
Lensa Bola – Krisis pemain akibat badai cedera yang menghantam squad utama. Tercatat, tujuh pemain inti harus menepi karena mengalami cedera. Situasi ini memaksa Flik bekerja ekstra keras untuk merancang strategi dan menentukan komposisi pemain yang ideal di berbagai lini, terutama sektor depan yang menjadi titik lemah saat ini. Masalah utama yang dihadapi Barcelona adalah dalam sistem permainan tim.
Absennya Robert Lewandowski, Ferran Torres, dan Rafinha menindalkan lubang besar di lini serang Blaugrana. Ketiganya, selama ini menjadi motor utama produktivitas gol tim di berbagai kompetisi. Flick pun harus memutar otak untuk menemukan solusi yang paling efektif di tengah keterbatasan tersebut.
Salah satu ide yang kini tengah diuji adalah menggeser Marcus Rashford ke posisi penyerang tengah. Pemain asal Inggris itu didatangkan dari Manchester United dengan status pinjaman pada awal musim dan sejak kedatangannya, ia menunjukkan potensi besar sebagai pemain serba guna. Rashford dikenal memiliki kecepatan, kemampuan menembus pertahanan lawan, serta insting mencetak gol yang tajam ketika berada di kotak penalti.
Dengan latar belakang tersebut, Flick menilai Rashford bisa menjadi solusi ideal sementara untuk mengisi posisi yang ditinggalkan oleh Lewandowski. Dalam konferensi perspap pertandingan, Hansi Flick menegaskan keyakinannya terhadap kemampuan Rashford untuk beradaptasi di posisi baru. Menurutnya, fleksibilitas taktik sang pemain merupakan aset penting bagi tim dalam situasi darurat seperti ini.
Dia opsi yang bagus, tetapi juga bisa bermain sebagai pemain nomor 11. Itu yang kami pikirkan ketika merekrutnya. Dia bisa bermain sebagai nomor 9 atau nomor 11 dan sangat menyenangkan memiliki dia di tim kami.
Dia telah banyak berkembang dalam beberapa minggu terakhir dan memberikan banyak hal positif. Tentu saja, dia bisa bermain sebagai penyerang nomor 9. Selain Rashford, perhatian publik juga tertuju pada Aruni Bartji, pemain muda yang perlahan-lahan mulai mencuri perhatian di squad Barcelona. Bardghji tampil impresif dalam dua laga terakhir melawan Sevilla dan Girona, memperlihatkan kemampuan teknik dan visi bermain yang luar biasa untuk pemain seusianya.
Flick mengakui bahwa Bartji merupakan sosok yang fleksibel dan mampu beradaptasi di berbagai posisi serang, mulai dari sayap kiri hingga gelandang serang. Tak heran, jika sang pelatih kini mempertimbangkan untuk memberinya kesempatan tampil sebagai starter di Liga Champions, kami juga bisa mempertimbangkan dia bermain sebagai penyerang atau gelandang serang, baik dari bangku cadangan atau sebagai starter. Kami sedang memikirkan siapa yang akan menjadi starter, tetapi juga siapa yang akan menyelesaikan pertandingan.
Keputusan ini tidak mudah, karena kami harus mempertimbangkan banyak hal. Dalam sesi latihan terakhir Barcelona di kompleks latihan Ciutat Esportiva Joan Gamper pada Senin pagi, Flick dikabarkan mencoba formasi baru dengan menurunkan tiga pemain muda yang dikenal cepat dan agresif, Rooney Bardghji di kiri, Marcus Rashford di tengah, dan Lamine Yamal di sisi kanan. Kombinasi ini belum pernah dicoba sebelumnya dalam pertandingan resmi, sehingga banyak yang menyebut langkah ini sebagai eksperimen berani sang pelatih.
Keputusan Flick untuk mengandalkan trio muda tersebut lahir dari kebutuhan mendesak. Robert Lewandowski masih dalam proses pemulihan cadera lutut, sementara Rafinha dan Ferran Torres juga belum pulih sepenuhnya. Di sisi lain, performa beberapa pemain cadangan yang selama ini dirotasi belum menunjukkan konsistensi.
Alhasil, Flick tidak memiliki banyak pilihan selain mencoba sesuatu yang baru untuk menjaga produktivitas Blaugrana, terutama di kompetisi Eropa yang menuntut efisiensi tinggi dan ketajaman serangan. Trio Bardghji, Rashford, dan Yamal dianggap sebagai kombinasi yang menjanjikan, karena memiliki kecepatan, determinasi, dan kemampuan bermain dalam tekanan yang tinggi. Bardghji, dikenal dengan gaya bermain eksplosifnya, Rashford dengan insting mencetak gol yang tajam, sementara Yamal merupakan wonder kid berusia 18 tahun yang sudah menjadi bagian penting dari tim utama.
Ketiganya, diharapkan bisa saling melengkapi dan menciptakan keseimbangan antara pengalaman dan kreativitas muda di sektor serangan. Bagi Bardghji, keputusan ini merupakan peluang emas untuk membuktikan diri. Sebelumnya, ia hanya duduk di bangkut cadangan ketika Barcelona menang tipis atas Girona, namun kini berpotensi tampil sebagai starter untuk pertama kalinya di Liga Champions.
Kesempatan ini bisa menjadi momentum penting dalam karirnya yang tengah menanjak. Jika tampil impresif, Bartji bukan hanya akan memperkuat posisinya di squad utama, tetapi juga menunjukkan bahwa ia mampu bersaing di level tertinggi bersama nama-nama besar Eropa. Hansi Flick memahami sepenuhnya bahwa perubahan besar seperti ini mengandung resiko tinggi.
Mengandalkan pemain-pemain muda di pertandingan sebesar Liga Champions tentu bukanlah keputusan yang ringan. Namun, Flick dikenal sebagai pelatih yang berani mengambil langkah ekstrim ketika situasi menuntut. Pengalamannya bersama Bayer Munchen saat mengantarkan klub tersebut meraih treble winners musim 2019-2020 menjadi bukti bahwa ia memiliki naluri taktik yang tajam dan kemampuan membaca situasi dengan cepat.
Dalam sesi latihan, Flick tampak fokus pada peningkatan koordinasi antar pemain depan baru tersebut. Ia menekankan transisi cepat dari bertahan ke menyerang, pressing tinggi sejak lini pertama, serta kemampuan memanfaatkan ruang di belakang pertahanan lawan. Strategi ini diharapkan bisa menghidupkan kembali gaya permainan menyerang khas Barcelona yang sempat merdup akibat absennya para pemain kunci.
Sementara itu, Lamine Yamal tetap menjadi sosok yang diandalkan di sisi kanan. Meski masih muda, pemain jebolan lama sia ini telah menunjukkan kematangan luar biasa di lapangan. Dengan kecepatan dan kemampuan dribble yang sulit ditebak, Yamal kerap menjadi pembuka ruang bagi rekan-rekannya.
Kehadirannya dalam trio baru ini diharapkan dapat membantu Rashford dan Bergi mendapatkan suplai bola yang cukup untuk menembus pertahanan lawan. Di sisi lain, eksperimen Flick juga menjadi bukti evolusi taktik Barcelona di bawah Asuanya. Jika selama era Saffi tim ini mengandalkan struktur posisi yang ketat dan permainan kombinasi pendek, maka di bawah Flick Blaugrana mencoba lebih fleksibel dan vertikal.
Fokus permainan tidak hanya pada penguasaan bola, tetapi juga kecepatan transisi dan efektivitas penyelesaian akhir. Dalam kondisi krisis seperti sekarang, gaya tersebut justru bisa menjadi keuntungan karena memanfaatkan energi muda pemain-pemain seperti Yamal dan Bergi yang hawis pembuktian. Jika eksperimen ini berhasil, Flick mungkin telah menemukan formula baru bagi Barcelona di Eropa.
Trio Bardghji, Rashford dan Yamal bisa menjadi simbol perubahan generasi dan awal dari babak baru Blaugrana dalam membangun identitas permainan yang lebih modern. Keberhasilan mereka tidak hanya akan mengangkat moral tim di tengah badai cadera, tetapi juga memberi pesan kuat bahwa Barcelona tetap berbahaya meskipun tanpa nama-nama besar. Namun, jika gagal, Flick tentu harus menanggung resiko besar, mulai dari kritik media hingga tekanan dari manajemen dan supporter.
Sebab, bagi klub sebesar Barcelona, hasil di Liga Champion selalu menjadi tolak ukur utama kesuksesan pelatih. Meski demikian, Flick nampaknya siap dengan segala konsekuensi. Ia percaya bahwa hanya dengan inovasi dan keberanian mengambil resiko, timnya bisa bertahan di level tertinggi Eropa.






