
Lensa Bola – Arsenal terus memperlihatkan konsistensi dan kedewasaan taktik di musim 2025-2026. Tim Asuhan Mikkel Arteta, kini bukan hanya memimpin klas men sementara, tetapi juga mencatatkan rekor pertahanan terbaik di antara seluruh peserta Liga. Kemenangan tipis 1-0 atas Crystal Palace pada minggu malam waktu Indonesia Barat di Emirates Stadium, menjadi bukti nyata bahwa Filipina akan menjadi pilihan yang terbaik.
Filosofi baru yang diterapkan Arteta berjalan efektif. Sebuah pendekatan yang lebih mengedepankan organisasi pertahanan rapat ketimbang dominasi serangan semata. Pertandingan antara Arsenal dan Crystal Palace diwarnai dengan tensi tinggi sejak menit awal.
Arsenal tampil dengan komposisi terbaiknya. Nama-nama seperti Ricardo Calafiore, Declan Rice, Leandro Trossart, dan Eberechi Eze menjadi andalan di dalam lapangan. Meski demikian, mereka tak langsung mampu menguasai jalannya laga.
Crystal Palace, di bawah arahan pelatih Olivier Glessner, menampilkan permainan disiplin dan defensif. Lini belakang mereka tampil solid, sementara ancaman datang dari serangan balik cepat dan bola-bola panjang yang ditujukan kepada Jean-Philippe Arteta. Penyerang asal Prancis itu beberapa kali berhasil memenangkan duel udara melawan back-back Arsenal, menandai kesulitan nyata bagi tim tuan rumah.
Arsenal baru benar-benar menciptakan peluang berarti pada menit ketiga-tiga lewat aksi dari Leandro Trossart, pemain asal Belgia itu melepaskan tembakan keras dari dalam kotak penalti. Namun, Kieper dan Henderson sigap menepis bola tersebut. Ketika banyak yang mengira bebak pertamakan berakhir imbang, Arsenal akhirnya menemukan jalan keluar melalui situasi bola mati.
Pada menit ketiga-sembilan, Eberechi Eze yang notabene mantan pemain Crystal Palace, berhasil menjadi pembeda. Meneruskan kemelut dari skema tendangan bebas, Eze sukses menyontek bola ke dalam gawang Henderson dan membawa Arsenal unggul 1-0. Duel tersebut disambut euforia luar biasa oleh para supporter di Emirates.
Memasuki babak kedua, Arsenal meningkatkan intensitas serangan. Bek tengah Gabriel Magalhaes hampir menggandakan keunggulan lewat sundulan berkelas yang menghantam Mistar pada menit keempat-sembilan. Trossart dan Gyoeres juga bergantian menekan pertahanan Crystal Palace.
Namun hingga peluit panjang dibunyikan, skor 1-0 tetap bertahan. Meski kemenangan tersebut tampak tipis, Arteta menilai hasil itu memiliki makna yang besar. Saya bilang ke pemain bahwa saya menghargai kemenangan ini lebih besar dari kemenangan lainnya musim ini.
Kami menghadapi tim yang memiliki organisasi pertahanan terbaik dan sangat sulit ditembus. Kemenangan seperti ini menunjukkan karakter dan kesabaran kami. Dengan hasil ini, Arsenal memperpanjang rekor kemenangan beruntun mereka sekaligus menjaga catatan tak kebobolan di Premier League musim ini.
The Gunners kini memimpin kelas men dengan keunggulan 4 poin dari pesaing terdekat. Pencapaian Arsenal menjadi semakin mencolok karena terjadi di tengah menurunnya performa klub-klub besar lain. Untuk pertama kalinya sejak 1992, empat tim raksasa seperti Manchester City, Manchester United, Liverpool dan Chelsea tidak berada di empat besar kelas men pada fase kompetisi seperti sekarang.
Manchester City yang biasanya menjadi pesaing utama justru tampil kurang stabil setelah beberapa hasil imbang dan kekalahan mengejutkan atas Aston Villa. Liverpool kehilangan konsistensi lini depan dan menelan 4 kekalahan beruntun. Sementara Manchester United masih berjuang dengan transisi taktik di bawah pelatih baru Ruben Amorim.
Chelsea pun masih mencari keseimbangan permainan pasca perubahan besar dalam squad. Situasi ini tentu menguntungkan Arsenal, tetapi menilai keberhasilan mereka semata karena kegagalan para rival adalah sebuah kesalahan besar. Pasukan Mikkel Arteta sejatinya telah menunjukkan performa luar biasa sejak awal musim.
Hingga pekan ke-9, mereka sudah menghadapi 4 lawan berat yaitu Manchester United, Liverpool, Newcastle dan Manchester City. Namun, mereka hanya menelan 1 kekalahan dan kebobolan 3 gol dari seluruh laga tersebut. Arsenal di musim ini benar-benar menjelma menjadi tim dengan struktur pertahanan terbaik di Inggris.
Dalam 9 pertandingan awal Premier League, mereka baru kebobolan 3 gol. Sebuah capaian yang belum pernah diraih klub manapun pada musim ini. Diluar laga-laga besar, Arsenal bahkan tak kebobolan sama sekali dalam 5 pertandingan lainnya melawan Leeds United, Nottingham Forest, West Ham United, Fulham dan Crystal Palace.
Keeper David Raya tampil impresif di bawah Mister Gawang. Ia bukan hanya penjaga gawang, tetapi juga bagian penting dari sistem sirkulasi bola Arsenal. Koordinasinya dengan duet back tengah Gabriel Magalhaes dan William Saliba semakin solid.
Ditambah kehadiran Calafiore dan Ben White di sektor sayap pertahanan, Arsenal kini tampak nyaris sempurna secara struktur. Gelandang bertahan Declan Rice juga memegang peran kunci. Ia bukan hanya pemutus serangan lawan, tetapi juga motor transisi yang memungkinkan Arsenal membangun serangan cepat ketika merebut bola.
Kombinasi antara kedisiplinan pertahanan dan efektivitas serangan balik inilah yang membuat Arsenal sulit ditaklukan. Keberhasilan Arsenal menjaga lini belakang membuat banyak analisis menyebut artitas dan menerapkan filosofi ala seri A kompetisi yang dikenal dengan prinsip pertahanan adalah dasar juara. Dalam dua dekade terakhir di Italia, hanya dua tim yang menjadi kampiun tanpa memiliki rekor pertahanan terbaik.
Arteta tampaknya terinspirasi oleh prinsip tersebut. Dalam sejarah Premier League sendiri, tren seperti itu jarang terjadi. Umumnya, gelar juara ditentukan oleh produktivitas gol yang tinggi, bukan minimnya kebobolan.
Namun, Arsenal musim ini justru memilih jalur yang berbeda. Julukan mereka memang The Gunners, meriam London yang identik dengan serangan eksplosif. Namun, di bawah Arteta, Arsenal lebih dikenal sebagai tim dengan keseimbangan ekstrim antara menyerang dan bertahan.
Pertahanan menjadi pondasi utama, sementara kreativitas di lini depan dijaga agar tetap efisien. Mikkel Arteta membangun filosofi ini bukan dalam semalam. Sejak dua musim lalu, ia secara konsisten menetap ulang sistem bertahan Arsenal.
Setelah beberapa kali belajar dari kekalahan akibat permainan terbuka, Arteta menekankan pentingnya kontrol ruang dan disiplin posisi. Kunci suksesnya terletak pada struktur blok pertahanan yang fleksibel, bisa berubah dari formasi 4-3-3 menjadi 3-2-5 ketika menyerang, lalu kembali ke 4-4-2 ketika bertahan. Ini memungkinkan Arsenal menutup ruang di tengah, sekaligus menjaga lebar lapangan.
Para pemain lini belakang, kini tak sekedar menjaga area, tetapi juga efektif membangun serangan dengan umpan vertikal terukur. Hasilnya terlihat jelas, Arsenal bukan hanya tangguh di belakang, tetapi juga lebih efisien di depan. Mereka tak lagi bergantung pada kemenangan besar, melainkan memenangi pertandingan dengan penguasaan kontrol penuh.
Kemenangan 1-0 seperti melawan Crystal Palace, dianggap Arteta sebagai bentuk kematangan. Jika tren ini berlanjut, Arsenal berpeluang besar mengakhiri penantian panjang gelar Premier League sejak 2004. Mereka telah menunjukkan konsistensi yang menjadi ciri khas tim juara, menang meskipun bermain sempurna.
Dalam kompetisi panjang seperti Premier League, stabilitas justru lebih penting ketimbang sesekali menang besar. Namun, perjalanan Arsenal tentu belum selesai. Setelah melewati sembilan laga, musim masih panjang dengan berbagai ujian berat menanti.
Jadwal padat di bulan November dan Desember bisa menjadi penentu arah musim mereka. Konsistensi fisik dan mental para pemain akan sangat diuji. Yang jelas, fundasi permainan Arsenal kini jauh lebih kuat.
Dengan pertahanan kokoh, transisi cepat, dan manajemen pertandingan matang, mereka bukan lagi tim muda penuh potensi, melainkan calon juara sejati. Kemenangan atas Crystal Palace mungkin tampak sederhana di atas kertas, hanya 1-0. Namun, dibalik skor itu, tersimpan sebuah pesan yang besar.
Arsenal kini tahu bagaimana cara menang seperti tim besar menang dengan efisiensi, disiplin, dan kematangan. Filosofi baru Arteta yang meniru prinsip defensif Italia, telah mengubah wajah The Gunners. Dari tim yang dulu kerap-rapuh di momen krusial, Arsenal kini menjilmah menjadi benteng kokoh yang sulit ditembus.
Jika tren ini terus terjaga, bukan tidak mungkin, Meriam London akan meledak dalam arti yang sesungguhnya, bukan lewat banjir gol, tetapi melalui kehendingan pertahanan yang nyaris tak tertembus. Dan dari situ, perjalanan mereka menuju tahta Premier League bisa menjadi kisah kebangkitan paling menarik di sepak bola Inggris modern.






