Lensa Bola – Manchester United kembali gagal memanfaatkan momentum untuk memperbaiki posisi mereka di kelas men Liga Inggris. Setelah hanya mampu bermain imbang 1-1 melawan West Ham United pada pekan ke-14 Premier League, hasil ini terasa semakin menyakitkan. Karena setan merah tampil sebagai tuan rumah, datang dengan modal kemenangan 2-1 pada lagas sebelumnya, serta memperbaiki posisi mereka di kelas men Liga Inggris.

Mereka memiliki peluang besar untuk naik ke papan atas kelas men. Harapan untuk mendekati zona 4 besar kembali tertunda, sementara masalah inkonsistensi yang sejak awal musim menghantui tim Aswan Amorim kembali terlihat jelas dalam pertandingan ini. Dalam laga tersebut, Amorim menurunkan sejumlah pemain utama yang diharapkan mampu menjadi motor permainan seperti Bryan Mbuemo, Cassemiro, Ahmad Diallo, dan Matthäus Cunha yang baru pulih dari cadera.

Secara komposisi, Manchester United tampak lebih unggul dibanding West Ham yang tengah berjuang di papan bawah dan masih terperangkap di zona degradasi. Di atas kertas, 3 poin seharusnya menjadi target realistis, terlebih dengan dukungan penuh puluhan ribu supporter di Old Trafford. Namun, sepak bola tidak selalu berjalan sesuai prediksi, dan Manchester United kembali harus menerima kenyataan pahit.

Sejak menit awal pertandingan, jalannya laga berlangsung dalam tempo yang relatif lambat. Manchester United mencoba menguasai bola, namun pergerakan mereka kerap terhenti di sepertiga akhir lapangan. West Ham tampil disiplin dengan blok pertahanan rendah, memaksa Bruno Fernandes dan Kassemiro bekerja ekstra keras untuk membuka celah.

Serangan-serangan tuan rumah terlihat masih terlalu mudah dibaca, sementara tim tamu memilih menunggu untuk melancarkan serangan balik. Peluang berbahaya baru tercipta ketika pertandingan memasuki setengah jam permainan. Momen tersebut diawali oleh akselerasi cepat amat dialog dari sisi kanan.

Pemain muda itu memperlihatkan kepercayaan diri tinggi dengan melewati penjagaan lawan, sebelum mengirimkan umpan silang ke arah Joshua Dzirgzi. Umpan tersebut sempat diblok oleh Ernuan Bissaka, namun bola liar jatuh ke kaki Bruno Fernandes. Sayangnya, sepakan keras Fernandes hanya membentur tiang gawang West Ham, membuat peluang emas terbuang percuma, hingga peluit tanda berakhirnya babak pertama dibunyikan, tidak ada gol yang tercipta, dan skor 0-0 menutup 45 menit pertama pertandingan.

Memasuki babak kedua, intensitas permainan Manchester United mulai meningkat, tekanan demi tekanan terus diarahkan ke pertahanan West Ham, dan hasil akhirnya datang pada menit ke-58. Gol pembuka tercipta melalui Diogo Dalot, yang memanfaatkan bola muntah hasil tembakan Casemiro di dalam kotak penalti. Usai bola sempat ditepis oleh keeper Alfonso Areola, Dalot dengan sigap menyambar bola, dan melepaskan tembakan akurat yang tak mampu diantisipasi oleh keeper lawan.

Gol ini disambut gagap gembira oleh publik Old Trafford, dan memberi harapan besar bahwa Manchester United akan mampu mengamankan kemenangan penting. Namun, harapan itu perlahan memudar seiring berjalannya waktu. 10 menit setelah gol tersebut, Amorim justru menarik keluar Dalot dan memasukkan Patrick Dorgo.

Di saat bersamaan, Manuel Ugarte juga dimasukkan untuk menggantikan Mateusz Kunia. Pergantian ini mengubah keseimbangan permainan, khususnya dari sisi kanan serangan Manchester United. Sejumlah serangan yang sebelumnya mengalir relatif lancar mulai tersendat.

Wan Bisaka yang memperkuat Wesham, tampil disiplin dalam meredam setiap upaya penetrasi dari sektor tersebut, dan beberapa kali mematahkan serangan tuan rumah. Patrick Dorgo sendiri sempat melakukan tusukan berbahaya ke dalam kotak penalti pada menit ke-79, namun kembali gagal melewati penjagaan ketat lini belakang Wesham. Keputusan Amorim memasukkan Dorgo di fase krusial, kemudian menjadi sorotan besar.

Terlebih, karena sebelumnya pelatih asal Portugal tersebut, sempat mengungkapkan bahwa Dorgo tengah mengalami masalah kepercayaan diri. Amorim menilai, kecemasan terlihat jelas setiap kali sang pemain menerima bola, sesuatu yang berdampak langsung terhadap konsistensi dan kualitas permainannya. Bermain untuk klub sebesar Manchester United, memang menghadirkan tekanan yang sangat besar.

Dan Dorgo, disebut masih kesulitan mengelolanya dengan baik. Hal tersebut, membuat performanya bersama MU tampak jauh berbeda dibandingkan saat ia tampil mengesankan bersama dengan Leceh di Serie A maupun ketika membela Timnas Denmark. Alih-alih mampu menggandakan keunggulan, Manchester United justru harus menerima kenyataan pahit pada menit-menit akhir pertandingan.

Wesham, memproles sepak pojok yang menjadi awal petaka bagi tuan rumah. Bola hasil tandukan Song Gautau Magasa, sempat mengenai Mazerui di depan gawang, namun arah pantulannya justru mengecoki persen Lamens dan meluncur masuk ke dalam gawang. Skor pun berubah menjadi satu-satu, dan membuat suasana di Old Trafford mendadak sinyap.

Sisa waktu yang ada, tidak mampu dimanfaatkan Manchester United untuk kembali mencetak gol, sehingga skor imbang bertahan hingga pertandingan usai. Hasil ini, membawa dampak signifikan bagi posisi Manchester United di klasmen. Tambahan satu poin, membuat mereka tertahan di peringkat ke-8 dengan koleksi 22 poin dari 14 pertandingan.

Catatan 6 kemenangan, 4 hasil imbang dan 4 kekalahan, jelas belum sesuai ekspektasi besar yang dibebankan kepada klub sebesar United. Sementara itu, Wesham tetap berada di zona degradasi di peringkat ke-18 dengan 12 poin, meskipun hasil imbang ini memberi sedikit tambahan moral bagi mereka dalam perjuangan bertahan di Liga Inggris. Gol telat Magasa, menjadi simbol kegagalan MU dalam mempertahankan konsentrasi pada momen-momen krusial, sesuatu yang terus berulang sepanjang musim berjalan.

Di tengah performa yang belum stabil ini, Manchester United juga menghadapi dinamika besar dalam perencanaan squad. Klub dikabarkan siap melakukan perombakan signifikan pada bursa transfer Januari 2026, dengan membuka kemungkinan melepas hingga 4 pemain penting. Langkah ini, diambil sebagai bagian dari percepatan proyek pengembangan tim di bawah arahan Ruben Amorim.

Fokus utama perbaikan berada di lini tengah, sektor yang dinilai masih belum mampu memberikan keseimbangan ideal antara kreatifitas, kekuatan bertahan, dan penguasaan tempo permainan. Sejak awal musim, Amorim memang berupaya membangun identitas permainan baru, namun proses tersebut tidak berjalan mulus. Badai cadera yang menimpas jumlah pemain, terutama di lini depan, seperti Mateusz Kunia dan Benjamin Sesko, membuat opsi serangan menjadi terbatas.

Ketergantungan terhadap beberapa pemain intipun tidak terhindarkan, dan hal itu berdampak pada kekalahan serta menurunnya performa dalam beberapa pertandingan penting. Dalam beberapa bulan terakhir, MU secara intens dikaitkan dengan sejumlah nama gelandang potensial. Laporan menyebutkan, bahwa MU berambisi mendatangkan dua gelandang baru demi memperkuat struktur permainan mereka.

Empat nama yang masuk dalam daftar incaran utama adalah Angelo Stiller dari Stuttgart, Adam Wharton dari Crystal Palace, Carlos Baleba dari Brighton, serta Elliot Anderson dari Nottingham Forest. Dari keempat nama tersebut, Stiller disebut sebagai opsi paling realistis, karena faktor harga dan ketersediaannya yang dinilai lebih memungkinkan dibandingkan kandidat lainnya. Untuk mendanai rencana tersebut, Manchester United siap mempertimbangkan tawaran bagi beberapa pemain yang saat ini masih berstatus sebagai bagian dari sekuat utama.

Para pemain tersebut adalah Joshua Zirkzi, Manuel Ugarte, Tyrell Malacia, dan Kobe Maino. Masing-masing pemain memiliki latar belakang dan pertimbangan tersendiri mengapa mereka masuk ke dalam daftar jual. Zirkzi, meskipun sempat mencetak gol perdananya musim ini dan mendapatkan pujian dari sejumlah legenda sepak bola, ia dinilai belum cukup konsisten untuk menjadi ujung tombak utama dalam proyek jangka panjang Amorim.

Manuel Ugarte, yang diharapkan menjadi jangkar lini tengah, juga belum mampu memberikan kontribusi sesuai ekspektasi. Tyrell Malacia, yang kerap dilanda badai cadera, kesulitan menemukan kembali performa terbaiknya. Namun, keputusan paling berat dan sensitif menyangkut masa depan Kobe Maino.

Gelandang muda berusia 20 tahun itu, saat ini kesulitan menembus tim utama karena kalah bersaing dengan pemain senior seperti Casemiro dan Bruno Fernandes. Minimnya menit bermain menjadi masalah yang serius, terutama karena hal itu dapat mempengaruhi peluangnya menembus squad Inggris untuk Piala Dunia 2026. Pada musim panas lalu, Maino sempat mengajukan permintaan untuk dipinjamkan demi mendapatkan waktu bermain lebih banyak.

Namun, permintaan tersebut ditolak oleh Amorim. Kini, dengan situasi yang belum juga berubah, masa depan Maino kembali menjadi sorotan. Sejumlah klub liga Inggris seperti Everton, Tottenham Hotspur dan Arsenal dikabarkan tertarik untuk mengamankan jasanya.

lion mesdon
Desember 15, 2025
Tags:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *