Lensa Bola – Timnas Indonesia usia 17 kembali bermain imbang. Kali ini kontra timnas Panama U17 dalam laga uji coba bertajuk U17 Dubai Yacht Challenge. Pertandingan yang digelar di Stadion Alhamriyah Dubai Uni Emirates Arab itu berakhir dengan skor imbang 1-1.

Laga ini menjadi penutup rangkaian uji coba Garuda Asia, jelang tampil di piala dunia U17 2025 di Kuala Lumpur. Pertandingan tersebut berjalan dengan cukup seimbang, memperlihatkan permainan disiplin dari kedua tim. Panama U17 sempat unggul lebih dulu pada menit 41 melalui titik putih setelah salah satu pemain Indonesia melakukan pelanggaran di kotak penalti.

Di babak kedua, pelatih Nova Arianto melakukan sejumlah rotasi dan meningkatkan intensitas serangan. Garuda Asia tampil lebih agresif dan menekan sejak awal, terutama dari sisi sayap yang digerakkan oleh pemain-pemain muda penuh energi. Upaya itu akhirnya membuahkan hasil pada menit ke-61 ketika tim Nas Indonesia U17 berhasil mencetak gol penyeimbang melalui skema serangan cepat.

Skor 1-1 bertahan hingga laga usai, sekaligus menutup rangkaian uji coba dengan catatan tanpa kemenangan, namun dengan banyak pelajaran berharga. Selama dua pekan menjalani pemusatan latihan di Dubai, timnas Indonesia U17 menggelar tiga pertandingan menghadapi lawan dari tiga benua berbeda. Paraguay U17 dari Amerika Selatan, Pantai Gading U17 dari Afrika, dan Panama U17 dari Amerika Tengah.

Dalam laga perdana, Indonesia tumbang tipis 1-2 dari Paraguay setelah sempat memberikan perlawanan sengit. Pada laga kedua, tim Asua Nova Arianto bermain imbang tanpa gol melawan Pantai Gading, sementara di laga terakhir melawan Panama, mereka menutup dengan hasil seri 1-1. Secara hasil memang belum menggembirakan, namun dari sisi performa, Indonesia menunjukkan perkembangan yang positif, terutama dalam hal organisasi permainan, adaptasi terhadap tempo tinggi, serta kemampuan menjaga konsistensi di bawah tekanan.

Nova Arianto menilai bahwa laga-laga tersebut memberi banyak pengalaman berharga bagi anak Asunya, karena karakteristik permainan lawan-lawan di uji coba ini mirip dengan calon lawan mereka di fase grup piala dunia U17 2025. Paraguay memiliki gaya permainan cepat dan mengandalkan teknik tinggi seperti Brazil, sementara Pantai Gading yang kuat secara fisik menyerupai Zambia, dan Panama yang punya karakter disiplin dan transisi cepat yang identik dengan Honduras. Oleh karena itu, meski hasilnya belum sempurna, uji coba di Dubai menjadi gambaran konkret tentang apa yang akan dihadapi Indonesia di Qatar nanti.

Dalam berbagai kesempatan, Nova Arianto menegaskan target realistis bagi tim Nes Indonesia U17 di Piala Dunia 2025, yaitu lolos ke babak gugur atau 32 besar. Namun, ia tidak ingin target tersebut menjadi beban bagi pemain muda seperti Evandra Florasta, Zahabi Gholi dan rekan-rekannya. Bagi sang pelatih, yang terpenting adalah bagaimana para pemain bisa menikmati proses dan menunjukkan perkembangan di setiap pertandingan.

Nova Arianto menilai bahwa semangat dan kerja keras anak Asunya menjadi modal penting untuk menghadapi atmosferi turnamen yang jauh lebih kompetitif. Fokus kami bukan pada hasil, tetapi pada proses dan kemajuan permainan. Kami ingin mereka bermain tanpa beban.

Ia juga menambahkan bahwa intensitas latihan dan kualitas lawan selama di Dubai sudah membantu tim memahami standar permainan yang akan mereka hadapi di ajang dunia nanti. Piala Dunia U17 2025 yang akan digelar di Qatar pada 3 sampai dengan 27 November mendatang, menjadi turnamen terbesar sepanjang sejarah penyelenggaraannya. FIFA untuk pertama kalinya memperluas jumlah peserta menjadi 48 tim yang terbagi ke dalam 12 grup dari A hingga L. Perubahan format ini memberi kesempatan lebih besar bagi negara-negara non-tradisional untuk tampil dan berprestasi di pentas dunia.

Selain menjadi ajang perbuatan trofi, Piala Dunia U17 juga selalu menjadi tempat lahirnya bintang-bintang masa depan sepak bola dunia. Bagi Indonesia, ini adalah partisipasi kedua setelah sebelumnya tampil sebagai tuan rumah pada edisi 2023. Kala itu, skuad Garuda Muda tampil penuh semangat meski mereka harus tersingkir di fase grup.

Kini, dengan pengalaman lebih banyak dan persiapan yang lebih matang, harapan publik Indonesia pun kembali menyala. Tim nasi Indonesia U17 tergabung di grup H bersama dengan 3 lawan tangguh yaitu Brazil, Honduras, dan Zambia. Ketiga negara ini dikenal memiliki tradisi kuat di level usia muda, menjadikan tantangan bagi Garuda Asia semakin besar.

Zambia menjadi salah satu tim yang patut untuk diwaspadai. Negara asal Afrika ini membawa skuad muda dengan komposisi seimbang antara pemain berusia 15 hingga 17 tahun. Dari 23 nama yang dibawa, 7 diantaranya berkarir di luar negeri.

Mereka diantaranya adalah Nkotami Chimwemwe, Vincent Muntondo, serta 2 penjaga gawang muda William Zulu dan Christo Chitambala yang kini menimba ilmu di Akademi Eropa. Gaya bermain Zambia dikenal eksplosif, cepat, dan kuat dalam duel fisik. Tim ini baru saja menorehkan kemenangan meyakinkan 3-1 atas Mexico U-17 dalam lagau uji coba, yang menjadi sinyal bahwa mereka bukan lawan yang sembarangan.

Dengan karakter permainan penuh tenaga, Zambia bisa menjadi ujian berat bagi Indonesia dalam menjaga konsentrasi dan keseimbangan permainan. Sementara itu, Honduras datang dengan reputasi sebagai tim berpengalaman di level U-17. Mereka sudah 6 kali tampil di piala dunia U-17, dan sempat mencapai perempat final pada edisi 2013 di Uni Emirates Arab.

Di bawah asuhan Israel Kanales, Honduras memandukan pemain lokal dengan beberapa talenta muda yang berkarir di luar negeri. Salah satu yang menarik perhatian adalah Luis Sauzo, penyerang berusia 16 tahun yang saat ini memperkuat Juventus U-17 di Italia. Selain itu, Marco Reyes dan David Flores juga menjadi tumpuan di lini tengah dengan kemampuan distribusi bola yang baik dan agresifitas yang tinggi.

Honduras dikenal bermain taktis, disiplin, dan efisien dalam menyerang, kombinasi yang menjadikan mereka lawan berbahaya di setiap turnamen. Brasil tentu menjadi lawan terkuat di Grubah, dan favorit juara di setiap edisi piala dunia U-17. Negara dengan tradisi sepak bola luar biasa ini, sudah tampil 18 kali dan mengoleksi 4 golar juara pada tahun 1997, 1999, 2003, dan 2019.

Tim muda Brasil kali ini juga dihuni talenta yang mencuri perhatian dunia. Salah satunya adalah Wenderson Wanderlisantos de Melo, atau yang akrab di Sapa dengan Del. Pemain muda bahaya ini sukses mencetak 40 gol dalam 35 pertandingan di level akademi pada tahun 2023.

Sebuah prestasi yang mengantarnya promosi ke tim U-20, dan kemudian menembus kuat Brasil U-17. Gaya bermainnya yang matang, cepat, dan penuh teknik tinggi, membuatnya disebut sebagai calon bintang besar masa depan Selesau. Dengan kombinasi pemain seperti ini, Brasil jelas menjadi lawan paling berat bagi Indonesia di fase grup.

Sebagai satu-satunya wakil Asia Tenggara di turnamen ini, tim nasi Indonesia U-17 mendapatkan sorotan dari Konfederasi Sepak Bola Asia atau AFC. Dalam laporan resminya, AFC menyebut bahwa keberhasilan Indonesia menembus piala dunia U-17 merupakan bukti kemajuan sepak bola kawasan, sekaligus ajang pembuktian generasi muda Indonesia di level global. AFC juga menyoroti salah satu pemain andalan Garuda Asia yaitu Zahabi Golli, yang dianggap memiliki kualitas istimewa di lini serang.

Pemain sayap itu disebut sebagai sosok yang cerdas membaca permainan, memiliki visi tajam, serta umpan-umpan presisi yang sering menciptakan peluang berbahaya. Selain pemain lokal, kekuatan tim nasi Indonesia U-17 juga ditopang oleh empat pemain diaspora yang siap memperkaya variasi permainan. Mereka adalah Mike Rajasahopen-Browers,  Lukas Lee, Matthew Becker, dan Ezhar Tanjung.

Kempatnya, memiliki latar belakang dan karakteristik permainan yang berbeda yang menambah fleksibilitas tim. Kolaborasi pemain lokal dan diaspora diharapkan mampu menghadirkan keseimbangan antara teknik, taktik, dan mental bertanding yang solid.

lion mesdon
November 2, 2025
Tags:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *