Lensa Bola – Liverpool kembali tampil mengecewakan ketika menjemuh Nottingham Forest pada pekan ke-12 Liga Premier Inggris. Bermain di Anfield pada Sabtu malam 22 November 2025, The Reds secara mengejutkan tumbang 0-3 dari tim tamu yang tengah berada di zona degradasi. Kekalahan ini bukan hanya mematahkan prediksi publik yang menganggap Liverpool akan menang mudah, tetapi juga mempertegas bahwa sang juara bertahan sedang berada dalam kondisi krisis.

Menjelang laga, banyak yang meyakini Liverpool akan menguasai pertandingan sepenuhnya karena Nottingham Forest datang dengan performa yang inkonsisten serta lini belakang yang kerap bocor. Namun, apa yang terjadi di lapangan justru menunjukkan hal sebaliknya. Meski turun dengan kekuatan utama, termasuk keeper Ellison Becker serta trio penyerang Mohamed Salah, Alexander Ishak dan Cody Gakpo, Liverpool tidak mampu menampilkan dominasi yang selama ini identif dengan mereka.

Peluang pertama sebenarnya lahir pada menit ke-8, ketika Alexis McAllister mendapatkan ruang tembak setelah menerima umpan tarik dari Gakpo. Tembakan itu sudah mengarah tepat, namun Elliot Anderson mampu menghalau bola di garis gawang, membuat Liverpool gagal mencetak gol cepat. Setelah peluang tersebut, Liverpool memang tampil lebih banyak menekan.

Tetapi, serangan-serangan mereka berjalan monoton dan mudah dipatahkan. Nottingham Forest yang sejak awal mengambil pendekatan bertahan, hanya menunggu waktu untuk melakukan serangan balik. Kesabaran Forest terbayar pada menit ke-3, melalui situasi bola mati.

Berawal dari sepak pojok yang gagal disapu bersih oleh Virgil van Dijk, bola jatuh tepat di kaki Murillo, yang langsung melepaskan tembakan jarak dekat. Ellison tidak mampu melihat arah bola karena sempat terhalang oleh Anderson, sehingga pemain Liverpool melakukan protes keras. Namun, setelah meningjofar, Wasit memutuskan bahwa tidak ada pelanggaran dan gol tetap disahkan.

Tiga menit setelah gol itu, gawang Liverpool kembali bergetar oleh sepakan Igor Jesus. Ia sukses memenangi duel dengan Ibrahima Konate, sebelum menceploskan bola ke gawang. Sayangnya bagi Forest, gol itu dianulir var karena Jesus menyentuh bola dengan tangan saat proses penerimaan umpan.

Meski demikian, kejadian tersebut semakin memperlihatkan betapa rapuhnya pertahanan Liverpool dalam mengantisipasi serangan sederhana sekalipun. Menjelang akhir babak pertama, McAllister kembali mendapatkan peluang emas lewat sundulan. Namun, keeper Forrest Metzels melakukan penyelamatan brilliant.

Babak pertama pun berakhir dengan Liverpool tertinggal 0-1, dan sorakan kekecewaan dari para supporter terdengar jelas. Memasuki babak kedua, Liverpool seolah berusaha menampilkan intensitas yang lebih tinggi. Namun, hanya semenit setelah kick-off, The Reds justru kembali ke bobolan.

Neko Williams, mantan pemain Liverpool, mengirimkan umpan tarik dari sektor kiri yang disambut dengan keras oleh Nicolo Savona. Ellison kembali tak berkutik, dan skor berubah menjadi 0-2. Gol tersebut membuat mental Liverpool semakin jatuh, dan justru memompas semangat Nottingham Forest, yang kemudian memilih untuk bermain lebih defensif sembari memanfaatkan kelengahan Liverpool.

Hingga menit ke-75, Liverpool bahkan belum mampu melepaskan satu pun tembakan tepat sasaran ke gawang Forest pada babak kedua. Sebuah catatan yang menunjukkan betapa tumpulnya mereka. Puncak menderitaan Liverpool terjadi pada menit ke-79.

Omari Hudkinson, melepaskan tembakan keras dari tepi kotak penalti, yang mampu ditepis oleh Ellison. Namun bola muntah disambar cepat oleh Morgan Deepwhite. Tanpa pengawalan berarti, ia menceploskan bola untuk memastikan kemenangan Forest menjadi 3-0.

Hingga laga berakhir, Liverpool tidak mampu memberikan perlawanan berarti dan harus menerima kenyataan pahit kalah telak di kandang sendiri. Kekalahan ini memperpanjang tren buruk Liverpool. Dalam tujuh pertandingan terakhir, mereka telah menelan enam kekalahan dan kini terperosok ke peringkat ke-11 kelasmen sementara dengan 18 poin.

Catatan tersebut sangat jauh dari standar klub yang musim sebelumnya meraih gelar Premier League. Lebih parah lagi, ini menjadi kali ketiga Liverpool kalah 0-3 dalam musim yang sama. Sebelumnya, mereka telah dipermalukan Manchester City dengan skor serupa pada pekan ke-11 dalam laga yang menandai pertandingan ke-1000 Pep Guardiola sebagai manager The Citizens.

Selain itu, Liverpool juga dipukul Crystal Palace 3-0 di Anfield pada putaran ke-4 Karabau Cup  di mana Ismail Azhar tampil sebagai mimpi buruk dengan dua golnya. Rangkaian kekalahan tersebut menunjukkan bahwa ada masalah fundamental dalam squad Liverpool terutama di lini belakang yang sebelumnya menjadi kekuatan utama. Kapten tim Virgil van Dijk bahkan mengakui hal tersebut dalam sesi wawancara setelah laga melawan Forest.

Ia menyebut, Liverpool kebobolan terlalu banyak gol mudah, kalah dalam duel fisik, serta kurang tenang dalam mengambil keputusan. Menurutnya, situasi ini sangat sulit dan tim harus segera mengevaluasi diri jika tidak ingin musim mereka benar-benar hancur. Selain masalah pertahanan, lini serang Liverpool juga mendapatkan sorotan khususnya performa dari Alexander Isaac.

Didatangkan dengan harga fantastis untuk memperkuat daya gedor, Isaac justru tampil jauh dari ekspektasi. Dalam laga melawan Forest, ia hanya bermain 68 menit dan tidak mencatatkan satupun tembakan maupun kemenangan duel udara. Lebih mengkhawatirkan lagi, ia hanya menyentuh bola sebanyak 14 kali menunjukkan betapa terisolasinya ia dalam sistem permainan Liverpool.

Masalah Isaac, bukan hanya sekedar kurangnya supply bola, tetapi juga ketidakcocokan dengan pola serangan Liverpool yang selama ini bergantung pada kombinasi cepat dan intensitas tinggi. Parahnya lagi, Isaac ini menyamai rekor buruk pemain Liverpool dari tahun 1906 Persisoul sebagai pemain yang selalu kalah dalam 4 laga awalnya sebagai starter di kompetisi kasta tertinggi. Dalam 15 laga terakhir bersama dengan klub dan tim nasional, Isaac baru mencetak satu gol, menunjukkan performa yang jauh dari standar pemain yang dibeli dengan harga mahal.

Secara keseluruhan, performa Liverpool musim ini memperlihatkan adanya krisis identitas. Pressing tinggi yang dulu menjadi ciri khas mereka kini tidak lagi terlihat agresif. Struktur permainan dalam fase bertahan maupun menyerang tampak goyah.

Koordinasi antarlini tidak berjalan efektif, sementara kreativitas lini tengah dalam membangun peluang terlihat sangat minim. Para pemain seperti terlihat kehilangan kepercayaan diri dan pola permainan yang biasanya membuat Liverpool menjadi tim menakutkan kini seperti lenyap. Situasi ini jelas menjadi peringatan serius bagi manajemen dan staf pelatih Jika tidak segera melakukan perbaikan total baik itu dari sisi taktik, mentalitas pemain maupun struktur squad Liverpool berpotensi mengalami salah satu musim terburuk dalam sejarah mereka.

Posisi di papan tengah klasmen menunjukkan bahwa mereka bukan hanya jauh dari perburuan gelar tetapi bahkan terancam tidak lolos ke kompetisi Eropa. Kekalahan dari Nottingham Forest menjadi titik yang menggambarkan betapa dalam jurang yang sedang dihadapi Liverpool. Hasil ini bukan lagi sekedar insiden atau kebetulan melainkan refleksi nyata dari krisis menyeluruh dalam tubuh tim.

Jika Liverpool ingin bangkit, perubahan besar harus segera dilakukan sebelum musim ini semakin terburuk.

lion mesdon
November 27, 2025
Tags:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *