
Lensa Bola – Kekalahan telak dari Norwegia membuat asa Israel untuk tampil di Piala Dunia 2026 semakin menipis. Dalam lagak kualifikasi Grupi Zona Eropa yang digelar di Oslo pada Sabtu 11 Oktober 2025, tim asuhan Alon Hassen harus menerima kenyataan pahit setelah dibantai 5 gol tanpa balas oleh tuan rumah Norwegia. Pertandingan tersebut menjadi panggung gemilang bagi striker Manchester City Erling Haalan, yang mencetak heterik dan mempertegas statusnya sebagai mesin gol paling berbahaya di Eropa.
Hasil ini tidak hanya membuat Norwegia semakin kokoh di puncak klasmen, tetapi juga mempersempit peluang Israel untuk bersaing memperbutkan tiket menuju turnamen sipak bola terbesar di dunia itu. Dengan kemenangan telak tersebut, Norwegia kini mengoleksi 18 poin sempurna dari 6 pertandingan dan menjadi satu-satunya tim di Grup E yang belum terkalahkan. Sementara itu, Israel harus puas tertahan di posisi ketiga dengan 9 poin dari 6 laga.
Secara matematis, peluang Israel untuk merebut posisi juara grup sekaligus tiket otomatis ke piala dunia sudah tertutup. Harapan terakhir mereka, kini hanya tertuju pada peluang finish di peringkat kedua agar bisa lolos melalui jalur playoff. Namun, posisi tersebut kini sedang dikuasai Italia yang tampil impresif di bawah arahan pelatih baru Gennaro Gattuso.
Italia memiliki 12 poin dari 5 laga dan baru saja menumbangkan Estonia dengan skor 3-1, hasil yang semakin memperkuat posisi mereka sebagai pesaing utama di grup ini. Pertarungan antara Italia dan Israel akan menjadi laga hidup mati bagi kedua tim. Duel krusial itu dijadwalkan berlangsung di Stadion Friuli Udine, Rabu 15 Oktober 2025 dini hari waktu Indonesia Barat.
Pertandingan ini dipastikan berlangsung panas, bukan hanya karena pertaruhan poin, tetapi juga karena tensi politik yang melingkupi kehadiran timnas Israel. Banyak warga Italia telah menyatakan penolakan terhadap kehadiran tim tamu akibat konflik berkepanjangan yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina selama dua tahun terakhir. Sejumlah kelompok masyarakat bahkan berencana melakukan demonstrasi besar-besaran di sekitar stadion sebagai bentuk solidaritas terhadap rakyat Palestina.
Menurut laporan media lokal, jumlah masa yang akan berunjuk rasa kemungkinan bisa melebihi kapasitas penonton di dalam stadion yang mencapai 25.000 orang. Hingga sepekan sebelum laga digelar, penjualan tiket bahkan baru mencapai sekitar 20% dari kapasitas stadion. Hal itu menandakan tingginya ketegangan politik yang turut membayangi laga ini.
Atmosfer panas juga berpotensi memanas di dalam lapangan. Dalam pertemuan pertama antara kedua tim di Hungaria bulan lalu, pertandingan berakhir dengan skor 5-4 untuk kemenangan Italia. Namun, laga tersebut diwarnai keributan antara pemain dari kedua kubu.
Emosi tinggi dan rivalitas tajam yang sudah terbangun membuat duel kali ini diprediksi akan berlangsung keras dan penuh gengsi. Bagi Israel, kemenangan menjadi harga mati demi menjaga harapan tampil di babak playoff. Sebaliknya, Italia membutuhkan kemenangan untuk mengamankan posisi mereka dan menjaga peluang merebut puncak klasmen dari Norwegia.
Namun, jika Israel berhasil mengalahkan Italia, situasi grup E akan menjadi semakin menarik. Hasil tersebut akan memuluskan jalan Norwegia untuk lolos langsung ke piala dunia karena Italia kehilangan poin berharga. Sementara perebutan posisi kedua akan semakin ketat.
Namun, jika Italia kembali meraih kemenangan, maka peluang Israel untuk tampil di piala dunia akan pupus sepenuhnya. Artinya, laga di Friuli akan menjadi titik penentuan yang sangat penting dalam perjalanan kedua tim. Pelatih Italia Gennaro Gattuso sangat menyadari betapa besar arti pertandingan ini.
Dalam konferensi pers menjelang laga, pelatih berusia 47 tahun itu menegaskan bahwa timnya tidak akan mengendurkan semangat. Kami harus terus menjaga performa seperti sekarang. Sejarah menunjukkan kami sering kesulitan di laga kedua setelah menang.
Tetapi kali ini kami punya motivasi besar. Jika kami menang, Israel akan tersingkir dan kami bisa mempersiapkan diri menghadapi babak playoff dengan lebih tenang. Gattuso memang tengah menjadi sorotan karena berhasil membawa perubahan besar bagi permainan Gliazzuri.
Dalam tiga laga perdananya memimpin Italia, mantan pelatih Napoli itu sukses mempersembahkan tiga kemenangan beruntun dengan produktivitas gol yang luar biasa. Berdasarkan data dari Opta, Italia di bawah arahan Gattuso telah mencetak total 13 gol hanya dalam tiga pertandingan. Mereka menang dua kali atas Estonia dengan skor 5-0 dan 3-1 serta mengalahkan Israel dengan skor 4-0.
Catatan tersebut menempatkan Gattuso sebagai pelatih tersubur dalam sejarah awal karir kepelatihannya di tim nasional Italia. Tak ada pelatih sebelumnya yang mampu membawa Italia mencetak lebih dari 10 gol dalam tiga laga perdananya. Gattuso yang semasa menjadi pemain dikenal keras dan defensif, kini justru mengubah wajah Gliazzuri menjadi tim yang menyerang dengan agresif dan kreatif.
Ia menekankan keseimbangan antara intensitas tinggi dan efektivitas serangan. Dalam beberapa pertandingan terakhir, Italia tampil lebih berani menekan sejak awal pertandingan, memanfaatkan kecepatan di sektor sayap, serta bermain dengan struktur pertahanan yang tetap solid. Pendekatan inilah yang menjadikan mereka tim dengan efisiensi serangan tertinggi di antara peserta kualifikasi grup E sejauh ini.
Dengan performa impresif tersebut, Italia kini mulai dipandang sebagai kekuatan yang kembali disegani di Eropa. Meski masih duduk di peringkat kedua dengan selisih 6 poin dari Norwegia, Gliazzuri memiliki peluang untuk merebut posisi puncak apabila mampu menyapu bersih tiga laga tersisa. Namun, peluang itu tetap bergantung pada hasil yang diraih Norwegia dalam dua pertandingan terakhir.
Norwegia sendiri tampil sangat dominan dan tampak sulit dihentikan. Selain memiliki skuad yang solid, mereka juga menunjukkan efisiensi luar biasa di lini depan. Dalam enam laga kualifikasi, Norwegia sudah mencetak 22 gol dan hanya kebobolan empat kali saja.
Erling Haaland menjadi bintang utama dalam keberhasilan Norwegia tersebut. Striker Manchester City itu, kini memimpin daftar pencetak gol sementara kualifikasi dengan sembilan gol. Sementara rekannya Martin Odegaard dari Arsenal, juga turut berperan penting sebagai kreator dengan torehan empat asisst.
Sementara itu, bagi Israel situasi semakin sulit. Kekalahan telak dari Norwegia bukan hanya menurunkan moral tim, tetapi juga memunculkan keraguan terhadap kemampuan pelatih Alon Hassan dalam memimpin skuadnya. Dalam enam laga, Israel baru mencetak sembilan gol dan sudah kebobolan 12 kali.
Statistik ini menunjukkan lemahnya koordinasi lini belakang mereka. Sejumlah media Israel bahkan mulai berspekulasi bahwa jika tim kembali kalah dari Italia, Federasi Sepak Bola Israel mungkin akan mengambil keputusan tegas untuk mengganti pelatih. Selain faktor teknis, tekanan politik dan sosial juga turut membebani skuad Israel.
Konflik yang masih terjadi di Gaza dan meningkatnya penolakan terhadap tim nasional mereka di berbagai negara Eropa membuat atmosfer setiap laga terasa berat. Banyak stadion tempat mereka bermain diwarnai aksi solidaritas terhadap Palestina, termasuk ketika melawan Norwegia, di mana ribuan supporter mengibarkan bendera Palestina sepanjang pertandingan. Tekanan semacam ini jelas berpengaruh terhadap psikologis pemain yang pada akhirnya berdampak pada performa tim di lapangan.