Lensa Bola – Piala dunia usia 17, 2025 telah resmi berakhir dan meninggalkan jejak sejarah baru yang akan dikenang dalam perjalanan sepak bola dunia. Portugal berhasil keluar sebagai juara setelah menumbangkan Austria dengan skor tipis 1-0 dalam pertandingan final yang berlangsung di Halifah Internasional Stadium Qatar. Final ini mempertemukan dua kesebelasan muda yang tampil memukau sejak turnamen dimulai.

Namun Portugal menjadi pihak yang pada akhirnya mampu mengangkat trofi tertinggi untuk pertama kalinya dalam sejarah mereka di level usia di bawah 17 tahun. Perjalanan kedua tim menuju final begitu berbeda dan menarik untuk Bissaroti. Austria datang ke lagapuncak dengan status impresif sebagai kesebelasan yang belum pernah merasakan kekalahan dalam tujuh pertandingan sebelumnya dan lebih luar biasa lagi mereka hanya kebobolan satu gol sepanjang turnamen.

Soliditas lini belakang serta performa konsisten para pemain muda Austria membuat mereka digadang-gadang sebagai salah satu kandidat kuat juara. Di sisi lain, Portugal justru memulai kompetisi dengan langkah yang kurang mulus. Mereka kalah pada pertandingan pertama melawan Jepang, namun kekalahan tersebut justru menjadi pemantik semangat untuk bangkit.

Portugal menyusun kembali tempo permainan, memperbaiki strategi dan menunjukkan perkembangan signifikan hingga mampu menyingkirkan Brazil lewat adu penalti di babak semifinal, salah satu laga yang paling menegangkan sepanjang turnamen. Saat pertandingan final dimulai, kedua tim memperlihatkan kualitas permainan yang sama tingginya. Portugal tampil mendominasi jalannya pertandingan dengan penguasaan bola mencapai 58 persen dan total 10 percobaan tembakan, namun hanya 3 yang berhasil mengarah tepat ke gawang.

Austria yang bermain lebih efektif justru memberikan ancaman melalui 8 percobaan dengan 5 diantaranya tepat sasaran. Intensitas pertandingan terasa sejak menit pertama. Pertarungan lini tengah begitu keras, duel-duel fisik terjadi hampir di setiap menit dan kedua tim berusaha keras menciptakan ruang serang.

Sampai akhirnya, momen krusial terjadi di menit ke-3-2 ketika Anissio Cabral, penyerang muda berbakat Portugal, menjadi pembeda lewat duel tunggalnya. Duel ini berawal dari pergerakan kunyah di sisi kanan lapangan yang kemudian memberikan umpan tarik tepat ke arah Cabral. Berdiri bebas tanpa kawalan berarti, Cabral hanya perlu melakukan satu sentuhan untuk menyontek bola ke gawang Austria.

Goal tersebut menjadi yang ke-7 baginya sepanjang turnamen dan menegaskan dirinya sebagai salah satu pemain paling berpengaruh dalam keberhasilan Portugal merayah gelar pertama mereka di piala dunia U-17. Hingga peluit panjang dibunyikan, skor 1-0 tidak berubah. Tangis bahagia, sorakan dan pelukan, memenuhi lapangan ketika Portugal merayakan sejarah baru dalam perjalanan sipak bola mereka.

Kebanggaan ini terasa sangat spesial, mengingat 2 tahun sebelumnya, Portugal bahkan gagal lolos ke piala dunia U-17 2023 yang digelar di Indonesia. Kini, mereka tak hanya kembali hadir, tetapi juga menjadi kampiun. Kemenangan tersebut memperlihatkan bagaimana regenerasi dan pembinaan pemain muda Portugal berlangsung efektif dan terarah.

Keberhasilan ini menjadi fondasi kuat bagi masa depan sipak bola Portugal dan membuka peluang lahirnya bintang-bintang besar baru di masa mendatang. Namun, dibalik euforia Portugal, Austria tetap menjadi tim yang layak mendapatkan tepuk tangan panjang. Selain kerja kolektif mereka yang sangat solid, negara tersebut juga berhasil melahirkan top skor turnamen Johannes Moser.

Dengan koleksi 8 gol dari 7 pertandingan, Moser tampil sebagai mesin gol Austria. 2 gol, ia ciptakan di fase grup ke gawang Arab Saudi dan Mali. Kemudian, ia menambah 3 gol lainnya di babak 32 besar dan 16 besar ketika menjebol gawang Tunisia dan Inggris.

Ketajamannya tidak berhenti sampai di situ karena pada perempat final dan semifinal, ia kembali mencetak 3 gol tambahan ke gawang Jepang dan Italia. Total 8 gol tersebut tidak mampu dikejar oleh Anissio Cabral yang mengoleksi 7 gol dan Wenderson Wunderlisantos dari Brasil yang hanya berhenti di 5 gol. Gelar sepatu emas ini menjadi pelipur lara bagi Austria yang harus pulang tanpa trofi utama meski tampil begitu konsisten.

Banyak pengamat menjulukinya sebagai halan muda karena gaya bermain dan kemampuan penyelesaiannya yang sangat tajam. Sementara itu, Brasil dan Italia harus puas memperbutkan posisi ketiga yang akhirnya dimenangkan Italia lewat drama adu penalti 4-2 setelah 90 menit pertandingan berjalan tanpa gol. Brasil, salah satu negara dengan sejarah panjang dalam sepak bola, kembali harus menunda keinginan menambah koleksi gelar di level usia 17.

Meski demikian, permainan mereka tetap menjadi tontonan menarik dan akan selalu menjadi perhatian dunia karena kemampuan mereka melahirkan talenta bertaraf global dari generasi ke generasi. Turnamen 2025 juga menjadi penanda era baru penyelenggaraan piala dunia U-17. Mulai tahun ini, kompetisi resmi diadakan setiap tahun dengan Qatar bertindak sebagai tuan rumah untuk 4 edisi beruntun.

Format baru ini diharapkan mampu memberikan lebih banyak ruang bagi pemain muda untuk merasakan atmosfer kompetisi internasional sehingga pembinaan generasi emas di tiap negara semakin merata. Indonesia pun kembali ikut serta untuk kedua kalinya, meskipun langkah Garuda muda terhenti di fase grup setelah hanya mampu menempati posisi ketiga. Meski belum mampu berbicara banyak, pengalaman bermain di panggung internasional menjadi bakal berharga bagi para pemain muda untuk berkembang dan menambah jam terbang.

Kemenangan Portugal usia 17 juga memicu euforia besar di media sosial, terutama di platform X, di mana banyak pendukung Portugal mengaitkan keberhasilan sekuat muda ini dengan peluang tim nasional senior meraih prestasi besar di Piala Dunia 2026. Para netizen menyuarakan keyakinan bahwa kesuksesan perkembangan generasi muda merupakan isyarat bahwa saatnya Portugal berjaya di level tertinggi. Banyak yang meyakini Cristiano Ronaldo dan rekan-rekannya akan memiliki kesempatan nyata untuk mengangkat trofi Piala Dunia yang selama ini masih belum pernah mereka raih.

Cristiano Ronaldo sendiri diperkirakan akan menjalani Piala Dunia terakhirnya pada 2026 mendatang. Selama lebih dari dua dekade karirnya di tim nasional, ia telah mempersembahkan trofi Euro 2016, UFA National League 2019, dan UFA National League 2025. Dengan pencapaian tersebut, ia telah menjadi ikon terbesar dalam sejarah sepak bola Portugal.

Namun, satu trofi belum pernah ia menangkan, yaitu trofi Piala Dunia. Oleh karena itu, kemenangan tim usia 17 2025 seakan menjadi dorongan moral bahwa generasi sepak bola Portugal berada pada jalur yang cerah dan kejayaan di masa depan bukan hal yang mustahil. Banyak pendukung percaya bahwa momentum ini bisa berlanjut ke tim senior, di mana Ronaldo mungkin akan menutup karir internasionalnya dengan salah satu pencapaian paling emosional dalam sejarah sepak bola dunia.

lion mesdon
Desember 5, 2025
Tags:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *