Lensa Bola – Timnas Indonesia harus menelan kekalahan tipis 2-3 dari Arab Saudi pada laga pembuka ronde keempat kualifikasi piala dunia 2026 zona Asia. Pertandingan penting yang digelar di King Abdullah Sport City Stadium Jeddah justru menjadi panggung eksperimen bagi pelatih Patrick Kluivert. Sejak awal pertandingan, Kluivert menerapkan pendekatan berbeda dari biasanya.

Ia memutuskan melakukan rotasi besar-besaran termasuk tidak menurunkan striker murni di lini depan. Posisi ujung tombak dipercayakan kepada Ragnar Oratmangoen, pemain yang lebih sering bermain sebagai sayap ataupun gelandang serang. Di sektor tengah, Mark Klok, Joey Peluppesy diplot sebagai duet gelandang bertahan.

Sementara Yakob Sayuri yang biasa berperan sebagai winger, dipaksa bermain sebagai bek kanan. Keputusan lain yang cukup mengejutkan adalah penempatan Bekham Putra di sayap kiri, posisi yang sebenarnya belum terlalu familiar baginya di level internasional apalagi sekelas ronde 4 kualifikasi piala dunia. Meski tampil dengan formasi eksperimental, Timnas Indonesia justru membuka keunggulan lebih dulu.

Pada menit ke-11, Kevin Diks mengeksekusi penalti setelah terjadi handsball di kotak terlarang Arab Saudi. Namun, keunggulan tersebut hanya bertahan 6 menit. Saleh Abdul Al-Samad memanfaatkan kelengahan lini belakang Indonesia untuk mencetak gol penyeimbang, tekanan demi tekanan, kemudian terus dilancarkan oleh The Green Falcons.

Hingga akhirnya, Firas Al-Buraikan mencatatkan 2 gol tambahan pada menit ke-36 dan 62. Dua gol tersebut menjadi bukti tajamnya efisiensi lini depan Arab Saudi dalam memanfaatkan setiap peluang yang didapat. Menjelang akhir pertandingan, Indonesia sempat memperkecil kedudukan menjadi 2-3 lewat penalti Kevin Diks di menit ke-88.

Namun, waktu yang tersisa tidak cukup untuk menyamakan kedudukan. Meski kalah, perjuangan Timnas Indonesia tetap mendapatkan apresiasi karena mampu memberikan perlawanan di tengah supporter tuan rumah dan suhu panas jedah yang menyulitkan ritme permainan. Secara statistik, penguasaan bola menunjukkan angka yang tidak terlalu jauh yaitu 45% untuk Indonesia dan 55% untuk Arab Saudi.

Namun, dominasi tersebut tidak sepenuhnya menggambarkan realitas di lapangan. Arab Saudi tampil jauh lebih efektif dan efisien dalam setiap serangan yang mereka bangun. Sementara itu, Indonesia kerap kesulitan menjaga kestabilan di lini tengah.

Duet Mark Klok dan Joey Peluppesy seringkali menutup peruang di depan barisan pertahanan. Celah inilah yang dimanfaatkan oleh para gelandang Arab Saudi seperti Musab al-Juwair untuk menekan melalui kombinasi umpan cepat dan tembakan jarak jauh. Akibatnya, pertahanan Indonesia berulang kali dipaksa bekerja keras menghadapi situasi berbahaya.

Pergantian Tom Haye di babak kedua memberikan sedikit perubahan positif. Gelandang berdarah Belanda Indonesia itu memperlihatkan visi bermain yang lebih tenang dan terukur, mampu mengalirkan bola ke depan dengan presisi. Beberapa kali, ia memberikan umpan terbosan yang membuka peluang, sesuatu yang nyaris tidak terlihat di babak pertama.

Namun, minimnya pergerakan dari lini depan membuat banyak peluang itu tidak berbuah ancaman berarti. Indonesia mencatatkan empat tembakan di babak pertama dengan satu di antaranya tepat sasaran. Walau tidak buruk, efektivitas serangan masih menjadi persoalan.

Sebagian besar serangan Garuda bertumpu pada sisi kanan melalui aksi Miliano Jonatans yang mencatatkan enam dribble sukses dan menjadi pemain paling aktif dalam membangun tekanan. Sayangnya, pergerakan dari sisi kiri yang diisi oleh Beckham Putra kurang berkontribusi secara signifikan, membuat serangan Indonesia mudah terbaca dan terisolasi pada satu sisi. Sementara itu, Ragnar yang diplot sebagai false nine tidak tampil sesuai ekspektasi.

Ia kesulitan menembus rapatnya pertahanan Arab Saudi dan bahkan tidak mencatatkan satu pun tembakan sepanjang laga. Situasi ini membuat lini depan Indonesia terasa mati tanpa variasi dan tanpa ancaman serius di kotak penalti lawan. Kebobolan tiga goal seharusnya bisa diminimalisir dengan komunikasi dan koordinasi yang lebih baik.

Goal pertama Arab Saudi berawal dari sapuan tidak sempurna Mark Klok di depan kotak penalti yang langsung dimanfaatkan oleh lawan. Goal kedua terjadi akibat pelanggaran tidak perlu dari Yakob Sayuri terhadap Viras Alburaikan di area terlarang yang akhirnya berujung penalti. Sedangkan goal ketiga lahir dari kegagalan tiga pemain Indonesia sekaligus menutup ruang tembak bagi Musab Al-Juwair hingga bola pantulnya dimanfaatkan kembali oleh Alburaikan untuk mencetak goal keduanya.

Meski begitu, Arab Saudi pun tidak bebas dari kesalahan. Mereka melakukan dua handsball di area penalti yang berujung pada dua goal dari Kevin Diks. Bahkan, pada masa injury time, Mohamed Kano mendapatkan kartu merah langsung karena tindakan tidak sportif.

Hal ini menunjukkan bahwa meski unggul secara permainan, konsentrasi dan kedisiplinan tim tuan rumah juga tidak sempurna. Namun, satu hal yang membedakan kedua tim adalah mental bertanding. Setelah tertinggal lebih dulu, Arab Saudi mampu merespons dengan cepat dan bermain lebih terorganisasi.

Di sisi lain, Indonesia terlihat kehilangan arah setelah kebobolan kedua dan baru mampu kembali menekan ketika laga hampir berakhir. Setidaknya, terdapat tiga kesalahan besar yang mempengaruhi jalannya pertandingan. Pertama, pemilihan line-up yang kurang tepat.

Kluivert tidak menurunkan susunan pemain terbaiknya dan justru memberi tempat starter kepada beberapa pemain yang tampil di bawah performa seperti Mark Klok dan Beckham Putra. Kedua, Kluivert terlihat salah dalam menempatkan posisi pemain. Yakob Sayuri yang biasanya bermain sebagai winger kanan, dipaksa turun menjadi bek kanan.

Hasilnya, dua goal Arab Saudi terjadi akibat kesalahan Yakob. Satu karena pelanggaran di kotak penalti, dan satu lagi karena gagal mengantisipasi umpaan silang lawan. Ketiga, keputusan pergantian pemain yang tidak efektif.

Alih-alih memperkuat lini tengah atau memperbaiki sisi kiri yang tumpul, Kluivert justru menarik keluar Miliano Jonathans, salah satu pemain paling berbahaya di lapangan. Sementara itu, pemain yang tampil kurang maksimal seperti Mark Klok dan Yakob Sayuri tetap dibiarkan bermain hingga menit-menit akhir. Bahkan, pergantian seperti masuknya Yance Sayuri terkesan terburu-buru dan tidak memberikan dampak yang signifikan.

Keputusan itu menunjukkan bahwa Kluivert masih mencari formula terbaik untuk mengoptimalkan potensi pemain diaspora dan lokal dalam satu skema permainan yang solid. Namun, dalam pertandingan kompetitif seperti kualifikasi Piala Dunia, eksperimen berlebihan justru dapat beresiko tinggi terhadap hasil akhir. Sementara itu, setelah kalah 2-0 di pertemuan sebelumnya, pelatih Arab Saudi Herf Reynard layak mendapatkan apresiasi besar atas strategi yang diterapkan.

Ia mampu menutup jalur distribusi bola Indonesia sejak awal, terutama dengan menempatkan dua pemain di sekitar Joepelupesi untuk mengisolasi aliran bola dari tengah. Arab Saudi menerapkan dua pola serangan utama yang sangat efektif. Pertama, eksploitasi sisi sayap, dimana winger mereka seperti Musab al-Juwair sering menekan melalui kombinasi umpan 1-2 cepat dan crossing tajam.

Kedua, serangan jarak jauh, memanfaatkan ruang di depan kotak penalti akibat kurang rapatnya lini tengah Indonesia. Kedua taktik ini berjalan sangat baik, menghasilkan tiga gol yang semuanya berawal dari transisi cepat dan penguasaan ruang yang disiplin. Kekalahan dua tiga ini seharusnya menjadi bahan refleksi penting bagi timnas Indonesia.

Meski kalah, performa tim tetap menunjukkan adanya potensi besar jika komposisi dan strategi dapat dimatangkan. Beberapa pemain seperti Kevin Diks, Miliano Jonathan, dan Tom Haye memperlihatkan kemampuan adaptasi yang tinggi yang bisa menjadi fondasi penting untuk laga berikutnya di grup B. Indonesia perlu meningkatkan efektivitas dalam penguasaan bola, memperbaiki koordinasi lini tengah, serta menghasilkan transisi bertahan yang kerap menjadi celah bagi lawan. Sementara itu, pelatih Patrick Kluivert harus lebih selektif dalam menentukan starting eleven dan lebih berani melakukan penyesuaian taktik di tengah pertandingan berdasarkan dinamika di lapangan.

lion mesdon
Oktober 9, 2025
Tags:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *