Lensa Bola – Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zonacon Kakaf Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zonacon Kakaf menghadirkan kejutan besar yang mengubah peta kekuatan sepak bola di kawasan Utara dan Karibia. Pada laga yang berlangsung pada Rabu 19 November 2025, tiga negara yaitu Curacao, Haiti dan Panama menjadi tim terbaru yang memastikan tempat diputaran final turnamen terbesar dunia tersebut. Ketiganya menyusul Amerika Serikat, Kanada dan Meksiko yang lebih dulu memastikan tiket sebagai tuan rumah.

Kelolosan ketiga negara ini tidak hanya mencerminkan meningkatnya kompetisi di kawasan, tetapi juga membawa kisah perjuangan yang begitu kuat dan emosional, terutama bagi Haiti yang kembali lolos setelah penantian lebih dari setengah abad. Perjalanan Panama di grup A menjadi salah satu yang paling stabil. Mereka mengamankan tiket ke Piala Dunia setelah menang meyakinkan 3-0 atas El Salvador.

Hasil tersebut membuat Panama mengakhiri fase grup dengan 12 poin, berada di puncak last man dan tak terkejar oleh pesaing lain. Pada sisi berbeda, Suriname yang masih memiliki peluang lolos, justru harus menelan kekalahan pahit 1-3 dari Guatemala di Stadion Manuel Felipe Carrera. Kekalahan itu menghentikan langkah Suriname untuk mengejar posisi teratas, sekaligus memastikan Panama melenggang keputaran final tanpa perlu menghitung-hitung kemungkinan lain.

Konsistensi Panama selama kualifikasi menunjukkan bahwa mereka telah berkembang menjadi kekuatan yang stabil di Konkakaf. Di grup B, pisah berbeda namun tak kalah luar biasa datang dari Curacao. Negara kecil di Karibia tersebut, mencatatkan sejarah setelah berhasil lolos keputaran final Piala Dunia untuk pertama kalinya.

Curacao, tampil disiplin dan tenang sepanjang fase grup, dan hasil imbang 0-0 melawan Jamaica pada lagap penentuan, menjadi cukup untuk mempertahankan posisi puncak dengan total 12 poin. Tim yang pada 2023 sempat dua kali dikalahkan oleh Indonesia ini, menunjukkan perkembangan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Meski tidak dihuni banyak nama besar, Curacao memaksimalkan kekuatan kolaborasi dan pemain diaspora yang menempuh karir di Eropa.

Dengan organisasi permainan yang solid, tim ini menjawab keraguan banyak pihak dan menjadi salah satu kejutan terbesar dalam kualifikasi zona Konkakaf kali ini. Bagi publik Curacao, kelolosan ini bukan hanya sebuah prestasi, tetapi juga bukti bahwa negara kecil dapat mencuri perhatian dunia lewat kerja keras dan visi yang terarah. Sementara itu, kisah paling dramatis dan inspiratif datang dari grup C. Haiti yang selama bertahun-tahun bergulat dengan berbagai krisis, berhasil memastikan tiket kepiala dunia untuk pertama kalinya sejak 1974.

Mereka menang 2-0 atas Nicaragua dalam laga penting, sementara pertandingan Honduras kontra Costa Rica berakhir imbang 0-0. Kombinasi dua hasil ini, memastikan posisi Haiti di puncak kelasmen tak tergoyahkan. Bagi Haiti, kelolosan ini terasa seperti keajaiban kecil di tengah kondisi negara yang tengah menghadapi situasi keamanan paling buruk dalam beberapa dekade terakhir.

Konflik bersenjata, aksi geng kriminal, dan instabilitas politik yang memuncak setelah Gempa Dasyat 2010 telah membuat jutaan warga hidup dalam ketidakpastian. Lebih dari 1,3 juta orang terpaksa mengungsi dan penerbangan internasional pun sudah tidak lagi mendarat di negara tersebut membuat pertandingan kandang Haiti dipindah ke Curaçao, sekitar 800 km dari Port-au-Prince. Di tengah segala keterbatasan itu, ada satu kisah unik yang membuat kelolosan Haiti semakin mengharukan, yaitu keberhasilan mereka mencapainya bersama pelatih yang bahkan belum pernah menginjakan kaki di negara itu.

Sébastien Migne, pria asal Perancis berusia 52 tahun, diangkat menjadi pelatih pada Maret 2024. Meskipun bukan nama baru di dunia kepelatian, Migne menghadapi tugas yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Ia tidak bisa bekerja langsung di Haiti karena situasi keamanan yang ekstrim.

Tidak mungkin saya datang ke sana karena terlalu berbahaya. Saya biasanya tinggal di negara tempat saya bekerja, tapi kali ini tidak bisa. Tidak ada lagi penerbangan internasional yang mendarat di Haiti, ucapnya kepada Friends Football.

Kondisi ini memaksanya membangun dan mengelola tim secara jarak jauh, mengandalkan komunikasi via telpon dan koordinasi intens dengan federasi untuk memonitor para pemain. Dengan pengalaman melatih berbagai negara di Afrika dan Kongkakaf seperti Kongo, Togo, Kenya dan Guinea, Migne tetap mampu membuat Haiti tampil konsisten dengan tiga kemenangan, dua hasil imbang dan hanya satu kali kekalahan di Group C. Pencapaian Haiti tidak lepas dari kekuatan diaspora mereka. Di squad Haiti, terdapat pemain-pemain yang berkarir di Liga Top Eropa.

Salah satu yang paling menjadi sorotan adalah Jan Rickner Belgrade, dilandang milik Wolverhampton Wanderers. Dengan kemampuan distribusi bola dan mobilitas yang tinggi, Belgrade menjadi bagian penting dari struktur permainan Haiti. Selain itu, ada satu nama lain yang berpotensi memperkuat Haiti di piala dunia, yaitu Wilson Eisider dari Sunderland.

Ia memiliki opsi untuk membela Prancis atau Haiti dan hingga kini belum memutuskan masa depannya. Piala dunia adalah mimpi. Saya punya dua pilihan, Prancis dan Haiti.

Haiti sudah menghubungi saya, tetapi saya belum mengambil keputusan, kata Eisider kepada Lukip. Kelolosan Haiti menjadi simbol harapan bagi rakyatnya yang tengah berjuang melewati situasi kemanusiaan yang berat. Para pemain mereka bermain bukan hanya untuk prestasi, tetapi juga untuk memberikan kebanggaan kepada masyarakat yang membutuhkan secercah kabar baik.

Mereka harus bermain jauh dari tanah air tanpa dukungan langsung dari ribuan supporter yang biasanya memenuhi stadion. Namun, semangat mereka tak pernah padam. Dengan segala tantangan yang mereka hadapi, pencapaian ini merupakan salah satu kisah paling menyentuh dalam kualifikasi Piala Dunia 2026.

Secara keseluruhan, keberhasilan Curaçao, Haiti dan Panama memperlihatkan perubahan besar dalam dinamika sepak bola Konkaka. Format Piala Dunia 2026 yang diperluas menjadi 48 peserta memang memberi peluang lebih banyak. Namun, kelolosan ini tetap menjadi bukti bahwa kerja keras, strategi matang serta pembangunan jangka panjang dapat menghasilkan prestasi yang mengejutkan.

Tim-tim tradisional kini semakin mampu bersaing dengan negara-negara besar di kawasan. Ketiga negara ini kini menghadapi babak baru dalam perjalanan sepak bola mereka. Curaçao akan tampil untuk pertama kalinya, Panama ingin memperbaiki pencapaian dari edisi sebelumnya, sementara Haiti tidak hanya mewakili diri mereka sendiri, tetapi juga membawa harapan dan inspirasi bagi jutaan orang di negara masing-masing.

Kelolosan Curaçao, Haiti dan Panama menjadi simbol bahwa sepak bola selalu memiliki ruang bagi kejutan dan keajaiban, menjadikan Piala Dunia 2026 salah satu edisi yang paling dinanti dalam sejarah modern.

lion mesdon
November 20, 2025
Tags:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *