Lensa Bola – Harapan Cameroon untuk kembali tampil di panggung tertinggi sepak bola dunia resmi berakhir setelah kekalahan dramatis dari Republik Demokratik Kongo pada babak semifinal playoff kualifikasi zona Afrika. Goalcancel Mbemba pada menit ke-91 di Albarit Stadium menjadi pukulan telak yang menghancurkan impian Andre Onana dan rekan-rekannya, sekaligus menutup peluang negara tersebut untuk melaju ke piala dunia. Kekalahan ini terasa semakin menyakitkan, karena datang setelah rangkaian performa kurang meyakinkan selama fase kualifikasi, di mana Cameroon hanya mampu finish sebagai runner-up di bawah Tanjung Verde dan dipaksa menempuh jalur playoff untuk mempertahankan kans tampil di turnamen yang akan digelar di Amerika, Serikat, Kanada, dan Meksiko.

Pada lagak kontra Kongo, Cameroon sebenarnya tampil dengan kekuatan terbaik. Andre Onana kembali dipercaya di bawah mistar, sementara lini depan dihuni pemain-pemain yang tampil konsisten di kompetisi Eropa, termasuk Brian Beumo dari Manchester United. Dominasi statistik menunjukkan, Cameroon tampil lebih agresif melalui 12 tembakan, dengan 5 diantaranya mengarah tepat ke gawang lawan.

Namun, efektivitas serangan mereka sangat buruk. Tidak satupun peluang yang mampu dikonversi menjadi gol, dan hal itu membuat mereka berada dalam tekanan besar ketika pertandingan memasuki menit-menit akhir. Pertandingan tampak akan berlanjut ke babak tambahan waktu, sebelum akhirnya umpan silang Brian Cipenga disambut membemba dengan sontekan yang tak mampu di Bendung Onana.

Gol itu menjadi pembeda, sekaligus penentu langkah Kongo ke final playoff untuk menghadapi Nigeria, yang sebelumnya menggasak Gabon dengan skor telah 41. Kekalahan menyakitkan ini tidak hanya menghentikan perjalanan Cameroon menuju piala dunia, tetapi juga menambah tekanan terhadap pelatih Mark Bryas. Sosok asal Belgia itu, sejak awal bukan merupakan pilihan yang sepenuhnya didukung federasi, terutama oleh Samuel Eto’o selaku presiden.

Bryas ditunjuk lebih karena dorongan kuat dari Kementerian Olahraga, sehingga posisinya selalu berada dalam sorotan. Setelah gagal membawa Cameroon memenuhi target lolos ke piala dunia, kritik terhadapnya semakin keras. Salah satu kelemahan paling terlihat dalam masa kepelatihannya adalah buruknya performa Cameroon pada laga tandang kualifikasi di mana mereka hanya mampu meraih satu kemenangan dari lima pertandingan.

Ketidakkonsistenan itu menjadi faktor utama yang membuat mereka gagal mengamankan tiket otomatis dan harus melalui jalur playoff yang sangat kompetitif. Kegagalan ini memberi catatan kelam bagi negara yang selama bertahun-tahun menjadi simbol kebangkitan sepak bola Afrika. Cameroon merupakan negara dengan jumlah penampilan terbanyak dari Afrika di piala dunia yaitu 8 kali.

Mereka bahkan pernah mencatatkan sejarah besar ketika mencapai perempat final piala dunia 1990 menjadikan mereka tim Afrika pertama yang melaju sejauh itu. Prestasi tersebut melekat kuat pada identitas The Indomitable Lions. Namun setelah era tersebut, performa mereka di ajang global cenderung menurun.

Mereka sempat absent pada edisi 2006 dan 2018, sementara partisipasi lain seringkali berakhir di fase grup. Kualifikasi 2026 seharusnya menjadi kesempatan bagi Cameroon untuk kembali menegaskan eksistensi mereka di pentas dunia, terlebih dengan sejumlah pemain berbakat yang tampil di klub besar Eropa. Tetapi, realitas justru berbicara sebaliknya.

Diluar kegagalan kolektif tersebut, perhatian juga tertuju pada Brian Beumo yang tengah menapati masa-masa sulit. Mbuemo bermain penuh selama 90 menit melawan Kongo, tetapi tak mampu membawa perubahan berarti dalam skema serangan Cameroon. Setelah fluid panjang berbunyi, ia terlihat meninggalkan lapangan dengan wajah penuh frustasi.

Selain kegagalan mengantar negaranya ke piala dunia, ia kini harus menghadapi tantangan lain di level klub. Manchester United, yang sedang mencoba membangun ritme positif di bawah Ruben Amorim, akan menghadapi jadwal sangat padat pada akhir 2025 hingga awal 2026. Absen yang Beumo pada periode tersebut, berpotensi menjadi pukulan besar bagi sekuat yang tengah berusaha menstabilkan performa.

Hal itu terjadi karena meskipun Cameroon gagal ke piala dunia, mereka tetap akan tampil di Piala Afrika 2025 yang digelar di Marokko mulai 21 Desember 2025 dan akan berakhir pada 18 Januari 2026. Dalam turnamen tersebut, Cameroon tergabung di grup F bersama dengan Pantai Gading, Gabon, dan Mozambik. Jika Mbeumo dipanggil untuk memperkuat Cameroon di turnamen tersebut, ia dapat absen membela Manchester United selama hampir satu bulan, bergantung pada sejauh mana Cameroon melaju.

Jika mereka tersingkir cepat pada fase grup yang berakhir pada 31 Desember, Mbuemo bisa cepat kembali ke dalam klub. Namun, jika Cameroon berhasil melaju hingga laga final pada 18 Januari 2026, United harus rela kehilangan salah satu pemain kunci mereka untuk waktu yang lebih panjang. Situasi ini menempatkan Beumo pada posisi dilematis.

Di satu sisi, ia ingin memberi kontribusi besar bagi negaranya dan berupaya menembus kekecewaan akibat kegagalan lolos ke piala dunia. Di sisi lain, Manchester United tengah membutuhkan stabilitas dalam perjalanan mereka di musim 2025-2026, terutama karena persaingan di Premier League semakin sengit dan kompetisi Eropa menuntut konsistensi yang tinggi. Pilihannya untuk tetap memprioritaskan timnas atau fokus menjaga kontribusinya di klub akan sangat menentukan arah karirnya dalam beberapa bulan ke depan.

Secara keseluruhan, kegagalan Cameroon melaju ke piala dunia 2026 menjadi cerminan fase transisi yang tengah dialami oleh tim tersebut. Identitas sebagai kekuatan tradisional Afrika kini dipertanyakan dan banyak pihak menuntut perubahan besar dalam manajemen federasi, strategi tim Nas, hingga pemilihan pemain dan pelatih. Kegecewaan ini juga menjadi pembelajaran penting bagi generasi pemain saat ini yang diharapkan mampu membawa kembali kejayaan The Indomitable Alliance pada kompetisi-kompetisi mendatang.

Sementara itu, bagi pemain seperti Onana dan Mbuemo, kegagalan ini menjadi batu ujian yang akan membentuk kematangan mental dan profesionalisme mereka baik di level klub maupun tim nasional. Tantangan baru kini menanti dan apakah Cameroon dapat bangkit dari kegagalan ini akan menjadi kisah menarik dalam perjalanan sepak bola Afrika beberapa tahun ke depan.

lion mesdon
November 16, 2025
Tags:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *