
Lensa Bola – Match day pertama fase grup Liga Eropa 2025-2026 menghadirkan berbagai kisah menarik, terutama bagi para pemain keturunan Indonesia yang berkiprah di kompetisi Eropa. Salah satu sorotan utama jatuh pada laga antara Lille melawan SK Brann di Stadion Pierre Mauroy, Kamis malam waktu Indonesia Barat. Pertandingan ini bukan sekedar duel pembuka kompetisi, tetapi juga menandai sebuah momen bersejarah bagi back timnas Indonesia CalvinVerdonk yang menjalani debutnya di pentas Liga Eropa.
Sejak awal, Lille jelas difavoritkan untuk meraih kemenangan. Sebagai tuan rumah, mereka memiliki materi pemain yang jauh lebih mentereng dibandingkan dengan lawan. Kehadiran nama-nama berpengalaman seperti Olivier Giroud, disertai potensi besar dari para pemain muda seperti Hamza Igamane dan Matthias Fernandes, membuat publik percaya diri bahwa tim Asuhan Bruno Genesio mampu menaklukkan wakil Norwegia tersebut.
Namun, dibalik sorotan para bintang itu, ada cerita yang lebih istimewa bagi Calvin Ferdong. Pemain kelahiran Belanda berdarah Indonesia itu dipercaya tampil sejak menit pertama mengisi posisi bek kiri dalam formasi 4-4-2. Kesempatan ini bukan hanya sekedar ajang pembuktian, melainkan juga langkah penting dalam karirnya, mengingat ini adalah debutnya di panggung Eropa.
Pertandingan pun dimulai dengan tempo cepat. Lille, didukung ribuan pendukungnya, langsung mengambil inisiatif menyerang sejak peluit kick-off berbunyi. Namun, rapatnya pertahanan beran membuat tuan rumah tidak mudah menciptakan peluang bersih.
Upaya pertama datang pada menit ke-15, ketika Hamza Igamane mencoba peruntungannya melalui sepakan jarak jauh. Bola meluncur deras, tetapi arahnya masih terlalu tinggi dan hanya melayang di atas Mr. Gawang. Setelah peluang tersebut, pertandingan berjalan lebih seimbang.
Kedua tim saling bergantian menekan, meski masih kesulitan menembus lini pertahanan lawan. Drama hampir tercipta pada menit ke-41. SK Brann nyaris saja unggul ketika Emil Kornvik dengan cerdik memberikan umpan backheel ke newah Jan Holm di dalam kotak penalti.
Holm yang sudah berhadapan dengan Gawang kosong, melepaskan tembakan keras, tetapi bola hanya membentur tiang Gawang. Kesempatan emas itu pun terbuang sia-sia, hingga babak pertama usai, skor imbang 0-0 tetap bertahan. Memasuki babak kedua, Lille meningkatkan intensitas serangan.
Dorongan agresif itu akhirnya berbuah manis pada menit ke-54. Goal pembuka tercipta melalui proses yang melibatkan Calvin Verdonk. Dari sisi kiri, ia mengirimkan bola ke Matthias Fernandes, yang kemudian memimpin serangan balik cepat.
Fernandes mengiring bola hingga ke kotak penalti lawan, lalu melepaskan umpan silang yang sempat mengenai backbend. Bola liar jatuh tepat di depan Gawang, dan langsung disambar Hamza Igamane menjadi gol. Skor berubah menjadi 1-0 untuk Lille.
Kontribusi Ferdong dalam proses gol itu, meski hanya berupa sentuhan awal atau yang sering disebut praasis, memberi kesan mendalam bagi debutnya di Liga Eropa. Namun, keunggulan tuan rumah tidak bertahan lama, hanya berselang lima menit. Tepatnya pada menit ke-59, Brand berhasil menyamakan kedudukan melalui tembakan keras Seyfard Adli Magnussen.
Gol itu sempat meredam euforia publik stad Pierre Mauroy dan memberi kepercayaan diri tambahan bagi tim tamu. Bahkan, pada menit ke-64, Brand hampir saja berbalik unggul ketika Emil Kornvik melepaskan sepakan melengkung yang nyari sempurna. Sayangnya, bola hanya mengenai Mister Gawang, membuat kedudukan tetap seimbang.
Lille yang tersentak oleh kebangkitan Brand langsung mencoba untuk merespons. Dua menit berselang, Osame Sahraoui mendapatkan peluang emas dari jarak dekat. Namun, upayanya masih berhasil digagalkan oleh kiper.
Tekanan berlanjut ketika Matthias Fernandes melepaskan tembakan jarak jauh pada menit ke-74, tetapi bola masih membentur Tiang Gawang. Pada titik itu, pertandingan benar-benar berjalan dalam tensi tinggi dengan kedua tim saling berbalas serangan dan peluang yang terus tercipta. Pada akhirnya, pengalaman yang berbicara.
Olivier Giroud, penyerang kawakan yang telah kenyang pengalaman di berbagai kompetisi besar, berhasil menjadi pembeda. Pada menit ke-80, Thiago Santos mengirim umpan silang akurat dari sisi kanan. Giroud yang posisinya sedikit di depan back lawan, mampu melompat lebih tinggi dan menanduk bola dengan tajam ke arah Gawang.
Sundulanya tak mampu dihalau oleh kiper, membuat skor kembali berubah menjadi 2-1 untuk Lila. Hingga pertandingan berakhir, tidak ada goal lagi yang tercipta. Lille pun memastikan kemenangan tipis.
Hasil ini menempatkan mereka sementara di posisi ke-7 kelas main group di bawah AS Roma dan Freiburg.Tetapi lebih penting lagi, kemenangan ini memberi momentum positif untuk langkah berikutnya. Sementara Verdonk mencicipi manisnya kemenangan di laga debut Eropa, cerita berbeda dialami oleh Dink James yang memperkuat Go Ahead Eagles.
Tim asal Belanda tersebut menjamu FCSB di Stadion de Adela Source, tetapi harus menelan pil pahit karena kalah 0-1. Goal tunggal dicetak oleh David Niculescu pada menit ke-13 setelah menerima umpan tarik dari Dennis Elibeck. Dengan sepakan rendah yang terukur, Niculescu berhasil menaklukkan keeper jari de Busser.
Meski Go Ahead Eagles tertinggal sejak awal, mereka tidak menyerah dan terus mencoba menekan. Dink James tampil penuh selama 90 menit di lini belakang. Statistik menunjukkan bahwa ia bermain cukup solid, mencatatkan 3 sapuan, 2 tackle sukses serta 1 intercept.
Tak hanya itu, James juga cukup berani dalam duel fisik. Dink James melakukan 10 kali perebutan bola dengan 6 diantaranya berhasil dimenangkan. Sayangnya, kerja keras James tidak cukup untuk menyelamatkan timnya dari kekalahan.
FCSB dengan pengalaman yang lebih matang di level Eropa, mampu mempertahankan keunggulan hingga peluit panjang berbunyi. Kekalahan tipis ini tentu menjadi pelajaran berharga bagi James dan rekan-rekannya. Sementara bagi sang pemain sendiri, performanya tetap bisa menjadi modal untuk laga-laga berikutnya.
Berbeda dengan Verdonk yang bersinar dan James yang tampil penuh meski kalah, Miliano Jonathans mengalami nasib yang lebih mengecewakan. Pemain muda FC Utrecht itu memang masuk dalam daftar susunan pemain saat timnya menghadapi Olimpik Lyon, namun pelatih Ron James tidak menurunkannya sepanjang pertandingan. Jonathans hanya bisa menyaksikan dari bangku cadangan ketika Utrecht akhirnya dipaksa menyerah 0-1 lewat gol tunggal Tanner Tesman pada menit ke-75.
Kekalahan itu tentu mengecewakan, sekaligus menunda kesempatan bagi Jonathans untuk mencatatkan debutnya di ajang Eropa. Ketiga kisah yang terjadi di matchday pertama Liga Eropa ini menggambarkan beragam perjalanan pemain keturunan Indonesia di kancah Eropa. Calvin Ferdong berhasil memulai perjalanannya dengan gemilang, menunjukkan kontribusi penting dibalik kemenangan Lille.
Dean James menampilkan performa penuh determinasi meski harus merasakan pahitnya kekalahan bersama Go Ahead Eagles. Sementara Miliano Jonathans harus bersabar, menanti kesempatan untuk unjuk gigi di laga berikutnya. Meski hasilnya berbeda-beda, kehadiran mereka di Liga Eropa musim ini membawa kebanggaan tersendiri bagi publik Indonesia.
Fakta bahwa ada beberapa pemain dengan darah Indonesia yang tampil dan bahkan menjadi bagian penting di klub-klub Eropa, menunjukkan perkembangan positif sekaligus membuka ruang inspirasi. Bagi Verdonk, debut ini bisa menjadi awal dari karir yang lebih besar. Bagi James, pengalaman menghadapi tekanan Eropa akan mengasah mental dan kualitasnya.
Sedangkan bagi Jonathans, meski harus bersabar, kesempatan itu bisa datang sewaktu-waktu jika ia konsisten berlatih dan menunjukkan potensinya.