Lensa Bola FC Barcelona kembali menjadi pusat perhatian publik sepak bola dunia setelah merilis jersi terbaru mereka untuk musim 2025-2026. Seperti musim-musim sebelumnya, Blaugrana bekerja sama dengan produsen perlengkapan olahraga raksasa asal Amerika Serikat Nike untuk menghadirkan seragam dengan sentuhan desain modern namun tetap mempertahankan identitas klasik klub. Peluncuran resmi dilakukan pada Rabu-Juli 2025 dan langsung mendapatkan sambutan luas dari penggemar di seluruh dunia.

Desain anyar ini menghadirkan interpretasi baru dari garis vertikal biru dan merah yang selama ini sangat identik dengan Barcelona. Ada inovasi berupa efek gradasi halus di bagian tengah jersey yang memberikan kesan lebih dinamis dan modern tanpa meninggalkan ciri khas Blaugrana. Tak heran jika jersey ini disebut sebagai salah satu yang paling menarik dari segi tampilan dalam beberapa tahun terakhir.

Media resmi Barcelona bahkan menekankan filosofi dibalik peluncuran seragam ini. Membentuk masa depan, kami adalah tim yang bersemangat dan haus akan tantangan. Kami di sini untuk menempa jalan, bukan sekedar mengikutinya.

Pernyataan ini mencerminkan tekad Barcelona yang tengah memasuki era baru bersama dengan pelatihan siflik sekaligus menegaskan bahwa seragam tidak hanya sekedar pakaian, melainkan simbol visi, semangat, dan identitas klub. Namun, euforia publik yang semula menyambut gembira kedatangan jersi baru itu seketika berubah menjadi perdebatan hangat. Pasalnya, Barcelona ternyata tidak diizinkan menggunakan tiga kostum anyar mereka pada laga-laga awal Liga musim ini.

Kejadian unik tersebut sudah terlihat sejak pekan perdana saat Barcelona bertandang ke markas Mallorca. Alih-alih menggunakan jersey musim baru, mereka justru turun ke lapangan dengan seragam ketiga musim 2024-2025 berwarna hijau limau yang sebenarnya sudah pensiun. Keputusan itu sempat membuat penggemar kebingungan.

Banyak yang bertanya-tanya mengapa tim sebesar Barcelona yang baru saja memperkenalkan seragam segar justru malah mengenakan kostum lama. Apalagi jersi hijau limau itu menyimpan kenangan yang kurang menyenangkan karena pernah dipakai dalam kekalahan pahit di semifinal Liga Champions musim sebelumnya. Akan tetapi, kali ini jersi tersebut tidak membawa sial.

Barcelona sukses meraih kemenangan dramatis 3-2 atas Mallorca berkat gol-gol dari Rapinha, Ferran Torres, dan bintang muda Lamine Yamal. Setelah ditelusuri lebih jauh, ternyata permasalahan ini bukan karena kelalaian klub, melainkan akibat aturan ketat dari penyelenggara kompetisi La Liga. Otoritas Liga menerapkan sistem bernama kit selektor, yaitu proses seleksi resmi untuk menentukan seragam mana yang boleh digunakan dalam setiap pertandingan.

Tujuannya sederhana, yaitu menghindari bentrokan warna yang bisa membingungkan wasit di lapangan dan mengganggu para penonton di televisi. Sayangnya, tiga kostum terbaru Barcelona musim 2025-2026 semuanya dianggap tidak lolos seleksi untuk lagam lawan Mallorca. Kombinasi warna pada jersey tersebut dinilai terlalu dekat atau menimbulkan benturan visual dengan seragam tuan rumah.

Situasi yang sama diperkirakan akan kembali terulang di pekan kedua saat Barcelona menghadapi Levante. Klub asal Katalan kemungkinan besar akan kembali memakai seragam hijau limau dari masa lalu yang kini dianggap sebagai jersey darurat. Bagi para penggemar, fenomena ini terasa cukup ironis.

Mereka yang sudah menantikan momen melihat tim kesayangan tampil dengan balutan kostum terbaru harus gigit jari karena aturan teknis. Diluar persoalan teknis, kisah ini sekaligus menyeroti betapa besar peran jersey dalam industri sepak bola modern. Jersey, bukan sekedar pakaian pemain di lapangan, melainkan identitas simbol sejarah dan produk komersial bernilai tinggi.

Bagi klub sebesar Barcelona, penjualan jersey merupakan salah satu sumber pemasukan utama yang mampu menopang keuangan mereka. Setiap musim, ratusan ribu lembar kostum laku terjual ke seluruh penjuru dunia menjadi bukti loyalitas sekaligus kebanggaan fans. Menariknya, jersey Barcelona termasuk dalam kategori termahal di Eropa.

Versi fans saja dibanderol 114,99 euro atau sekitar 2 juta rupiah. Sedangkan versi pemain yang menggunakan bahan lebih ringan dan teknologi berbeda dijual hingga 164,99 euro atau sekitar 2,9 juta rupiah. Dengan banderol setinggi itu, jersey Barcelona memecahkan rekor harga seragam sepak bola di benua biru.

Jika dibandingkan dengan rata-rata harga jersey klub La Liga lain, perbedaan tersebut terasa sangat mencolok. Berdasarkan laporan Harian AS, harga rata-rata jersey di La Liga musim 2025-2026 adalah sekitar 86,73 euro. Bila real, menjadi klub dengan harga jersey terendah yaitu hanya 68,9 euro.

Sementara itu, Barcelona bersama dengan Atletico Madrid, Real Madrid, Valencia dan Atletic Bilbao menempati posisi teratas dalam daftar team dengan harga jersey paling mahal di Spanyol. Fakta ini menggambarkan bagaimana nama besar, sejarah panjang dan daya tarik global Barcelona turut mempengaruhi nilai jual produknya. Fenomena jersey juga tidak bisa dilepaskan dari aspek emosional.

Bagis bagian besar penggemar, membeli dan mengenakan jersey resmi klub adalah bentuk dukungan nyata. Setiap desain baru seringkali memicu perdebatan. Ada yang memuji karena inovatif, ada pula yang mengkritik karena dianggap melenceng dari tradisi.

Dalam kasus Barcelona, efek gradasi mungkin memberi nuansa modern. Tetapi, larangan penggunaannya di awal musim justru membuat banyak fans merasa kehilangan momen bersejarah.

lion mesdon
Agustus 21, 2025
Tags: ,

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *