Lensa Bola – Ketika Liverpool mengumumkan kedatangan Federico Chiesa sebagai satu-satunya rekrutan mereka pada jendela transfer musim panas 2024, ekspektasi langsung melambung tinggi. Chiesa bukanlah sosok yang asing di sepak bola Eropa. Namanya telah dikenal luas sejak tampil gemilang bersama dengan Fiorentina dan kemudian menjadi andalan Juventus.

Puncak kejayaannya terjadi saat memperkuat timnas Italia di Euro 2020, di mana ia menjadi pemain kunci dalam perjalanan Azuri menjuarai turnamen tersebut. Kecepatannya, teknik dribblenya yang ciamik, serta naluri menyerangnya yang tajam, membuat banyak pengamat menilai Liverpool telah mendapatkan permata yang terlupakan. Yang membuat transfer ini semakin menarik adalah harganya yang relatif murah.

Dengan hanya membayar sekitar 10 juta pond sterling kepada Juventus, Liverpool diakini melakukan langkah transfer yang sangat bijak. Bagi banyak fans, kedatangan Chiesa dianggap sebagai bentuk kecerdasan baru dalam era Arne Slot, mendatangkan pemain berkelas tanpa harus menguras kantong. Namun, tetap menjanjikan dampak besar di atas lapangan.

Sayangnya, semua ekspektasi itu tidak terwujud. Sejak bergabung dengan Liverpool, Federico Chiesa justru lebih sering menghuni bangku cadangan ketimbang menggetarkan jala lawan. Ia hanya mencatatkan total 395 menit bermain sepanjang musim, angka yang sangat rendah untuk ukuran pemain timnas Italia.

Sebagai perbandingan, back muda Liverpool, Gerald Kwanzaa, bahkan mencatatkan menit bermain lebih banyak di musim yang sama. Ironisnya, dalam laga paling penting sekaligus perayaan gelar juara Premier League, saat Liverpool menghancurkan Tottenham Hotspur 51 di Anfield, Chiesa bahkan tidak masuk dalam susunan pemain. Bukan hanya tidak menjadi starter, ia bahkan tak duduk di bangku cadangan.

Hal ini mempertegas bahwa posisinya dalam tim semakin terpinggirkan. Dalam situasi seperti itu, sulit untuk menyalahkan fans yang mulai mempertanyakan apakah transfer ini benar-benar masuk dalam rencana jangka panjang slot, atau sekedar langkah spekulatif yang kini kehilangan arah. Seorang pemain yang pernah bersinar di panggung Eropa, kini terjebak dalam bayang-bayang para pemain yang lebih dulu memahami sistem dan filosofi sang pelatih baru.

Ketimbang menjadi motor serangan baru Liverpool, Chiesa justru terlihat seperti tambahan mewah yang belum tahu di mana tempatnya dalam puzzle slot. Permasalahan yang menimpa Federico Chiesa di Liverpool, tak bisa dilepaskan dari konteks perubahan besar yang terjadi di klub usai kepergian Jurgen Klopp. Masuknya Arne Slott sebagai manajer baru, menandai era baru di Anfield, tidak hanya dari sisi kepelatian, tetapi juga filosofi permainan.

Arne Slot yang sebelumnya sukses bersama dengan Feyenoord, datang dengan membawa pendekatan sepak bola modern yang sangat terstruktur. Ia dikenal dengan gaya permainan yang menekankan intensitas tinggi, pressing kolektif tanpa kompromi, dan perpindahan posisi yang teratur. Dalam filosofi slot, semua pemain harus menjadi bagian dari sistem, tidak ada ruang untuk individualisme berlebihan.

Setiap pemain dituntut untuk memahami dan menjalankan tugas taktis secara disiplin, baik saat menguasai bola maupun saat kehilangan bola. Keseimbangan antara lini serang dan lini pertahanan menjadi hal mutlak, dan para winger dalam sistem slot bukan hanya dituntut untuk menyerang, tetapi juga menjadi garis pertama pertahanan dengan pressing tinggi ke arah back lawan. Inilah yang menjadi titik benturan utama dengan karakter Federico Chiesa.

Sepanjang karirnya, Chiesa dikenal sebagai pemain yang eksplosif, cenderung bebas dan sangat bergantung pada kemampuan individunya. Ia bukan seorang pemain yang menikmati bermain di dalam sistem. Di Juventus maupun Timnas Italia, ia diberi peran sebagai inverted winger yang bisa memotong ke tengah dari sayap kanan dan mengeksekusi dengan kaki kirinya.

Namun di Liverpool versi slot, winger harus ikut bergerak dalam pola kolektif yang terkadang membatasi kreativitas spontan. Tidak cukup hanya memiliki kecepatan atau teknik, seorang pemain harus paham kapan melakukan counter press, kapan kembali turun membantu pertahanan, dan kapan harus melepaskan bola demi mempertahankan struktur formasi. Situasi ini membuat Chiesa tampak seperti asing dalam sistem permainan Liverpool.

Ia tampak tidak nyaman ketika harus mengikuti alur permainan yang terlalu mekanis. Hal itu membuat pelatih merasa ragu untuk memberikan menit bermain lebih banyak. Arne Slot yang terkenal sebagai pelatih yang memprioritaskan kestabilan sistem, tentu tidak bisa mengambil resiko dengan memainkan pemain yang belum sepenuhnya memahami tuntutan taktisnya.

Tak heran, jika dalam banyak pertandingan, Chiesa hanya menjadi pelengkap di bangku cadangan atau bahkan tidak masuk dalam daftar squad. Lebih jauh lagi, transisi dari sepak bola Italia yang lebih sabar dan taktis, ke Premier League yang cepat, fisikal dan penuh tekanan juga bukanlah proses yang mudah bagi Chiesa. Ia belum sepenuhnya beradaptasi dengan tuntutan intensitas permainan di Inggris, dan ketika gagal memenuhi ekspektasi pada beberapa kesempatan awal, termasuk penampilan buruknya saat melawan Plymouth di Piala FA, membuat posisinya makin sulit untuk dipulihkan.

Dalam sepak bola modern, kecocokan dengan filosofi pelatih seringkali menentukan nasib seorang pemain. Dan dalam kasus ini, meskipun Chiesa adalah pemain dengan talenta tinggi, ia tampaknya belum mampu atau belum sempat menyesuaikan diri dengan tuntutan Arneslot. Alhasil, musim debutnya pun berjalan sebagai musim penuh frustasi dengan peluang yang minim dan kontribusi yang tak maksimal.

Satu hal yang tak bisa diabaikan adalah betapa ketatnya persaingan di lini depan Liverpool. Di posisi sayap kiri dan kanan, Chiesa harus bersaing dengan nama-nama yang sudah lebih mapan di sistem slot. Luis Dias, Cody Gakpo dan Diogo Jota merupakan pilihan utama.

Bahkan Darwin Nunes, meski kerap dikritik karena inkonsistensi, tetap mendapatkan menit bermain yang jauh lebih banyak. Arneslot tampaknya lebih memilih pemain yang telah terbukti memahami sistem dan mampu bermain sesuai instruksi ketat. Dalam hal ini Chiesa kalah langkah.

Ia menjadi penyerang urutan ke-6 dalam klub sebesar Liverpool. Faktor kebugaran juga memainkan peran. Sepanjang paruh pertama musim, Chiesa beberapa kali mengalami masalah kebugaran.

Ia tak sepenuhnya pulih dari riwayat cedera lutut yang pernah membuatnya absen panjang di Juventus. Hal ini mempengaruhi performa fisiknya, terutama dalam sistem permainan yang menuntut banyak gerakan tanpa bola dan transisi cepat seperti yang diterapkan oleh Arneslot. Lebih buruk lagi, ketika akhirnya diberi kesempatan bermain, penampilannya justru mengecewakan.

Meski menit bermainnya sedikit, bukan berarti Chiesa tidak menunjukkan kualitas sama sekali. Ia mencetak satu gol indah di final Carabao Cup dan tampil mengesankan dalam pertandingan melawan Brentford. Dilaga itu, meski Nunes mencetak gol penentu kemenangan, Chiesa dinilai sebagai pembeda karena memberikan dimensi baru dalam serangan Liverpool.

Namun, jelasan seperti ini belum cukup untuk mengubah pandangan Slot. Dengan kontrak yang masih berlaku hingga 2028, masa depan Chiesa di Liverpool masih menjadi tanda tanya besar. Jika melihat musim debutnya, banyak yang menilai Chiesa sebagai pembelian gagal.

Namun, mengingat kualitas individu yang dimilikinya, bukan tidak mungkin ia bisa kembali bangkit. Semuanya tergantung pada dua hal. Apakah Arneslot bersedia memberinya lebih banyak waktu bermain? Dan apakah Chiesa sendiri mampu beradaptasi lebih baik dengan tuntutan sistem yang ada? Jika tidak, kembali ke Italia atau mencari klub lain di Eropa yang lebih sesuai dengan gaya bermainnya bisa saja menjadi solusi ideal.

Kisah Federico Chiesa di Liverpool musim ini adalah gambaran kompleks tentang bagaimana seorang pemain bintang bisa kesulitan jika tidak cocok dengan sistem dan pelatih. Dari ekspektasi tinggi hingga kenyataan pahit di bangku cadangan, karir Chiesa di Anfield masih belum selesai. Tapi, masa depannya tergantung pada perubahan besar.

Baik dari dirinya maupun dari kepercayaan manajemen terhadap potensinya.

lion mesdon
November 16, 2025
Tags: ,

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *