Lensa Bola – Liverpool kembali mengalami malam yang suram di Anfield, saat menjamu Crystal Palace dalam laga babak keempat Karabau Cup 2025-2026, Kamis dini hari waktu Indonesia Barat. Pertandingan yang awalnya diharapkan menjadi momentum kebangkitan, justru berubah menjadi bencana bagi tim Asuhan Arneslot. The Reds tersingkir dari ajang Piala Liga Inggris, usai takluk dengan skor 0-3 dihadapan ribuan pendukungnya sendiri.

Kekalahan ini bukan hanya memperpanjang tren negatif Liverpool, tetapi juga mempertebal tekanan terhadap sang pelatih asal Belanda yang kini berada di bawah serotan tajam publik Anfield. Arneslot mengambil keputusan berani dengan melakukan rotasi besar-besaran pada pertandingan kali ini. Dengan jadwal padat dan laga penting melawan Aston Villa di Premier League yang menanti akhir pekan nanti, Slot memilih untuk mengistirahatkan hampir seluruh pemain utamanya.

Nama-nama besar seperti Mohamed Salah, Alexander Isaac, Hugo Eketike, dan Florian Wirtz bahkan tidak turun ke lapangan dan hanya duduk di bangku penonton. Keputusan ini membuat Liverpool tampil dengan kombinasi pemain pelapis dan beberapa pemain muda yang belum banyak mendapatkan jam terbang. Dari lini belakang hingga depan, The Reds menurunkan susunan yang jarang tampil bersama, Andrew Robertson, menjadi salah satu dari sedikit pemain senior yang dipercaya tampil sejak awal, ditemani Alexis McAllister dan Wataru Endo di lini tengah.

Di lini depan, Slot menempatkan Federico Chiesa sebagai ujung tombak. Strategi ini awalnya diharapkan bisa memberi kesempatan kepada para pemain pelapis untuk bisa menunjukkan kemampuan, namun di lapangan hasilnya jauh dari harapan. Di sisi lain, Crystal Palace datang ke Anfield dengan kepercayaan diri tinggi.

Pasukan Oliver Glessner tidak melakukan banyak perubahan dari tim utama mereka, hanya merotasi Jean-Philippe Mateta dengan Eddie Nketiah di posisi penyerang tengah. Dengan dukungan dari pemain sayap cepat seperti Ismaila Sarr dan Yaremi Pinho, The Eagles tampil agresif dan disiplin tinggi dalam bertahan. Liverpool sejatinya memulai pertandingan dengan cukup baik.

Mereka mampu menguasai bola dan menciptakan beberapa peluang berbahaya melalui kombinasi antara McAllister dan Chiesa. Pada menit ke-8, Chiesa hampir membawa drets unggul ketika melepaskan tembakan keras dari sudut sempit, namun sepakanya masih bisa ditepis oleh keeper Palace. Meski tampil dominan dalam penguasaan bola, kurangnya dukungan terhadap Chiesa di lini depan membuat serangan Liverpool mudah dipatahkan.

Kelemahan itu dimanfaatkan dengan baik oleh Palace. Setelah bertahan rapat di 30 menit pertama, tim tamu mulai menemukan celah di lini tengah Liverpool. Kesalahan koordinasi antara Joy Gomez dan Endo dimanfaatkan oleh Kieran Morrison.

Bola sapuan Gomez yang gagal mengenai sasaran jatuh ke kaki Ismaila Sar, yang dengan tenang menaklukkan keeper Liverpool pada menit ke-4-1. Goal itu membuat suasana di Anfield mendadak kening. Belum sempat bangkit dari keterkejutan, Liverpool kembali ke bobolan 3 menit berselang.

Jeremie Pinho menjadi arsitek gol ke-2 Palace dengan umpan terobosan yang kembali mengarah kepada Sar. Winger asal Senegal itu, tak menyanyiakan peluang dan mencetak gol keduanya malam itu, membawa Palace unggul 2-0 hingga turun minum. Memasuki babak kedua, Slot mencoba mengubah arah permainan dengan memasukkan beberapa pemain untuk menambah kreatifitas di lini tengah.

Namun, masalah terbesar Liverpool tetap sama, yaitu koordinasi yang buruk dan krisis kepercayaan diri. Kombinasi antar lini terasa tak padu, sementara Palace tampil semakin nyaman dalam melakukan transisi cepat dari bertahan ke menyerang. Federico Chiesa, yang menjadi satu-satunya ancaman nyata, tampak frustasi karena minimnya supply bola.

Beberapa kali, ia mencoba memecah kebuntuan melalui aksi individu. Tetapi, barisan belakang Palace yang dikomandoi Mark Gehi tampil dengan solid. Serangan balik Palace bahkan lebih berbahaya dibandingkan upaya Liverpool mencetak gol.

Malah petaka bagi tuan rumah datang pada menit ke-7-9. Back muda Amara Nalo dikartu merah langsung oleh Wasid, setelah menjatuhkan Justin Defene yang lolos sendirian menuju Gawang. Bermain dengan 10 pemain, peluang Liverpool untuk mengejar ketertinggalan praktis menguap.

Hanya 4 menit berselang, Palace menambah penderitaan drets lewat gol penutup Eddie Nketiah yang memanfaatkan kemelut di depan Gawang. Skor 3-0 menandai kemenangan meyakinkan bagi tim tamu, sekaligus memastikan langkah mereka ke perempat final Karabau Cup. Kemenangan ini mempertegas dominasi Crystal Palace atas Liverpool sepanjang musim 2025-2026.

Sebelumnya, The Eagles juga sukses menaklukkan pasukan Arne Slot di ajang Community Shield dan Premier League. Artinya, Palace mencatatkan heterik kemenangan atas Liverpool di 3 kompetisi berbeda hanya dalam waktu 3 bulan. Sebaliknya, Liverpool justru terperosok dalam krisis performa.

Dalam 5 laga terakhir di semua kompetisi, mereka hanya sekali menang, yaitu saat tandang ke markas Eintracht Frankfurt di Liga Champions. Sementara 4 sisanya berakhir dengan kekalahan. Situasi ini jelas menimbulkan kekhawatiran di internal klub dan menimbulkan keraguan terhadap kepemimpinan Arne Slot.

Pelatih asal Belanda itu tampak kesulitan mencari solusi atas penurunan performa timnya. Dalam mewawancara pas kalaga, Slot menyebut kelelahan pemain dan jadwal padat sebagai faktor utama. Ia juga menegaskan bahwa rotasi besar yang dilakukan adalah langkah strategis menjelang laga penting melawan Aston Villa.

Namun, bagi banyak pengamat dan pendukung, alasan tersebut dianggap tidak cukup membenarkan performa buruk tim. Terutama karena Liverpool tampil tanpa determinasi dan kehilangan identitas permainan yang selama ini dikenal agresif dan penuh intensitas. Kekalahan telak ini membuat posisi Arne Slot mulai diguncang rumuar pemecatan.

Meski baru membawa Liverpool menjuarai Premier League musim lalu, rentetan hasil negatif dalam waktu singkat menurunkan kepercayaan publik terhadapnya. Sejumlah rumah taruhan di Inggris mulai memperbarui daftar calon pengganti potensial dengan nama-nama besar muncul di urutan teratas. Menurut laporan dari Betfair, manajer Crystal Palace Oliver Glessner kini menjadi favorit untuk mengambil alih kursi panas di Anfield jika Sloat diberhentikan.

Di bawahnya, ada Andoni Iraula dari Burnham Wood serta Zinedine Zidane yang menempati posisi ketiga. Julian Nagelsmann, bahkan Jurgen Klopp, yang kini menjabat sebagai kepala sepak bola global Red Bulls, juga masuk dalam daftar spekulatif dengan peluang yang lebih kecil. Nama Zidane menjadi sorotan utama karena reputasinya yang luar biasa di dunia kepelatian.

Legenda asal Perancis itu, sukses besar bersama Real Madrid dengan meraih tiga Trophy Liga Champions beruntun pada periode 2016 hingga 2018 dan dikenal memiliki karisma tinggi di ruang ganti. Dalam mewawancara beberapa tahun lalu, Zidane pernah menyebut Anfield sebagai salah satu stadion terbaik di dunia dan mengagumi semangat para supporter Liverpool. Ia juga memuji transformasi Klopp di bawah Jurgen Klopp yang dianggapnya membawa kembali aura legendaris The Reds.

Namun, peluang Zidane menangani Liverpool tidak tanpa hembatan. Salah satu kendala terbesarnya adalah faktor bahasa. Dalam mewawancara pada 2022, Zidane mengakui dirinya belum sepenuhnya fasi berbahasa Inggris, meski cukup memahami dasar-dasarnya.

Hal ini diakini menjadi alasan utama ia menolak beberapa tawaran dari klub Premier League sebelumnya, termasuk juga Manchester United. Sejak meninggalkan Real Madrid, Zidane belum mengambil pekerjaan baru, meski ia kerap dikaitkan dengan posisi pelatih timnas Prancis setelah piala dunia 2026. Terlepas dari berbagai spekulasi tersebut, sumber internal Anfield menegaskan belum ada kepanikan di tubuh manajemen klub.

Fenway Sport Group selaku pemilik Liverpool dikenal memiliki pendekatan konservatif terhadap pergantian manajer. Sejak mengambil alih klub pada 2010, mereka hanya tiga kali memecat pelatih Roy Hudson, Kenny Dalgis, dan Brendan Rogers. Filosofi FSG adalah memberi waktu cukup bagi pelatih untuk membangun proyek jangka panjang, seperti yang mereka lakukan terhadap klub selama hampir sembilan tahun masa kepemimpinannya.

Namun, tekanan dari supporter mulai meningkat. Tagar slot out sempat menjadi trending di media sosial setelah kekalahan dari Crystal Palace. Banyak fans menilai slot gagal meneruskan standar tinggi yang ditinggalkan oleh klub, terutama dalam hal intensitas permainan dan mentalitas juara.

Beberapa pengamat juga menilai bahwa rekrutan musim panas termasuk kedatangan Florian Wirtz, Alexander Isaac, dan Hugo Eketike belum mampu mengangkat performa tim secara signifikan. Laga berikutnya melawan Aston Villa di Premier League menjadi titik krusial bagi masa depan Arneslot. Kemenangan akan sedikit meredakan tekanan dan mengembalikan kepercayaan diri tim, sementara kekalahan bisa mempercepat keputusan drastis dari manajemen.

Aston Villa sendiri tengah tampil solid di bawah asuhan Unai Emery dan memiliki rekor kandang yang impresif musim ini. Sehingga pertandingan tersebut diprediksi akan menjadi ujian berat bagi Liverpool.

lion mesdon
Oktober 31, 2025
Tags:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *