
Lensa Bola – Musim 2024-2025 menjadi momen yang cukup baik bagi Como 1907. Klub milik pengusaha Indonesia yang bermarkas di Stadion Giuseppe Sinigaklia ini sukses finish di peringkat ke-10 klasmen akhir seri A. Sebuah pencapaian yang belum pernah mereka raih dalam 4 dekade terakhir. Prestasi ini menjadi simbol kebangkitan tim yang sempat berkutat di devisi bawah sepak bola Italia sekaligus, Como sebagai klub promosi paling sukses di seri A musim tersebut.
Capaian ini pun menjadi landasan kuat bagi manajemen klub untuk membangun ambisi yang lebih besar di musim-musim berikutnya. Ambisi besar itu terlihat jelas dari langkah strategis yang diambil oleh manajemen. Salah satu proyek penting adalah renovasi besar-besaran Stadio Giuseppe Sinigaklia, Stadion yang saat ini berkapasitas sekitar 10.000 penonton itu direncanakan akan diperluas menjadi 115.000 kursi.
Proyek ini sudah dimulai pada Mei 2025 dan akan dikerjakan secara bertahap hingga ditargetkan rampung pada 2028. Renovasi stadion ini menjadi bukti keseriusan manajemen klub dalam membangun masa depan yang lebih cerah. Sebagai klub yang dimiliki pengusaha Indonesia Hartono Bersaudara, Como memiliki dukungan finansial yang mumpuni untuk membiayai proyek ambisius tersebut.
Investasi tidak hanya dialokasikan pada infrastruktur, tetapi juga pada pembendahan komposisi sekuat agar tim semakin kompetitif di seri A. Mempertahankan Cesh Fabregas di kursi pelatih menjadi salah satu langkah yang penting. Mantan gelandang Barcelona dan Chelsea itu dinilai sukses membangun fondasi permainan tim yang atraktif sekaligus efektif. Di bursa transfer musim panas 2025, Komo bergerak cepat merekrut pemain-pemain potensial.
Rekrutan pertama adalah Martin Baturina, gelandang muda berbakat asal Kroasia yang didatangkan dari Dinamo Zagreb dengan biaya 25 juta euro atau setara dengan 295 miliar rupiah. Baturina kerap disebut-sebut sebagai calon penerus dari Luka Modric karena gaya bermain dan visi lapangan yang impresif. Selain itu, Como juga berhasil mengamankan tanda tangan Alex Valle secara permanen dari Barcelona setelah sebelumnya bermain sebagai pemain pinjaman.
Meski sudah mendapatkan dua pemain penting, daftar belanja Como belum berhenti di situ. Klub ini dikabarkan mengincar Sebastian Esposito, penyerang muda milik Inter Milan, dan Abde Ezzal Zawli winger lincah dari Real Betis. Tak hanya mengandalkan talenta muda, Como juga berusaha mendatangkan pemain berpengalaman seperti Eric Garcia dan gelandang Brian Cristante untuk menambah kedalaman squad.
Kabar transfer yang paling mencuri perhatian adalah keberhasilan Como mendatangkan Alvaro Morata. Penyerang asal Spanyol itu resmi bergabung dengan status pinjaman dari AC Milan. Morata yang sebelumnya dipinjamkan Milan ke Galatasaray akhirnya kembali ke Italia setelah Como membujuk Rossoneri untuk memulangkannya.
Bagi Morata, bergabung dengan Como bukan hanya tantangan baru tetapi juga reoni dengan Cesh Fabregas, mantan rekan satu timnya di timnas Spanyol. Saya sangat senang bisa tiba di Como. Tahun lalu, saat bermain melawan mereka, saya bisa melihat bahwa tim ini punya proyek ambisius.
Saya berjanji akan memberikan 200 persen di setiap latihan dan pertandingan. Fabregas pun memberikan sambutan hangat. Ia menyebut Morata sebagai penyerang yang cerdas, yang kerap tampil menentukan di momen-momen krusial, dan mampu memberikan inspirasi bagi rekan-rekannya.
Musim lalu di Galatasaray, Morata mencetak 7 gol dari 16 pertandingan. Catatan yang cukup impresif untuk seorang striker yang sering tampil di laga-laga penting. Kehadiran Morata diharapkan menjadi solusi bagi lini depan Como yang membutuhkan sosok penyerang berpengalaman untuk bersaing di seri A musim 2025-2026.
Di sisi taktik, Cesh Fabregas menunjukkan pendekatan yang cukup berani pada laga pramusim termasuk saat menghadapi Ajax Amsterdam. Pada pertandingan tersebut, ia menurunkan banyak rekrutan baru sejak awal laga mengandalkan formasi 4-2-3-1 dengan 5 pemain berkarakter ofensif.
Namun, Baturina justru merasa nyaman dengan gaya bermain tersebut. Bagaimana cara kami bertahan? Anda harus banyak berlari. Dan itulah mengapa kami berlatih keras.
Kami ingin menang dan mencetak gol. Itulah mengapa kami bermain seperti ini. Ia juga mengungkapkan bahwa filosofi Fabregas laras dengan ambisinya sebagai pemain.