Lensa BolaTimnas Inggris memberikan jawaban tegas terhadap kritik tajam yang sempat mengiringi langkah mereka di kualifikasi piala dunia 2026. Setelah hanya meraih kemenangan tipis 2-0 atas Andorra pada lagas sebelumnya, tim Asuhan Thomas Tuchel kali ini tampil menggila dengan kemenangan telak 5-0 atas Serbia. Duel yang digelar di stadion Rasko Mythik Beograd, Rabu dini hari waktu Indonesia Barat itu, awalnya diprediksi menjadi ujian berat bagi The Three Lions di fase kualifikasi.

Namun, Inggris justru memperlihatkan kelasnya sebagai salah satu favorit tim besar dengan permainan dominan dan disiplin di segala lini. Sejak jadwal pertandingan dirilis, banyak pihak menilai laga tandang melawan Serbia akan menjadi tantangan terbesar Inggris dalam kualifikasi. Serbia dikenal memiliki dukungan supporter fanatik, atmosfer stadion yang angker, serta materi pemain berkualitas seperti Dusan Vlahovic dan Alexander Mitrovic.

Selain itu, Inggris datang ke Beograd dengan tekanan besar setelah kritik pedas yang muncul usai penampilan kurang meyakinkan melawan Andorra. Media Inggris bahkan mempertanyakan pendekatan taktik Tuhel yang dianggap terlalu berhati-hati. Namun, semua keraguan tersebut langsung terbantahkan.

Inggris tampil percaya diri sejak menit pertama dengan komposisi squad yang lebih menyerang. Thomas Tuchel menurunkan kombinasi pemain muda dan senior di lini depan, termasuk Anthony Gordon, Morgan Rogers, Noni Madueke serta Kapten Harry Kane sebagai ujung tombak. Strategi ini terbukti efektif karena Inggris mampu mendikta permainan tuan rumah dan menguasai bola hampir sepanjang pertandingan.

Dominasi Inggris terbayar pada menit ketiga-tiga. Declan Rice mengirimkan umpan sepak pojok akurat yang berhasil disambut sundulan tajam Harry Kane. Bola meluncur ke pojok kiri gawang tanpa bisa dijangka oleh keeper Serbiador De Petrovic.

Goal ini memecah kebuntuan sekaligus meningkatkan kepercayaan diri tim tamu. Tak butuh waktu lama bagi Inggris untuk bisa menambah keunggulan. Dua menit kemudian, Madueke mencetak gol kedua setelah memanfaatkan umpan terobosan dari Rogers.

Pemain sayap muda Chelsea itu menunjukkan kecepatan dan ketenangan luar biasa saat menuntaskan peluang dengan tembakan ke sudut kanan gawang. Inggris pun menutup babak pertama dengan skor 2-0 dan mengirimkan pesan tegas bahwa mereka datang ke Biograd bukan sekedar untuk bertahan. Babak kedua dimulai dengan skenario serupa.

Inggris tetap menguasai permainan dan menekan lini belakang Serbia. Pada menit kelima-dua, gol ketiga lahir melalui Ezri Konsa. Berawal dari tembakan Anthony Gordon yang ditepis oleh Petrovic, bola memantul dan mengenai Mark Jahis belum mengarah ke Konsa.

Bek Aston Villa itu langsung melepaskan tembakan keras dari jarak dekat untuk membawa Inggris unggul 3-0. Meski laga berlangsung seru di lapangan, suasana di luar lapangan sempat memanas. Pertandingan sempat dihentikan sebentar karena sorotan laser diarahkan ke wajah para pemain Inggris termasuk juga Konsa dan Rhys James.

Insiden ini memicu kemarahan ofisial Inggris, sementara pihak keamanan stadion segera memberikan peringatan keras kepada supporter. Ketegangan memuncak saat polisi anti-huruhara terlihat berlari ke arah tribun supporter Serbia untuk meredam kericuan. Rekaman dari penonton memperlihatkan perkelahian di antara supporter tuan rumah disertai nyanyian bernada kritik terhadap presiden Serbia Alexander Vukic.

Anak-anak dan keluarga supporter pun dievakuasi demi keamanan. Reporter ITV Gabriel Klert, yang meliput pertandingan langsung di tepi lapangan, menggabarkan situasi tersebut cukup mencekam selama beberapa menit. Namun, kepolisian berhasil mengandalkan keadaan dengan cepat sehingga pertandingan bisa dilanjutkan tanpa gangguan lebih lanjut.

Selain Leser, ada pula aksi provokatif lain dari tribun. Suara peluit Tirwan Wasit sempat terdengar mengganggu konsentrasi pemain Inggris yang tengah menguasai bola. Bendera anti-Kosovo yang dibentangkan oleh supporter Serbia juga memicu teguran dari pihak stadion.

Meski begitu, Inggris menunjukkan profesionalisme tinggi dengan tetap fokus di lapangan dan menjaga dominasi mereka. Kericuan di Radsko Mitic Stadium ini bukan insiden pertama yang melibatkan supporter Inggris dan Serbia. Rivalitas keduanya telah berulang kali memanas di berbagai ajang internasional.

Pada Euro 2004 misalnya, bentrokan besar terjadi di Jerman hingga menghancurkan sebuah restoran. Bahkan, di Hamburg, seorang supporter sempat ditembak oleh polisi ketika ketegangan meningkat di kawasan Reperbahn sebelum laga Belanda versus Polandia. Atmosfer panas di laga-laga yang melibatkan Serbia memang bukanlah sebuah hal yang baru.

Negeri Balkan tersebut memiliki sejarah panjang dengan supporter fanatiknya. Situasi politik dan sosial yang kompleks kerap menjadi bahan nyanyian atau koreografi di stadion. Hal itu membuat pertandingan internasional di Biograd selalu memiliki resiko tinggi.

Di lapangan, Serbia semakin terpuruk setelah Nikola Milenkovic mendapatkan kartu merah langsung pada menit ke-72. Bek Fiorentina itu diusir oleh Wasit karena melakukan tackle keras terhadap Harikin. Bermain dengan 10 pemain, Serbia kesulitan menahan gempuran timnas Inggris.

Tak butuh waktu lama bagi tim tamu untuk memanfaatkan keunggulan jumlah pemain. (5:18) Pada menit ke-75, Mark Gehi menambah penderitaan Serbia lewat gol ke-4 Inggris. Bek Crystal Palace itu menuntaskan umpan tendangan bebas Declan Rice dengan sepakan voli mendatar yang melewati celah kaki Petrovic.

Menjelang akhir laga, Inggris kembali mendapatkan hadiah penalti setelah Ollie Watkins dijatuhkan setelah hinjah era Covid di kota Terlarang. Marcus Rashford yang menjadi eksekutor sukses menuntaskan tugasnya dengan sempurna di menit ke-90. Skor akhir 5-0 pun memastikan kemenangan besar Inggris.

Kemenangan ini menjadi bukti keampuhan strategi Thomas Tuchel. Inggris tidak hanya mencetak banyak gol tetapi juga mempertahankan rekor Nirbobol. Pertahanan solid yang dipimpin oleh Konsa dan Gehi membuat pelahovik dan lini depan Serbia tak berkutik.

Sementara itu, lini tengah yang digalang oleh Declan, Rashford dan Jude Bellingham menguasai permainan dengan penguasaan bola mencapai lebih dari 65 persen. Dengan hasil ini, Inggris semakin kukuh di puncak kelas main group K kualifikasi Piala Dunia 2026 dengan raihan sempurna 15 poin dari 5 laga. Mereka, unggul jauh atas Albania yang berada di posisi kedua dengan 8 poin setelah menang tipis 1-0 atas Latvia.

Serbia, yang sebelumnya dijagokan bisa bersaing ketat, tertahan di posisi ketiga dengan 7 poin dari 4 laga. Keberhasilan Inggris meraih kemenangan besar di laga tandang krusial ini menjadi sinyal kuat bahwa mereka siap bersaing untuk gelar juara dunia tahun depan. Performa meyakinkan, kedalaman squad dan fleksibilitas taktik Tuhel membuat Inggris dianggap sebagai salah satu tim paling komplit di Eropa saat ini.

Pelatih Thomas Tuhel mendapatkan banyak pujian seusai laga. Keputusannya merombak strategi dengan menurunkan kombinasi pemain muda dan senior terbukti merupakan langkah yang tepat. Maduike dan Gordon tampil eksplosif di sayap sementara Rodgers memberikan kreativitas di lini serang.

Keberanian Tuhel memberi kepercayaan pada para pemain muda membuat Inggris memiliki kedalaman squad yang lebih merata. Selain itu, organisasi pertahanan Inggris patut diapresiasi. Meski menghadapi tekanan publik Serbia, mereka tetap tampil tenang.

Kiper Jordan Pickford pun menjalani laga relatif nyaman karena minim ancaman dari tuan rumah. Penampilan konsisten lini belakang menunjukkan kematangan taktik Tuchel yang tak hanya mengadalkan serangan agresif, tetapi juga keseimbangan permainan. Dengan kemenangan ini, Inggris langkah lebih dekat mengamankan tiket piala dunia 2026.

Meski masih ada beberapa pertandingan tersisa di fase kualifikasi, performa solid The Twin Lions membuat banyak pengamat yakin mereka akan lolos dengan status pemuncak grup. Lebih dari sekedar hasil, kemenangan besar di Beograd juga mengangkat moral tim. Para pemain tampak menikmati permainan mereka, sementara kepercayaan diri squad semakin tinggi.

Inggris kini memiliki waktu untuk mematangkan strategi, mengasah kemistri antar pemain, dan menguji variasi taktik sebelum piala dunia dimulai.

lion mesdon
September 14, 2025
Tags: ,

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *