
Lensa Bola – Laga Big Match antara Manchester United melawan Chelsea, pada pekan kelima Liga Inggris musim 2025-2026, menjadi salah satu laga yang paling menyita perhatian publik. Duel yang berlangsung di Stadion Old Trafford pada Sabtu malam waktu Indonesia Barat itu menghadirkan drama besar yang penuh dengan emosi, ketegangan serta momen-momen krusial yang membuat penonton sulit beranjak dari kursi mereka. Sejak awal, pertandingan ini sudah diprediksi akan berjalan dengan ketat.
Manchester United yang ditangani oleh Ruben Amorim, tengah berada dalam tekanan besar setelah hasil-hasil mengecewakan di awal musim. Dari empat laga sebelumnya, Setan Merah hanya mampu mengemas satu kemenangan, sehingga posisi Amorim mulai diguncang isu pemecatan. Kemenangan menjadi harga mati, untuk menyelamatkan wajah tim sekaligus menenangkan suara-suara sumbang yang mulai meragukan kualitas sang pelatih.
Di sisi lain, Chelsea datang ke Old Trafford dengan modal yang cukup baik. Tim asuhan Enzo Maresca berada di papan atas klasmen, tetapi mereka menyimpan catatan buruk karena belum pernah menang di Old Trafford sejak Oktober 2020. Bagi The Blues, laga ini adalah kesempatan untuk mematahkan kutukan panjang, sekaligus mempertegas ambisi mereka sebagai kandidat serius peraih gelar.
Dari susunan pemain, United tampil dengan formasi 3-4-2-1. Altaibah Yindir, dipercaya sebagai penjaga gawang, dengan Trio Harry Maguire, Matthijs de Ligt dan Noussair Mazraoui mengawal lini belakang. Di sektor sayap, Luke Shaw dan Patrick Dorgo diandalkan untuk menopang serangan, sekaligus membantu pertahanan.
Lini tengah diperkuat oleh duet Bruno Fernandes dan Casemiro, sementara Amad Diallo dan Brian Buemo diberikan kebebasan kreatif di belakang striker tunggal Benjamin Sesko. Chelsea sendiri mengusung formasi 4-2-3-1 dengan Robert Sanchez di bawah Mister Gawang, Rich James, Trevoh Kalobah, Wesley Fofana serta Marku Korea di barisan belakang. Moises Caicedo dan Enzo Fernandes menjadi poros permainan di tengah.
Sementara sektor serang, disiolah Pedro Neto, Cool Palmer dan Wonderkid Brazil Estêvão Willian yang mendukung Joao Pedro sebagai ujung tombak. Laga baru dimulai, namun tensi tinggi langsung terasa. Guyuran hujan yang membasai Old Trafford membuat tempo permainan semakin cepat dan penuh duel keras.
Manchester United mencoba menekan sejak awal, sementara Chelsea terlihat lebih berhati-hati dengan mengandalkan penguasaan bola di lini tengah. Namun, drama besar segera hadir di menit kelima. Robert Sanchez yang sempat melakukan penyelamatan gemilang pada menit ketiga untuk menggagalkan peluang Buemo, justru melakukan kesalahan fatal 2 menit berselang.
Dalam situasi satu lawan satu, Sanchez salah melakukan antisipasi hingga menjatuhkan Buemo yang berlari bebas menuju Gawang. Wasit Peterbenkes tanpa ragu mengangkat kartu merah langsung. Chelsea harus bermain dengan 10 orang hanya dalam 5 menit pertandingan.
Sebuah pukulan telak bagi Maresca dan timnya. Situasi ini memaksa Maresca mengubah strateginya lebih cepat dari perkiraan. Pedro Neto yang awalnya diharapkan menjadi motor serangan, ditarik keluar untuk memberi ruang bagi Tosin Adara Bioyo demi menjaga keseimbangan lini belakang.
Namun, keputusan itu sekaligus mengurangi daya gedor de Blues, terutama di sektor sayap. Kritik pun berdatangan dari berbagai pihak. Fans Chelsea di media sosial langsung melontarkan amarah kepada Sanchez yang dianggap merugikan tim.
Keunggulan jumlah pemain dimanfaatkan oleh Manchester United. Pada menit ke-14, Bruno Fernandes berhasil membuka skor. Bermula dari situasi bola mati, Patrick Durgo menyundul bola ke depan Gawang dan Fernandes dengan cermat menyambut bola untuk menggetarkan Jala Chelsea.
Gol keseratusan kapten bersama Manchester United itu sempat ditinjau melalui VAR. Namun, pada akhirnya gol tersebut disahkan. Old Trafford pun bergemuruh dan United unggul 1-0.
Momentum semakin berpihak kepada setan merah. Chelsea yang kehilangan keeper utama dan satu pemain harus mengatur ulang ritme permainan. Tekanan demi tekanan yang dilancarkan United kembali membuahkan hasil pada menit ke-3-7.
Dari situasi sepak pojok, terjadi kemelut di kotak penalti Chelsea. Casemiro yang bergerak bebas berhasil menyambar bola liar untuk memperlebar keunggulan menjadi 2-0. Gol tersebut membuat United semakin percaya diri.
Tetapi, drama masih belum berakhir. Menjelang turun minum, Casemiro justru merusak pesta timnya sendiri. Dilandang asal berhasil itu, justru melakukan pelanggaran keras dengan menarik Santos dari belakang.
Wasid kembali mengeluarkan kartu merah, sehingga kedua tim sama-sama harus bermain dengan 10 orang. Babak pertama pun berakhir dengan skor 2-0, namun atmosfer semakin panas. Memasuki babak kedua, Chelsea menunjukkan reaksi positif meski tertinggal 2 gol.
Enzo Fernandes mulai mengendalikan lini tengah dengan distribusi umpan akurat, sementara James dan Estavo aktif menusuk dari sisi sayap. Pada menit ke-6-2, Joao Pedro hampir saja memperkecil ketertinggalan setelah berhasil melewati kawalan bek United. Namun, Matis Delif tampil heroik dengan tackle krusial yang berhasil menyelamatkan Gawang.
Satu menit kemudian, Wesley Fofana sempat mencetak gol. Namun, seleberasi Chelsea buyar karena VAR menganulirnya akibat offside. Kerja keras Chelsea akhirnya membuahkan hasil di menit ke-80.
James mengirim umpan silang akurat dari sisi kanan, dan Trevoh Kalobah dengan tajam menyundul bola ke pojok Gawang tanpa bisa dihalau by Indir. Skor berubah menjadi 2-1, dan pertandingan kembali hidup. Chelsea yang sebelumnya terlihat kehilangan arah, kini tampil lebih berani, sementara United mulai bermain hati-hati agar tidak kehilangan keunggulan.
Tensi pertandingan pun mencapai puncaknya di menit-menit akhir. Bruno Fernandes hampir saja memastikan kemenangan United melalui tendangan keras dari luar kotak penalti pada menit ke-8-3. Akan tetapi, keeper pengganti Chelsea, Philip Jorgensen, melakukan penyelamatan gemilang.
Chelsea pun terus menggempur pertahanan United hingga masa injury time. Beberapa peluang tercipta, namun Altay by Indir tampil sebagai pahlawan. Kiper asal Turki itu melakukan sejumlah penyelamatan penting, termasuk menepis umpan silang berbahaya, serta menutup ruang tembak Santos di detik-detik terakhir.
Akhirnya, kulit panjang dibunyikan, dan skor 2-1 bertahan untuk kemenangan Manchester United. Hasil ini sangat berarti bagi setan merah. Dengan tambahan 3 poin, mereka kini mengoleksi 7 poin dari 5 pertandingan dan naik ke peringkat 10 kelas main sementara Premier League.
Meski poin tersebut belum ideal, kemenangan atas tim sekelas Chelsea jelas memberi dorongan moral yang besar. Bagi Ruben Amorim, kemenangan ini menjadi bukti bahwa timnya masih berada di jalur yang benar. Isu pemecatan sementara ini bisa diredam, dan kepercayaan diri tim kembali meningkat jelang laga tandang ke markas Brentford pekan depan.
Sebaliknya, bagi Chelsea, kekalahan ini terasa menyakitkan. Mereka tertahan di posisi ke-6 dengan 8 poin, dan memperpanjang rekor buruk tanpa kemenangan di Old Trafford sejak 2020. Kritik pedas diarahkan kepada Robert Sanchez yang dianggap menjadi penyebab utama kegagalan tim.
Banyak penggemar menilai bahwa lebih baik ia membiarkan Buemo mencetak gol di awal laga, ketimbang membuat tim harus bermain timpang sepanjang pertandingan. Enzo Maresca pun mengakui hal yang sama setelah pertandingan. Ia juga menyayangkan keputusan dari keeper andalannya itu.
Secara keseluruhan, laga ini memperlihatkan betapa tipisnya jarak antara kemenangan dan kekalahan di Premier League. Keputusan kecil, kesalahan individu, serta keberanian mengambil resiko bisa menentukan hasil akhir. United memanfaatkan peluang yang ada secara efektif, sementara Chelsea harus menanggung akibat dari blunder di awal laga.
Pertandingan ini pun akan dikenang sebagai salah satu duel paling dramatis di awal musim 2025-2026, menghadirkan euforia, ketegangan serta pelajaran penting bagi kedua tim. Old Trafford kembali bergemuruh, kali ini menyaksikan kemenangan yang bukan hanya menambah poin, tetapi juga menyelamatkan harga diri Manchester United di tengah masa sulit.