
Lensa Bola – Anfield kembali menjadi saksi betapa magisnya malam Eropa milik Liverpool. Pada rabu dini hari waktu Indonesia Barat, The Red sukses menumbangkan Raja Eropa Real Madrid dengan skor tipis 1-0 pada match day keempat Liga Champions. Goal tunggal Alexis McAllister di babak kedua, bukan sekedar membawa tiga poin, melainkan juga mengembalikan semangat dan kebanggaan klub setelah periode sulit dalam beberapa pekaan terakhir.
Bermain di hadapan puluhan ribu pendukung fanatiknya, Liverpool tampil agresif sejak menit pertama. Arne Slot menurunkan kombinasi lini tengah yang kreatif dengan Dominic Szoboszlai, Alexis McAllister, dan Ryan Gravenberch. Sementara sektor serangan dipercayakan kepada Mohamed Salah, Florian Wirtz, dan Hugo Eketike.
Strategi ini terbukti efektif menekan pertahanan Real Madrid yang dikawal keeper andalan El Real Tibaut Kortoa. Dari awal laga, Liverpool langsung menguasai jalannya permainan. Mereka menekan dengan intensitas tinggi dan mencoba memecah kebuntuan lewat serangan cepat.
Szoboszlai menjadi motor serangan utama dengan beberapa percobaan tembakan jarak menengah. Pada menit ke-27, Anfield sempat bergemuruh ketika tembakan keras gelandang asal Hungaria itu dari jarak dekat berhasil ditepis oleh Kortoa dengan refleks luar biasa. Tak lama berselang, momen kontroversi terjadi.
Sipakan Szoboszlai mengenai tangan Tchouameni di dalam kotak penalti, dan Wasit sempat menunjuk titik putih. Namun, setelah meninjau tayangan ulang melalui VAR, keputusan penalti dibatalkan karena posisi tangan Tchouameni dianggap natural dan menempel dengan badan. Keputusan itu memicu protes keras dari para pemain dan pendukung Liverpool.
Tetapi, permainan tetap dilanjutkan. Dominasi The Reds berlanjut, Szoboszlai kembali mengancam gawang Madrid pada menit ke-37 dan ke-43. Namun, Kortoa tampil bak tembok raksasa di bawah mistar.
Real Madrid bukan tanpa perlawanan. Jude Bellingham sempat menguji refleks Gheorghe Mamardaswili lewat tembakan dari sudut sempit. Namun, keeper asal Gheorghe itu tampil sigap hingga babak pertama berakhir.
Memasuki paruh kedua, tempo permainan meningkat drastis. Kedua tim saling bertukar serangan, dan duel lini tengah antara McAllister dan Bellingham menjadi sorotan utama. Liverpool yang unggul dalam intensitas dan determinasi, akhirnya memetik hasil pada menit ke-63.
Berawal dari pelanggaran terhadap Ryan Gravenberch di sisi kanan, Szoboszlai mengambil tendangan bebas dan mengirimkan bola melengkung ke jantung pertahanan Real Madrid. McAllister yang lolos dari kawalan, menyambut bola dengan sundulan keras dari jarak dekat. Kali ini, Kortawa tak mampu berbuat banyak.
Bola melesak deras ke gawang, membuat Anfield bergemuruh dalam luapan emosi. Goal itu menjadi pelampiasan dari dominasi Liverpool sejak awal laga. Para pemain merayakannya dengan penuh semangat, sementara slot tampak menepuk dadanya di pinggir lapangan, petanda lega setelah timnya sempat melalui periode buruk dengan enam kekalahan dari tujuh laga di semua kompetisi.
Tertinggal satu gol, membuat Real Madrid lebih agresif. Xabi Alonso yang kini duduk di bangku pelatih Los Blancos, mencoba mengubah arah permainan dengan memasukkan pemain-pemain bernuansa menyerang. Kombinasi Vinicius Junior, Bellingham dan Kylian Mbappe, beberapa kali mencoba mengancam lewat pergerakan cepat dan umpan terobosan.
Namun, disiplin lini belakang Liverpool menjadi faktor penentu. Virgil van Dijk tampil dominan di udara, sementara bek muda Connor Bradley mencuri perhatian dengan keberaniannya menghadapi Vinicius Junior. Bradley bahkan membuat pemain asal Brazil itu frustasi, hingga Vinicius diganjar kartu kuning karena melakukan tackle keras untuk menghentikan serangan balik.
Mbappe sempat mendapatkan peluang emas di menit-menit akhir, tetapi sepakan melengkungnya melebar tipis di sisi kanan gawang. Selain itu, Mamardesvili kembali menunjukkan ketenangan luar biasa di bawah tekanan, menepis peluang Bellingham di menit ke-85, hingga peluit panjang dibunyikan, skor 1-0 bertahan untuk keunggulan tuan rumah. Kemenangan ini membuat Liverpool berada di posisi enam klasman sementara UCL dengan sembilan poin.
Salah satu momen paling emosional di laga ini datang bukan dari gol atau penyelamatan, melainkan dari kembalinya tren Alexander-Arnold Canfield. Bek Timnas Inggris itu, yang kini berseragam Real Madrid, masuk sebagai pemain pengganti di menit ke-81 menggantikan Arda Guler. Namun, kehadirannya disambut dengan cemohan keras dari para pendukung Liverpool.
Keputusan Alexander-Arnold meninggalkan klub masa kecilnya demi bergabung dengan Real Madrid masih menjadi luka bagi banyak fans. Bahkan, mural dirinya di kota Liverpool dilaporkan dirusak pada hari yang sama menjelang laga. Setiap kali ia menyentuh bola, suara ejekan menggema di seluruh stadion, menandakan bahwa sebagian supporter belum siap memaafkannya.
Meski demikian, momen itu justru mempertegas besarnya emosi dan makna laga ini. Pertemuan dua klub dengan sejarah panjang di Eropa bukan sekedar soal tiga poin, tetapi juga tentang identitas, kebanggaan dan loyalitas. Secara statistik, Liverpool memang kalah dalam penguasaan bola.
Namun, mereka jauh lebih tajam dalam menciptakan peluang. Dari total 17 tembakan yang dilepaskan, 9 diantaranya mengarah tepat ke gawang. Sebaliknya, Real Madrid hanya mampu membalas dengan 8 tembakan dan 2 diantaranya on target.
Kemenangan ini memperpanjang catatan positif Liverpool di Anfield, di mana mereka belum terkalahkan di kandang pada ajang Eropa sejak 2023. Selain itu, Matt Elister menjadi pemain Argentina pertama yang mencetak gol ke gawang Real Madrid untuk Liverpool di kompetisi Eropa. Bagi Jude Bellingham, laga ini tetap memiliki makna tersendiri.
Ia resmi mencatat rekor sebagai pemain termuda yang mencapai 50 penampilan di Liga Champions pada usia 22 tahun. (6:03) Meski timnya kalah, kontribusinya tetap signifikan dan menegaskan statusnya sebagai salah satu gelandang terbaik generasi baru. Di sisi lain, Florian Wirtz, yang dipercaya Arne Slot menggantikan Cody Gakpo di sektor kiri, tampil dengan impresif.
Gelandang asal Jerman itu menjadi sumber kreativitas utama Liverpool, mencatat tiga peluang besar tercipta dari kakinya, serta mencatatkan tingkat akurasi umpan mencapai 91 persen. Pertandingan ini juga menampilkan kontras menarik antara dua pelatih yang memiliki sejarah berbeda. Arne Slot, yang sempat berada di bawah tekanan besar karena hasil buruk di Liga Domestik, akhirnya bisa tersenyum lega.
Kemenangan atas Aston Villa di Premier League beberapa hari sebelumnya menjadi momentum kebangkitan, dan kini kemenangan atas Real Madrid memperkuat posisinya di ruang ganti. Sementara itu, Xabi Alonso, legenda Liverpool yang kini menahkodai Real Madrid, harus menerima kekalahan pahit di tempat yang dulu pernah ia sebut sebagai rumah. Alonso, yang pernah mengangkat trofi Liga Champions bersama dengan Dreds pada 2005, disambut dengan tepuk tangan hangat sebelum laga dimulai.
Namun, begitu peluit pertandingan berbunyi, atmosfer berubah total. Ia kini menjadi lawan yang harus dikalahkan, dan malam itu Anfield tidak memberi ruang untuk kenangan manis. Liverpool mengumpulkan poin penting yang menempatkan mereka di jalur aman menuju babak 16 besar Liga Champions tanpa melalui playoff.
Dua laga kandang berikutnya, yang di atas kertas lebih mudah, serta lawatan ke markas Inter Milan dan Marseille, memberi mereka peluang besar untuk finish di delapan besar fase Liga. Lebih dari sekedar kemenangan, hasil ini memberi sinyal bahwa proyek Arne Slot mulai menemukan kestabilan. Keberanian Slot memadukan pemain muda seperti Wirts dan Bradley, dengan pengalaman Virgil van Dijk dan Salah, membuahkan hasil yang positif.
Bagi supporter, malam itu menjadi simbol kembalinya semangat Liverpool. Dalam hujan rintik yang turun di atas langit Anfield, para fans bernyanyi You Will Never Walk Alone dengan lebih lantang dari biasanya, seolah menegaskan bahwa kebanggaan merah itu belum pudar, dan perjalanan menuju kejayaan Eropa masih sangat hidup.






