
Lensa Bola – Cremonese menjadi salah satu kisah menarik di awal musim seri A 2025-2026. Tim promosi asal lombardia itu tampil mengejutkan di bawah asuhan pelatih David Nicola. Meski berstatus tim baru di kasta tertinggi, Kremonese menunjukkan performa luar biasa dengan meraih dua kemenangan beruntun di awal musim.
Mereka menumbangkan A9 dengan skor 21 dan melanjutkan hasil positif itu dengan kemenangan dramatis 3-2 atas Sassuolo. Berkat hasil tersebut, Kremonese sempat memuncaki kelas men sementara seri A, sebuah pencapaian yang tidak banyak diprediksi sebelumnya. Kinerja gemilang tim ini tak lepas dari peran penjaga gawang utama mereka Emil Audero, keeper berusia 28 tahun yang juga menjadi bagian dari timnas Indonesia itu, tampil luar biasa dalam menjaga pertahanan Cremonese.
Audero, yang lahir di Mataram namun besar di Italia, menunjukkan kematangan permainan dan ketenangan yang luar biasa di bawah Mister Gawang. Selama Audero tampil, Kremonese tak pernah mengelan kekalahan. Bahkan, sebelum mengalami cadera, ia sempat mencatatkan dua kelimsit berturut-turut dalam hasil imbang tanpa gol melawan Parma dan Helas Verona.
Keberadaannya memberi rasa aman bagi barisan belakang dan kepercayaan diri bagi seluruh tim. Namun, momentum positif Cremonese mulai terhenti setelah Audero mengalami cadera jelang laga melawan Como pada 27 September lalu. Absennya sunkeeper membuat David Nicola harus memutar otak dan menurunkan Marco Silvestri sebagai pengganti.
Sayangnya, keputusan ini tidak berbuah manis. Tanpa Audero, pertahanan Kremonese kehilangan stabilitas dan komunikasi lini belakang menjadi kurang solid. Dalam empat laga berikutnya, Kremonese gagal meraih kemenangan.
Mereka hanya mampu memetik tiga hasil imbang dan satu kekalahan. Dalam periode tersebut, Gawang Silvestri kebebolan tujuh gol. Hal itu menandakan adanya penurunan signifikan pada aspek pertahanan.
Ketidakhadiran Audero seolah menjadi pukulan telak bagi tim yang tengah mencoba mempertahankan momentum positif di awal musim. Rentetan hasil buruk ini membuat posisi Kremonese di kelas men merosot tajam. Dari sempat menjadi pemuncak, kini mereka harus puas berada di peringkat ke-11 dengan koleksi 11 poin dari 8 pertandingan.
Meski masih unggul tujuh angka dari zona degradasi yang dihuni oleh Fiorentina, tren tanpa kemenangan selama enam pekan terakhir menjadi sinyal bahaya bagi tim yang bermarkas di Stadion Giovanni Zini. Mental dan konsistensi permainan menjadi tantangan utama yang harus segera diatasi oleh Nikola dan para pemainnya jika mereka ingin bertahan di papan tengah kelas men. Laga terbaru melawan Atalanta menjadi cerminan nyata situasi sulit Cremonese saat ini.
Salah satu sorotan dalam laga ini adalah Jemmy Fardy, striker asal Inggris yang menjadi rekrutan sensasional Cremonese musim panas lalu. Meskipun sudah berusia 38 tahun, Fardy masih menunjukkan aluri mencetak gol yang tajam serta pengalaman berharga di level tertinggi. Usaha keras Kremonese akhirnya membuahkan hasil pada menit ke-78.
Jemmy Fardy sukses mencetak gol perdananya di Syariah setelah menyambar bola muntah hasil tembakan dari Alessio Zerbin. Gol itu disambut sorak-sorai para pendukung yang memadati stadion Giovanni Zini. Sayangnya, keunggulan tersebut tidak bertahan lama.
Hanya 6 menit berselang, Atalanta berhasil menyamakan kedudukan lewat aksi Marco Brescianini. Belandang muda jebolan Akademi AC Milan yang kini memperkuat tim asal Bergamo itu. Skor pun berubah menjadi 1-1 dan bertahan hingga peluit panjang dibunyikan.
Hasil imbang ini memperpanjang catatan tanpa kemenangan Kremonese menjadi enam laga beruntun di Syariah musim ini. Meski demikian, ada satu kabar positif bagi pendukung tim. Emil Audero akhirnya kembali masuk daftar pemain setelah hampir 9 bulan absen akibat cadera.
Ia memang belum dimainkan sebagai starter dan hanya duduk di bangku cadangan bersama dengan penjaga gawang muda Lapo Nava Namun, hadirannya menjadi petanda baik bahwa proses pemulihan berjalan lancar dan sang kipper andalan segera siap tampil kembali. Kembalinya Audero diharapkan menjadi titik balik bagi Cremonese untuk kembali ke jalur kemenangan.
Laga-laga ke depan akan menjadi ujian berat bagi tim asuhan David Nicola. Mereka dijadwalkan menghadapi Lazio dan Inter Milan secara beruntun. Dua tim dengan lini serang tajam yang bisa menjadi tolak ukur ketahanan-pertahanan Kremonese pasca kembalinya Audero.
Kehadiran kipper timenas Indonesia itu diakini dapat mengembalikan kepercayaan diri lini belakang yang selama beberapa pekan terakhir tampak goyah. David Nicola sendiri dikenal sebagai pelatih yang mampu memaksimalkan potensi pemain di klub-klub kecil. Dalam karirnya, ia pernah menyelamatkan Torino dan Salernitana dari ancaman degradasi dengan gaya kepemimpinan penuh motivasi.
Kini, tugas serupa menantinya di Kremonese. Ia harus menemukan kembali keseimbangan antara pertahanan yang solid dan serangan yang efisien sembari menjaga moral pemain agar tetap tinggi di tengah tekanan kompetisi seri A yang sangat ketat. Selain Audero, faktor Jamie Vardy juga bisa menjadi kunci.
Pengalaman dan determinasi pemain veteran itu mampu menjadi teladan bagi pemain-pemain muda. Kombinasi antara pengalaman pemain senior dan energi pemain muda bisa menjadi kekuatan tersembunyi Cremonese untuk menghadapi sisa musim. Jika Audero kembali ke performa terbaik dan Vardy menemukan ritme goalnya secara konsisten, peluang bagi Cremonese untuk kembali bersaing di papan tengah bahkan menembus 10 besar tetap terbuka lebar.
Musim seri A 2025-2026 masih panjang dan segala kemungkinan bisa terjadi. Bagi Kremonese, kunci utama adalah menjaga konsistensi dan menghindari krisis kepercayaan diri. Mereka sudah membuktikan di awal musim bahwa mereka mampu bersaing dengan tim-tim besar.
Kini tantangannya adalah mempertahankan kualitas tersebut sepanjang kompetisi. Kembalinya Emil Audero menjadi sinyal positif bahwa mereka siap untuk bangkit.






