
Lensa Bola – Bayer Munchen menunjukkan mental juara di kancah Eropa saat bertandang ke Park Desperinis Markas yang juara bertahan Paris Saint-Germain dalam melanjutan fase Liga Champions 2025-2026. Tampil sebagai tim tamu, The Rotten sukses memetik kemenangan penting dengan skor 2-1 di Paris. Hasil ini terasa semakin istimewa karena diraih meski mereka harus bermain dengan 10 pemain sejak penghujung babak pertama setelah Luis Diaz diganjar kartu merah.
Pertandingan yang berlangsung di bawah sorotan lampu Park Desperinis sejak awal memperlihatkan intensitas yang tinggi. Bayer Munchen yang tampil dengan kombinasi pemain menyerang seperti Harry Kane, Luis Diaz, dan Michael Ollis langsung mengambil inisiatif serangan. Pendekatan agresif Vincent Kompany membuahkan hasil yang cepat.
Baru berjalan 4 menit, Bayer Munchen sudah membuka keunggulan. Serangan cepat dari sisi kanan berawal dari pergerakan lincah Michael Ollis yang menusuk pertahanan PSG. Tembakan kerasnya sempat ditepis oleh Lucas Kevalier, namun bola muntah langsung disambar oleh Luis Diaz.
Dengan tenang, pemain asal Columbia itu mengirim bola ke sudut gawang tanpa mampu dijangka oleh Kevalier. Gol cepat tersebut menandai gol keempat Bayer Munchen dalam 15 menit pertama Liga Champions musim ini. Tertinggal di hadapan publik sendiri, PSG berusaha untuk bangkit.
Pasukan Luis Enrique meningkatkan tempo permainan dengan mengandalkan kreativitas Kavica Koratzkielia dan kecepatan dari Osman Dembele. Upaya mereka nyaris berbuah hasil pada menit ke-20 ketika Khvicha Kvaratskhelia melepaskan tembakan Voli keras dari luar kotak penalti yang kemudian dibelokan Dembele ke gawang Manuel Neuer. Sayangnya, kegembiraan fans PSG hanya bertahan sesaat karena gol tersebut dianulir oleh VAR setelah Dembele dinyatakan berada dalam posisi offside sebelum menyentuh bola.
Di sisi lain, Bayer Munchen juga sempat mengincar lewat serangan Serge Gnabry. Sepakan kerasnya dari luar kotak penalti hanya membentur tiang gawang membuat Kevalier kembali bernafas lega. Dominasi Bayer Munchen yang disiplin dalam bertahan dan efisien dalam serangan kembali membuahkan hasil pada menit ke-32.
Marquinhos, yang seharusnya menjadi pilar pertahanan PSG, melakukan kesalahan fatal dengan terlalu lama menguasai bola di wilayah sendiri. Dias, dengan sigap memanfaatkan kelengahan tersebut, merebut bola lalu berlari tanpa pengawalan menuju kotak penalti. Dengan satu sentuhan halus, ia mengirimkan bola melewati Kevalier untuk mencetak gol keduanya malam itu.
Bayer Munchen unggul 2-0, sementara Dias mencatatkan diri sebagai pemain paling berpengaruh di babak pertama, setidaknya hingga beberapa menit kemudian. Menjelang akhir babak pertama, suasana berubah drastis. Dalam perbutan bola di area tengah, Luis Dias melakukan tackle berbahaya dari belakang terhadap Ackraf Hakimi.
Wasit awalnya hanya mengeluarkan kartu kuning, namun setelah meninjau tayangan ulang var, keputusan diubah menjadi kartu merah langsung. Dias yang sebelumnya menjadi pahlawan dengan 2 goalnya, kini berbalik menjadi tokoh antagonis bagi timnya. Sementara itu, Hakimi terlihat kesakitan dan harus digantikan oleh pemain muda Seni Mayulu.
Insiden ini memicu tensi pertandingan meningkat, namun skor 2-0 untuk Bayer Munchen bertahan hingga turun minum. Memasuki babak kedua, PSG yang unggul jumlah pemain mulai menguasai jalannya pertandingan. Luis Enrique melakukan beberapa perubahan taktik dengan memasukkan Likang in untuk menambah kreatifitas serangan.
Les Parisiennes terus menggempur pertahanan Bayer Munchen yang kini bermain lebih dalam dengan formasi 4-4-1, mengandalkan Harry Kane di depan sebagai target main tunggal. Meski digempur bertubi-tubi, Bayer Munchen menunjukkan organisasi pertahanan yang luar biasa. Kombinasi Kim In-Jae dan Dayot Upamecano tampil solid di jantung pertahanan.
Sementara Joshua Kimmich dan Konrad Leimer bekerja keras mematang setiap umpan vertikal dari lini tengah PSG. Tekanan PSG akhirnya membuahkan hasil di menit ke-7-2. Umpan silang Likang in dari sisi kanan, disambut Joao Neves yang masuk dari lini ke-2, dan melepaskan tembakan Volley keras.
Kali ini Manuel Neuer tak mampu menepis bola yang mengarah deras ke pojok gawang. PSG memperkecil ketertinggalan menjadi 1-2 dan kembali bersemangat untuk mengejar hasil imbang. Setelah gol tersebut, PSG tampil semakin agresif.
Mereka mencatat total 25 tembakan dengan 10 di antaranya mengarah ke gawang. Meskipun terus digempur, Neuer menjadi figur sentral yang menjaga keunggulan Bayer Munchen hingga peluit panjang dibunyikan. Kemenangan ini memastikan Bayer Munchen mempertahankan catatan sempurna di fase Liga Champions musim 2025-2026.
Dari 4 pertandingan, Dierotten berhasil menyapu bersih kemenangan dan mengeleksi 12 poin penuh, mencetak 14 gol dan hanya kebobolan 3 kali. Konsistensi luar biasa ini menempatkan mereka sebagai salah satu kandidat kuat juara musim ini. Sebaliknya, kekalahan ini menjadi yang pertama bagi PSG di kompetisi Eropa musim ini.
Dengan koleksi 9 poin, Les Parisiens segini harus puas duduk di peringkat ketiga grup, tertinggal dari Bayer Munchen dan Arsenal yang berada di posisi kedua. Posisi PSG kini belum aman, mengingat dua laga tersisa akan menentukan nasib mereka menuju fase gugur. Salah satu surutan terbesar dari kemenangan ini adalah bagaimana Vincent Company mampu membangun Bayer Munchen menjadi mesin kemenangan yang efisien dan fleksibel.
Mantan pelatih Burnley itu tak hanya sukses menegakkan kembali tradisi dominan Bayer Munchen di Jerman, tetapi juga membawa identitas permainan yang lebih modern, cepat, vertikal dan disiplin secara taktis. Sejak awal musim, Bayer Munchen sudah memperlihatkan keseimbangan sempurna antara serangan dan pertahanan. Mereka bukan hanya tajam lewat kombinasi kein, dias dan olis di lini depan, tetapi juga kokoh di belakang berkat penampilan impresif New Year di barisan bek yang solid.
Dari 16 laga terakhir di semua kompetisi, Bayer Munchen mencatat rasio kemenangan 100% dan mencetak lebih dari 40 gol. Catatan ini menempatkan mereka sejajar dengan rekor terbaik klub di era Hansi Flick pada 2020. Di sisi lain, kekalahan ini menjadi sinyal bahwa proyek baru Luis Enrique di Paris masih memerlukan waktu.
Meski PSG tampil dominan dalam penguasaan bola, kelemahan mereka dalam penyelesian akhir, dan komunikasi antar lini kembali terlihat, tambahan lagi caderanya Hakimi dan Dembele pada laga ini menjadi kabar buruk bagi PSG yang akan menghadapi jadwal padat di Liga Domestik dan Liga Champions. Luis Enrique kini dituntut untuk segera memperbaiki efektivitas serangan timnya agar tidak tergelincir di dua laga sisa fase grup.






