Lensa BolaBarcelona harus menelan pil pahit setelah di kalahkan Real Madrid dalam Laga Panas El Clasico pertama musim 2025-2026 di Santiago Bernabeu. Pertandingan yang digelar pada minggu malam waktu setempat itu berakhir dengan skor 21 untuk kemenangan tuan rumah. Selain hasil akhir yang memperkuat posisi Madrid di puncak kelasemen, laga ini juga diwarnai dengan drama panas baik di lapangan maupun di luar lapangan.

Terutama terkait komentar kontroversial penyerang muda Barcelona Lamin Yamal yang menjadi bumerang bagi Barcelona. Tampil di hadapan pendukung sendiri, pelatih Real Madrid Xabi Alonso menerapkan formasi 4-4-2 dengan menempatkan Kylian Mbape dan Jude Bellingham sebagai ujung tombak. Kombinasi keduanya, diharapkan mampu menciptakan tekanan dari lini depan melalui serangan cepat dan koordinasi tinggi.

Di sisi lain, Hansi Flick tetap setia dengan formasi andalanya 4-3-3. Ia menurunkan Lamin Yamal, Fermin Lopez dan Marcus Rashford untuk memimpin serangan Barcelona. Sejak awal laga, pertandingan berjalan dengan tempo tinggi dan tensi yang memanas.

Pada menit keempat, Wasid sempat memeriksa tayangan ulang far karena dugaan pelanggaran Yamal terhadap Vinicius Junior di kotak penalti. Namun setelah dilakukan tinjauan, Wasid memutuskan untuk tidak memberikan penalti kepada Real Madrid. Hanya berselang 8 menit kemudian, Madrid hampir membuka keunggulan melalui aksi brilian Kylian Mbape.

Bermula dari blunder pemain Barcelona di lini tengah, bola jatuh ke kaki Kylian Mbape yang langsung melepaskan tembakan volley keras dari luar kotak penalti. Bola sempat menembus gawang Szczesny, namun kegembiraan pendukung tuan rumah harus pupus setelah Wasit menganulir gol tersebut karena Kylian Mbape lebih dulu berada dalam posisi offside. Real Madrid terus menekan.

Usaha mereka membuahkan hasil pada menit ke-21 saat Jude Bellingham mengirimkan umpan terobosan indah yang disambut oleh Kylian Mbappe dengan sontekan tenang ke gawang Barcelona. Gol tersebut mengubah skor menjadi 1-0 untuk tuan rumah. Tekanan Real Madrid tak berhenti sampai di situ.

Vinicius Junior hampir menambah keunggulan di menit ke-35 melalui sepakan kerasnya. Namun Szczesny masih sigap menghalau bola. Di tengah dominasi Los Blancos, Barcelona justru berhasil menyemakan kedudukan pada menit ke-38.

Lamine Yamal yang bergerak di sisi kanan mengirim umpan silang yang disambar Fermin Lopez dengan sepakan jarak dekat untuk membuat skor menjadi 1-1. Gol itu sempat membangkitkan semangat tim tamu, tetapi Real Madrid kembali menunjukkan ketajamannya di menit ke-42. Berawal dari situasi bola mati, Sundulan Eder Militao mengarah ke Bellingham yang dengan dingin menuntaskannya menjadi gol kedua untuk Real Madrid.

Menjelang akhir babak pertama, Madrid sempat menambah keunggulan lewat sontekan Kylian Mbape yang memanfaatkan bola ribon hasil tembakan Bellingham yang diblock oleh keeper. Namun lagi-lagi, gol itu dianulir karena offside. Babak pertama pun ditutup dengan keunggulan 2-1 untuk Real Madrid.

Memasuki babak kedua, Barcelona berusaha bangkit dan tampil lebih menekan. Namun, petaka justru datang di menit ke-50 ketika Eric Garcia melakukan handsball saat mencoba memblock tembakan Bellingham. Wasit tanpa ragu menunjuk titik putih.

Kylian Mbape maju sebagai eksekutor, tetapi kali ini Szczesny tampil gemilang dengan menepis bola penalti tersebut. Kegagalan itu membuat Madrid kehilangan momentum untuk memperlebar keunggulan dan memberi Barcelona nafas tambahan untuk kembali menyerang. Meski begitu, pertahanan Real Madrid tampil sangat disiplin.

Eder Militao dan dan Huissen bermain kokoh di jantung pertahanan, sementara Carreras sukses meredam pergerakan Lamine Yamal yang tampil di bawah performa terbaiknya. Beberapa kali, Yamal mencoba menusuk dari sisi kanan, namun selalu gagal melewati penjagaan ketat Carreras. Real Madrid kembali mengancam pada menit ke-66 lewat tembakan Vinicius yang melenceng tipis dari sisi kiri gawang.

Namun, drama kembali terjadi di menit ke-72 ketika Xabi Alonso memutuskan menarik keluar Vinicius untuk digantikan Rodrigo. Keputusan itu membuat sang winger bereaksi keras. Vinicius tampak marah, mengangkat tangan ke udara dan menolak menyapa pelatihnya sebelum berjalan menuju terowongan stadion.

Penonton di Bernabu sempat terkejut melihat aksi emosional tersebut. Menjelang akhir laga, ketegangan di lapangan semakin meningkat. Barcelona berusaha keras untuk mencetak gol penyeimbang, namun upaya mereka berujung pada kartu merah untuk Pedri di masa tambahan waktu.

Gelandang muda asal Spanyol itu mendapatkan kartu kuning kedua setelah melanggar keras Tchouameni. Situasi itu membuat Barcelona harus bermain dengan 10 orang di penghujung laga. Insiden tersebut memicu keributan kecil di depan lorong stadion, tetapi segera dilerai oleh ofisial kedua tim, hingga pelulit panjang dibunyikan, skor 2-1 untuk Real Madrid tidak berubah.

Kemenangan ini memperkokoh posisi Real Madrid di puncak kelas main Liga Spanyol dengan 27 poin dari 11 pertandingan, unggul 5 angka dari Barcelona yang berada di posisi kedua. Hasil ini juga menjadi penegasan atas kebangkitan Los Blancos, setelah musim lalu sering gagal meraih kemenangan di laga El Clasico. Di sisi lain, bagi Barcelona, kekalahan ini menjadi sinyal bahwa mereka masih perlu banyak berbenah, terutama dalam hal konsentrasi dan kedisiplinan di lini belakang.

Di luar aspek taktik dan hasil akhir, perhatian publik justru tertuju pada Lamine Yamal. Pemain muda berusia 18 tahun itu menjadi sorotan bukan karena aksinya di lapangan, melainkan karena ucapannya yang dianggap terlalu arogan sebelum pertandingan. Beberapa hari sebelum El Clasico, Yamal sempat hadir dalam acara Kings League dan melontarkan komentar provokatif terhadap Real Madrid.

Dalam sesi tersebut, Yamal menyebut Los Blancos sebagai perampok yang kerap diuntungkan oleh keputusan wasid dan gemar mengeluh ketika kalah. Ya, mereka suka merampok. Mereka selalu mengeluh.

Mereka melakukan hal-hal seperti itu. Saya sudah pernah mencetak gol di Bernabu, ingat, skornya 4-0. Namun, komentar yang dimaksudkan sebagai bentuk syawar itu, justru menjadi bumerang.

Di lapangan, Yamal gagal tampil maksimal dan nyaris tak memberikan ancaman berarti bagi pertahanan Real Madrid. Beberapa kali, upayanya melewati Dani Carvajal selalu gagal. Bahkan, ia kehilangan bola di momen-momen penting yang berujung serangan balik berbahaya.

Setelah pertandingan, Carvajal menanggapi ucapan Yamal dengan ada sindiran. Dia masih muda, banyak bicara, tapi malam ini dia belajar sesuatu. Perseteruan kecil antara Carvajal dan Yamal pun sempat berlanjut di lapangan setelah peluit panjang dibunyikan.

Kedua pemain terlihat terlibat adu argumen sebelum akhirnya dipisahkan oleh rekan satu tim masing-masing. Insiden itu menambah panas suasana El Clasico kali ini yang sejak awal memang diwarnai emosi tinggi. Kekalahan ini jelas menjadi tamparan keras bagi Hansi Flick dan timnya.

Barcelona yang awal musim tampil meyakinkan kini mulai kehilangan konsistensi. Hansi Flick mengakui bahwa anak asuhnya terlalu mudah kehilangan fokus di momen-momen krusial. Kami seharusnya bisa bermain lebih sabar dan disiplin.

Madrid memanfaatkan setiap kesalahan kami. Sementara itu, Xabi Alonso tidak bisa menutupi kebanggaannya terhadap performa timnya. Ia menilai kemenangan ini merupakan buah dari kerja keras dan kedisiplinan pemainnya dalam menjalankan instruksi takdir.

Kami tahu El Clasico selalu sulit, tapi para pemain tampil dengan karakter luar biasa. Kami bertahan dengan baik dan menciptakan peluang di waktu yang tepat. Kemenangan atas Barcelona tak hanya memperkokoh posisi Real Madrid di puncak klasmen, tetapi juga menjadi bukti bahwa mereka kini memiliki identitas baru di bawah asuhan Alonso, sebuah tim yang solid, efisien dan punya mental juara.

lion mesdon
Oktober 27, 2025
Tags: ,

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *