Lensa Bola – Brighton & Hove LBN Brighton & Hove LBN dikenal sebagai salah satu klub kuda hitam yang paling konsisten dalam beberapa musim terakhir di Premier League. Meski jarang terlibat langsung dalam perbutan gelar juara, klub berjulup The Seagulls ini terus menarik perhatian berkat kemampuannya mencetak pemain-pemain berbakat dan mengorbitkan pelatih muda potensial. Brighton seolah menjadi pabrik pemain bintang yang tak pernah berhenti berproduksi.

Banyak pemain yang memulai karirnya di Stadion Valmer sebelum kemudian diboyong oleh klub-klub elit Eropa. Menariknya, andai semua pemain dan pelatih tersebut bertahan, Brighton sebenarnya punya potensi membentuk skuad impian yang sangat kompetitif, bahkan berpeluang menjadi penantang serius di kancah Liga Inggris dan Eropa. Saat ini, Brighton dilatih oleh Fabian Hasler, pelatih muda asal Jerman yang baru berusia 31 tahun.

Ia menjadi manajer termuda di Premier League pada musim 2024-2025 dan langsung menunjukkan potensinya dengan membawa Brighton finish di posisi ke-8 kelas main akhir Liga. Meski masih minim pengalaman di level atas, Hasler dinilai sebagai suksesor ideal bagi para pelatih sebelumnya yang telah mengharumkan nama Brighton seperti Graham Potter dan Roberto De Zerbi. Keberanian Brighton dalam menunjuk pelatih muda, sekaligus menggambarkan karakter klub yang selalu mendobrak pakem dan memberi ruang besar pada regenerasi kepemimpinan.

Keberhasilan Brighton juga ditopang oleh kebijakan transfer yang sangat efektif. Klub ini dikenal jeli dalam merekrut pemain muda berbakat dengan harga relatif murah, mengembangkan mereka dengan filosofi permainan modern, lalu menjualnya dengan harga tinggi. Dari situ, Brighton mendapatkan keuntungan finansial besar, sekaligus reputasi sebagai klub yang menjadi batu loncatan terbaik menuju puncak karir sepak bola.

Jika ditarik ke belakang, mereka sebetulnya bisa menyusun starting eleven berbasis formasi 4-3-3 dari para pemain yang telah mereka jual dalam lima tahun terakhir, dan hasilnya sungguh luar biasa. (1:59) Dari posisi penjaga gawang, ada nama Robert Sanchez. Keeper asal Spanyol ini bergabung dengan Akademi Brighton pada 2018 dan menjadi penjaga gawang utama selama beberapa musim.

Pada 2023, Chelsea datang membawa proposal serius dan berhasil memboyongnya. Bersama The Blues, Sanchez berhasil menunjukkan kualitasnya dengan menjuarai UFA Europa Conference League dan FIFA Club World Cup 2025. Ia kini menjadi salah satu keeper elit Eropa yang pernah merasakan atmosfer kompetisi tertinggi dan Brighton tentu punya andil besar dalam perjalanan karirnya.

Lini pertahanan Brighton versi andai tidak dijual, bisa diisi oleh pemain-pemain kelas dunia. Di sisi kiri, ada marku Korea yang sempat menjadi sorotan ketika dibeli Chelsea dengan harga fantastis nilai sekitar Rp 1 triliun. Setelah sempat mengalami masa sulit beradaptasi, Kukurea kembali menemukan performa terbaiknya di bawah asuhan Enzo Maresca.

Di sisi kanan, ada Ben White, produksi asli Akademi Brighton yang kini menjadi back andalan Arsenal dan Timnas Inggris. Ben White didatangkan The Gunners pada 2021 dengan harga Rp 50 juta ponsterling dan terus menunjukkan konsistensi hingga musim 2024-2025. Di jantung pertahanan, terdapat dua nama penting yaitu Dunbern dan Pervis Estupinan.

Dunbern, bek Jangkung asal Inggris, menjadi pemain kunci Brighton antara 2018 hingga 2022 sebelum akhirnya hijrah ke Newcastle United. Sejak saat itu, ia telah mencatatkan lebih dari 110 penampilan di Premier League dan dikenal sebagai back yang solid. Sementara Estupinan, back kiri asal Ecuador, bergabung dengan Brighton pada 2022 dan tampil impresif selama tiga musim.

Musim panas ini, ia resmi pindah ke AC Milan, menandakan loncatan karir signifikan yang kembali berakar dari keberhasilannya di Brighton. Masuk ke sektor gelandang, Brighton sebenarnya punya lini tengah kelas dunia jika saja semua pemain andalan mereka bertahan. Di posisi gelandang bertahan, ada nama Yves Bissouma, pemain asal Mali yang menjadi andalan antara 2018 hingga 2025.

Ia kemudian direkrut oleh Tottenham Hotspur dan sukses membawa klub tersebut meraih gelar juara Liga Eropa 2024-2025, gelar besar pertama Spurs dalam dua dekade. Di sisi gelandang tengah, ada Alexis McAllister, pemain timnas Argentina yang dibeli Liverpool pada 2023. Bersama The Reds, McAllister menjadi pilar utama lini tengah baik di era Jurgen Klopp maupun Arne Slot.

Ia berperan vital dalam keberhasilan Liverpool menjuarai piala IFL 2023-2024 dan Premier League 2024-2025. Nama berikutnya yang tak kalah mencolok adalah Moises Caicedo. Gelandang asal Ecuador ini menciptakan rekor sebagai pemain termahal yang pernah dijual oleh Brighton setelah ditebus Chelsea seharga 115 juta pound sterling atau sekitar 2,2 triliun rupiah.

Meski sempat kesulitan beradaptasi dan kerap cedera, kualitas Caicedo tetap dianggap sebagai aset masa depan. Jika kebugarannya terjaga, ia berpotensi menjadi jangkar lini tengah Chelsea untuk waktu yang lama. Ketiga gelandang tersebut mewakili kualitas, daya saing dan keberhasilan Brighton dalam memoles pemain muda dari berbagai negara.

Di lini serang, Brighton juga memiliki alumni yang sangat produktif. Nama pertama adalah Joel Pedro, striker muda asal Brazil yang tampil tajam sepanjang musim 2024-2025. Setelah mencetak 10 gol dan 6 asisst bersama dengan Brighton, Pedro langsung dilirik Chelsea dan berhasil membawa klub barunya meraih trofi piala dunia antar klub 2025.

Dengan kemampuan teknis tinggi dan insting mencetak gol, Pedro diprediksi akan menjadi wajah baru lini depan Chelsea dalam beberapa tahun ke depan. Kemudian berikutnya ada nama Victor Giocheres, penyerang asal Sweden yang sempat membela Brighton antara 2018 hingga 2021. Meski tak bersinar di Premier League saat itu, ia meledak bersama dengan Sporting CP di Portugal.

Musim lalu, Giocheres mencetak 54 gol dalam 52 pertandingan di semua kompetisi. Hal itu menjadikannya sebagai pencetak gol terbanyak di Eropa. Arsenal pun bergerak cepat untuk memenangkan perburuan sang striker, dengan nilai transfer mencapai 1,2 triliun rupiah.

Kini, Gyokeres, dipersiapkan sebagai tumpuan baru lini serang The Gunners. Terakhir, di posisi sayap ada nama Leandro Trossard, penyerang asal Belgia ini menjadi salah satu ikon kebangkitan Brighton sejak bergabung pada 2019. Ia tampil konsisten selama 4 musim sebelum pindah ke Arsenal pada 2023.

Bersama tim asuhan Mikkel Arteta, Trossard menjadi pemain multifungsi yang seringkali mencetak gol-gol penting. Musim lalu, ia menyumbang 8 gol dan 7 asisst untuk membantu Arsenal finish sebagai runner-up Premier League. Melihat semua nama tersebut, jelas bahwa Brighton sejatinya memiliki materi pemain dan pelatih yang luar biasa jika mereka mampu mempertahankan aset-aset terbaiknya.

Namun, pilihan untuk menjual bintang mereka bukanlah kelemahan, melainkan bagian dari strategi cerdas klub. Brighton telah membuktikan diri sebagai klub yang mampu mengelola keuangan dengan baik, menghasilkan keuntungan besar dari transfer, dan tetap kompetitif di liga tertinggi. Dalam konteks sepak bola modern, Brighton memberikan pelajaran berharga bahwa kesuksesan tidak hanya ditentukan oleh seberapa banyak golar yang diraih, tetapi juga oleh kontribusi terhadap pengembangan talenta dan keberlanjutan klub.

Dengan manajemen yang stabil, scouting global yang efektif, dan keberanian memberi ruang bagi pelatih muda, Brighton perlahan tapi pasti membangun fondasi untuk menjadi klub yang bukan hanya menjual para bintang, tetapi juga mungkin suatu saat menjadi tempat bintang-bintang itu bertahan dan membawa kejayaan. Selain nama-nama bintang yang sudah dijual, Brighton musim ini masih akan diperkuat pemain seperti Kaoru Mitoma yang tampil konsisten di lini serang, Danny Welbeck yang musim lalu mencetak 10 gol, hingga James Milner gelandang senior yang menjaga kestabilan tim.

lion mesdon
November 15, 2025
Tags:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *