
Lensa Bola – Liga Champions Eropa musim 2025-2026, menghadirkan cerita baru yang syarat sejarah dan makna bagi dunia sepak bola, khususnya bagi kawasan Asia Tengah. Untuk pertama kalinya, Kairat Almaty, klub asal Kazakhstan, berhasil melangkah hingga fase grup kompetisi paling bergensi di benua biru. Prestasi ini diraih setelah kemenangan dramatis atas Glasgow Celtic melalui adu penalti dengan skor 3-2 pada laga playoff Rabu 27 Agustus 2025 dini hari waktu Indonesia Barat.
Pertandingan yang penuh ketegangan tersebut menjadi momen yang bersejarah, bukan hanya bagi klub, tetapi juga bagi perkembangan sepak bola Kazakhstan secara keseluruhan. Jalan panjang menuju babak grup pun tidak diraih dengan mudah. Kairat harus berhadapan dengan tim berpengalaman seperti Celtic yang memiliki tradisi panjang di kompetisi Eropa.
Dua lag pertandingan berjalan sangat ketat, baik ketika bermain di markas Celtic di Glasgow maupun saat bermain di stadion Ortalik Almaty. Kedua tim gagal mencetak gol dalam waktu normal maupun perpanjangan waktu, sehingga nasib ditentukan lewat drama adu penalti. Di momen krusial itu, para eksekutor Kairat tampil dengan lebih tenang.
Tiga pemain mereka yaitu Alexander Martinovic, Ofri Arad, dan Yegor Sorokin sukses menjalankan tugasnya dengan sempurna. Sementara itu, tiga penendang Celtic justru gagal, termasuk Daizen Maida yang menjadi penendang terakhir. Begitu bola Maida melayang jauh dari target, seisi stadion Ortalik bergemuruh.
Sorak-sorai supporter bak merayakan sebuah trofi besar. Keberhasilan ini sekaligus memastikan langkah Kairat ke babak grup, di mana undian menempatkan mereka di pot empat. Setelah dilakukan drawing Liga Champions, FC Kairat akan berhadapan dengan tim-tim raksasa Eropa, mulai dari Real Madrid, Inter Milan, Arsenal hingga klub-klub bersejarah seperti Olympiakos, Klub Brugge, Sporting CP dan Copenhagen.
Meski berstatus tim debutan, para pemain Kairat menegaskan bahwa mereka tidak gentar menghadapi lawan-lawan yang jauh lebih berpengalaman. Namun, momen yang paling menarik perhatian publik adalah ketika squad Kairat mengetahui bahwa mereka akan bertemu langsung dengan Raja Eropa Real Madrid. Bayangan menghadapi para bintang dunia seperti Kylian Mbappe, Jude Bellingham, dan Vinicius Junior di stadion mereka sendiri, seolah menghadirkan mimpi yang menjadi kenyataan.
Pertandingan ini pun mencatatkan catatan unik lainnya. Real Madrid, untuk pertama kalinya dalam sejarah mereka, akan bertandang ke Kazakhstan. Perjalanan menuju Almaty bukanlah perkara sepele.
Jarak yang ditembuh dari Madrid ke Almaty mencapai lebih dari 8.200 km atau setara dengan penerbangan selama 11 jam. Hal ini membuat lagam lawan Kairat menjadi salah satu perjalanan terjauh Los Blancos sepanjang sejarah keikutsertaan mereka di Eropa. Perjalanan ini pun akan menjadi pengalaman baru, baik dari sisi teknis, fisik maupun mental, bagi tim yang syarat dengan tradisi seperti Real Madrid.
Sejarah panjang Kairat-Almaty memberikan dasar kuat bagi pencapaian ini. Klub ini didirikan pada tahun 1954 dan tercatat sebagai salah satu klub tertua sekaligus paling bersejarah di Kazakhstan. Pada era Uni Soviet, Kairat sempat berkompetisi di Liga Soviet menghadapi klub-klub besar dari Rusia, Ukraina hingga negara-negara Baltik.
Setelah Kazakhstan meraih kemerdekaan pada 1991, Kairat kemudian menjadi bagian penting dalam pembentukan Liga Kazakhstan. Bermarkas di Stadion Ortalik Almaty, dengan kapasitas lebih dari 23.000 penonton, klub berjulu Kairatsi ini menjadi simbol kebanggaan masyarakat setempat. Para supporter fanatik mereka dikenal setia mendukung, meski nama Kairat jarang terdengar di kancah sepak bola Eropa.
Dari sisi prestasi domestik, Kairat memiliki catatan yang cukup mengesankan. Mereka sudah menjuarai Liga Kazakhstan dua kali, yaitu pada tahun 2020 dan 2021. Selain itu, Kairat menjadi pemegang rekor sebagai klub dengan koleksi piala Kazakhstan terbanyak dengan lebih dari 10 trofi.
Persaingan mereka dengan FC Astana kerap mewarnai perjalanan Liga Domestik, di mana Astana beberapa kali mendominasi. Namun demikian, Kairat tetap dihormati sebagai klub dengan fondasi kuat dan tradisi panjang. Di level kontinental, sebelum musim ini pencapaian terbaik mereka hanya sebatas babak kualifikasi Liga Eropa maupun Liga Konferensi.
Mereka pernah berjumpa dengan klub besar seperti Red Star Belgrade, hingga Villarreal, meski hampir selalu tersingkir di fase awal. Kini, keberhasilan melangkah ke fase grup Liga Champions menjadi tonggak baru, sekaligus menjadikan Kairat sebagai klub kedua dari Kazakhstan yang berhasil mencapai tahap ini setelah FC Astana melakukannya pada tahun 2015 lalu. Keberadaan Kairat juga menghadirkan fakta menarik lain.
Secara geografis, Kairat kini menjadi klub paling timur yang tampil di Liga Champions musim ini. Kota Almaty terletak di kaki pegunungan Tien San yang membuat setiap perjalanan tandang tim-tim Eropa Barat akan menjadi tantangan tersendiri karena waktu tempuh yang sangat panjang. Fakta ini memberikan warna baru dalam peta kompetisi Eropa.
Bagi publik Kazakhstan, keberhasilan ini merupakan kebanggaan nasional. Mereka melihatnya sebagai simbol bahwa sepak bola dari Asia Tengah mampu menembus batas, bersuara dan dihargai di panggung elit dunia. Perjalanan Kairat tidak bisa dilepaskan dari dinamika sepak bola Kazakhstan itu sendiri.
Federasi Sepak Bola Kazakhstan berdiri sejak 1992 atau satu tahun setelah negara itu merdeka. Awalnya, mereka bernaung di bawah Konfederasi Sepak Bola Asia atau AFC sejak 1993. Namun pada tahun 2000, federasi ini mengambil keputusan penting dengan berpindah ke UFA.
Keanggotaan penuh di UFA baru didapatkan pada 25 April 2002 setelah Kongres UFA di Stockholm, Swedia. Dengan langkah ini, tim-tim asal Kazakhstan termasuk Kairat memiliki kesempatan untuk berkompetisi di panggung Eropa baik di level klub maupun tim nasional. Keputusan tersebut tentu menimbulkan perdebatan.
Secara geografis, sebagian besar wilayah Kazakhstan berada di Asia dengan hanya sekitar 5 persen wilayah mereka yang masuk ke Eropa termasuk dua kota penting Oral dan Atyaru. Karena itu, banyak pihak masih menganggap Kazakhstan sebagai negara Asia. Namun secara politik dan olahraga, keterlibatan Kazakhstan di UFA dianggap sebagai langkah strategis untuk meningkatkan kualitas kompetisi dan menghadapi lawan-lawan yang lebih kuat.
Dan kini, dua dekade setelah bergabung, keputusan itu mulai membuahkan hasil nyata. Bagi sepak bola Kazakhstan, keberhasilan Kairat menembus Liga Champions bukan sekedar pencapaian olahraga tetapi memiliki makna simbolis. Di tengah dominasi negara-negara Eropa Barat dan Selatan, kehadiran klub dari Asia Tengah menunjukkan keragaman dan perluasan peta kekuatan sepak bola dunia.
Bagi masyarakat Kazakhstan sendiri, prestasi ini menjadi kebanggaan yang mengangkat nama negara mereka di panggung internasional sekaligus mempertegas identitas mereka bahwa mereka mampu bersaing di level tertinggi. Tak dapat dipungkiri, kiprah Kairat akan penuh tantangan. Menghadapi tim-tim seperti Real Madrid, Inter Milan, dan Arsenal tentu bukanlah perkara yang mudah.
Namun, pengalaman menghadapi klub-klub top dunia bisa menjadi modal berharga untuk membangun fondasi masa depan. Lebih dari itu, setiap pertandingan Kairat akan menjadi ajang unjuk gigi bagi para pemain, baik lokal maupun asing, untuk menunjukkan kemampuan mereka. Supporter Kazakhstan pun akan menyaksikan langsung atmosfer Liga Champions di tanah mereka, sesuatu yang sebelumnya hanya mereka lihat di layar televisi.
Apapun hasil yang diraih Kairat di babak grup nanti, sejarah telah mencatat nama mereka. Mereka kini berdiri sejajar dengan klub-klub besar Eropa sebagai bagian dari cerita Liga Champions 2025-2026. Prestasi ini mengingatkan dunia bahwa sepak bola tidak hanya milik negara-negara besar, tetapi juga bisa tumbuh dari wilayah yang jarang tersorot.
Dan bagi Asia Tengah, Kairat Almaty adalah simbol harapan baru bahwa mereka mampu bersaing, bermimpi dan menerahkan sejarah di panggung sepak bola tertinggi dunia.