
Lensa Bola – Kesempurnaan Real Madrid di awal musim La Liga Spanyol 2025-2026 akhirnya runtuh dengan cara yang menyakitkan. Setelah melewati enam jornada dengan kemenangan beruntun, catatan gemilang itu terhenti di tangan rival sekota mereka Atletico Madrid. Pertemuan keduanya pada jornada ke-7 berlangsung di Stadion Civitas Metropolitano, Sabtu 27 September 2025 malam waktu Indonesia Barat.
Derby Madrid kali ini menjadi sorotan besar, bukan hanya karena gengsi yang menyelimuti laga, melainkan juga karena kedua tim sama-sama sedang dalam berada kondisi kompetitif. Real Madrid datang dengan status pemuncak klasmen, sementara Atletico bertekad menjaga reputasi mereka di papan atas. Sebelum laga dimulai, tensi pertandingan sudah meningkat.
Julian Alvarez sempat mengeluarkan pernyataan berani. Ia menegaskan bahwa timnya akan melakukan segalanya untuk meraih kemenangan atas Real Madrid. Ucapan tersebut awalnya dianggap sekedar bualan, namun pada akhirnya terbukti sebagai motivasi besar yang mendorong semangat rekan-rekannya di lapangan.
Pertandingan berjalan dengan intensitas tinggi sejak menit awal. Real Madrid yang kini ditangani Sabi Alonso tampil dengan formasi 4-2-3-1. Alonso menurunkan kombinasi lini depan yang ditopang pemain-pemain kelas dunia seperti Jude Bellingham, Vinicius Junior, dan Kylian Mbappe.
Di klub bulawan, Diego Simeone menerapkan skema 4-4-2, mengandalkan pengalaman koke di lini tengah, kekuatan fisik Alexander Sørloth di lini depan, dan kecerdikan Alvarez untuk menembus pertahanan lawan. Hasilnya, gol pertama tercipta ketika pertandingan baru berjalan 14 menit. Atletico Madrid membuka keunggulan melalui Robin Lenormand yang memanfaatkan umpan silang matang Giovanni Simeone.
Sudulan back asal Perancis itu meluncur deras ke gawang Thibaut Courtois tanpa bisa dihalau. Namun, keunggulan tuan rumah tidak bertahan lama. Pada menit ke-25, Kylian Mbappe menunjukkan kelasnya.
Memanfaatkan umpan terobosan dari Arda Guler, Mbappe berhasil menembak dari sudut sempit dan mengirim bola ke pojok kanan bawah gawang. Gol itu tidak hanya menyamakan kedudukan, tetapi juga membangkitkan semangat para pemain Real Madrid. Real Madrid kemudian berbalik unggul di menit ke-36 melalui aksi kolektif yang indah.
Vinicius Junior meliuk-liuk di sisi kanan kotak penalty, mengacaukan konsentrasi tiga pemain Atletico sekaligus. Dari aksinya itu, ia mengirimkan umpan matang ke Arda Guler yang berdiri bebas di depan gawang. Gelandang muda asal Turki itu menyambut bola dengan tembakan first time yang tak mampu dihentikan oleh Jan Oblak.
Skor berubah menjadi 2-1 untuk keunggulan tim tamu. Atletico Madrid sempat menyamakan kedudukan lewat Clement Lenglet pada menit ke-43, tetapi golnya dianulir setelah VAR menunjukkan bahwa bola lebih dulu menyentuh tangan. Namun, publik Metropolitano akhirnya kembali bergemuruh ketika Alexander Sørloth mencetak gol penyamat kedudukan di masa injury time babak pertama.
Striker asal Norwegia itu memanfaatkan umpan matang koke dan sukses menaklukkan Córdova. Skor 2-2 menutup jalannya babak pertama, mencerminkan betapa sengitnya persaingan antara dua klubs kota tersebut. Selepas jeda, Atletico Madrid tampil lebih agresif.
Hanya 6 menit setelah babak kedua dimulai, mereka mendapatkan hadiah penalty. Arda Guler dianggap melakukan pelanggaran terhadap Nico Gonzalez di dalam kotak terlarang, sehingga wasi tanpa ragu menunjuk titik putih. Julian Alvarez maju sebagai eksekutor dan dengan penuh percaya diri mengirim bola ke gawang Córdova.
Skor berubah menjadi 3-2 dan atmosfer stadion semakin bergelora. Alvarez kemudian benar-benar menjelma sebagai mimpi buruk bagi Real Madrid. Mendapatkan kesempatan mengeksekusi tendangan bebas, mantan penyerang Manchester City tersebut melepaskan tembakan melengkung yang melewati pagar Betis Madrid dan bersarang ke pojok kanan gawang.
Gol indah ini membuat Atletico unggul 4-2 dan menjadikan Alvarez sebagai bintang utama di laga panas tersebut. Tertinggal dua gol, Real Madrid mencoba meningkatkan intensitas serangan. Mbape, Vinicius dan Belingham berulang kali berusaha merobek pertahanan Atletico, namun kokohnya lini belakang tuan rumah membuat upaya mereka mentah.
Di sisi lain, Atletico tetap disiplin menjaga keseimbangan antara menyerang dan bertahan. Puncaknya terjadi di menit ke-90 plus tiga ketika Antoan Griezmann yang baru masuk sebagai pemain pengganti pada menit ke-8-3 berhasil mencetak gol ke-5 untuk Atletico. Kekalahan telak ini jelas menjadi pukulan telak bagi Real Madrid.
Setelah enam kemenangan beruntun, catatan sempurna mereka harus berakhir di tangan rival sekota. Kebobolan lima gol dalam satu laga juga memperlihatkan betapa rapuhnya pertahanan mereka. Thibaut Courtois, yang biasanya tampil tangguh, kali ini harus lima kali memungut bola dari gawangnya.
Kritik pun mengalir deras terkait lemahnya koordinasi lini belakang, serta kurangnya antisipasi terhadap pergerakan penyerang Atletico. Lebih buruk lagi, kekalahan ini dibarangnya dengan kabar cadera yang menimpa dua pilar penting lini belakang Real Madrid. Eder Militao harus ditarik keluar pada bebak pertama setelah mengalami masalah pada pergelangan kaki usai berduel dengan Alexander Sorloth Carvajal menyusul rekanya dengan keluar di menit kelima sembilan akibat masalah pada kaki kanannya dan digantikan oleh Eduardo Camavinga.
Situasi ini memperparah krisis cadera yang tengah melanda Real Madrid. Sebelumnya, Los Blancos sudah kehilangan Antonio Rudiger, Trent Alexander-Arnold dan Mendy karena masalah kebugaran. David Alaba juga baru tampil selama 10 menit sepanjang musim ini karena kondisi fisiknya yang masih belum stabil.
Jika Militao dan Carvajal dipastikan absen, maka Real Madrid praktis hanya memiliki 3 bek tengah yang benar-benar bugar. Hal ini membuat Xabi Alonso kemungkinan harus memutar otak, bahkan beresiko kembali melakukan eksperimen dengan menempatkan gelandang bertahan seperti Aurelian Suemeni atau Federico Valverde sebagai back darurat. Krisis cadera ini menghadirkan tantangan besar bagi Alonso di musim debutnya sebagai pelatih Real Madrid.
Meski tim masih bersaing di papan atas kelas men La Liga, kehilangan pemain inti di limit pertahanan jelas dapat mengganggu konsistensi. Musim lalu, masalah serupa sempat dialami oleh Madrid dan berkontribusi besar terhadap penurunan performa hingga akhirnya Carlo Ancelotti kehilangan jabatannya. Alonso tentu tidak ingin skenario itu terulang, sehingga ia dituntut menemukan solusi taktis yang kependek sembari menunggu pemain yang cadera pulih.
Pertandingan derby melawan Atletico juga membuka mata publik mengenai kelemahan nyata Real Madrid. Organisasi pertahanan yang rapuh, kurangnya konsentrasi pada situasi bola mati, serta kerentanan terhadap serangan balik cepat harus segera dibenahi jika mereka ingin tetap bersaing di level tertinggi. Dengan jadwal padat, termasuk di Liga Champions, setiap celah kelemahan bisa dimanfaatkan oleh lawan.