekuatan dunia yang stabil.

Keberhasilan ini tidak hanya tercermin dari hasil pertandingan tetapi juga dari filosofi sepak bola yang mengakar kuat di masyarakat. Jepang tidak sekedar mencetak pemain berbakat melainkan membentuk manusia seutuhnya yang berkarakter, berpendidikan dan berdedikasi tinggi. Dengan diretan pemain muda seperti Kubo, Minamino, Ueda hingga keeper muda Zion Suzuki, Jepang kini menatap piala dunia 2026 dengan penuh keyakinan.

Mereka bukan lagi sekedar wakil Asia, melainkan contoh nyata bagaimana pendidikan, disiplin dan strategi jangka panjang dapat mengubah wajah sepak bola suatu bangsa. Kesuksesan sepak bola Jepang bisa menjadi motivasi bagi timnas Indonesia yang saat ini tengah terpuruk setelah gagal lolos ke piala dunia.

lion mesdon
Oktober 15, 2025
Tags: ,

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *