
Lensa Bola – Manchester United, membuka musim baru Premier League dengan penuh optimisme, setelah belanja besar-besaran lebih dari 200 juta pond sterling untuk mendatangkan pemain-pemain baru seperti Bryan Mbeumo, Mateus Cunha dan Benjamin Sesko. Kehadiran tiga nama baru itu, langsung terlihat dalam laga perdana melawan Arsenal di Old Trafford. Bryan Mbeumo berulang kali menusuk dari sisi kiri pertahanan lawan dengan kecepatan dan kelincahannya, sedangkan Mateus Cunha aktif mengancam di kotak penalti, sementara Sesko yang masuk di babak kedua menambah variasi serangan dengan posturnya yang tinggi dan permainan langsung.
Statistik pertandingan juga memperlihatkan dominasi mutlak United dengan penguasaan bola mencapai lebih dari 65 persen hingga satu jam jalannya laga. Namun, semua keunggulan itu buyar hanya karena satu titik lemah yang sudah lama menghentui setan merah yaitu posisi penjaga gawang. Andre Onana, yang musim lalu berkali-kali menjadi sorotan karena blunder fatalnya, kali ini tidak dimainkan.
Absennya kiper asal Cameroon itu langsung memunculkan spekulasi bahwa dirinya mulai tersingkir dari rencana Amorim. Sebagai gantinya, Amorim memberikan kesempatan kepada Altay Bayindir, kiper asal Turki yang selama ini jarang mendapatkan menit bermain. Namun, kesempatan itu justru berubah menjadi bencana.
Pada menit kelima belas, Bayindir gagal mengantisipasi dengan baik sebuah tendangan pojok dari Declan Rice. Alih-alih menangkap bola dengan tenang, tangkapannya lepas, dan bola memantul ke arah gawang sendiri. Situasi itu dengan cepat dimanfaatkan oleh Riccardo Calafiori yang berdiri bebas di depan gawang untuk menyerangkan bola.
Gol tunggal tersebut kemudian bertahan hingga peluit panjang berbunyi, memastikan kemenangan tipis Arsenal dengan skor 1-0. Ironisnya, Arsenal sendiri tidak tampil meyakinkan. Victor Gyokeres yang dipercaya menjadi ujung tombak, malah kesulitan menembus lini belakang United.
Sementara Bukayo Saka nyaris tidak memberikan kontribusi berarti sepanjang laga. Baru setelah masuknya ke Havertz, pemainan Arsenal sedikit lebih terorganisasi, tetapi tetap saja tidak mampu menguasai jalannya pertandingan. Justru keberuntungan dan kesalahan kiper lawan yang menjadi penentu hasil akhir.
Amorim pun mencoba membela Bayindir dalam konferensipers usai pertandingan. Menurutnya, dalam situasi sepak bojok, kontak fisik dengan pemain lawan memang sulit dihindari. Ia menilai keputusan Bayindir untuk mencoba menangkap bola sudah tepat, hanya saja ia didorong sehingga kehilangan keseimbangan.
Amorim bahkan mengingatkan publik bahwa Bayindir pernah tampil heroik musim lalu ketika menyelamatkan penalti saat melawan Arsenal. Meski demikian, penjelasan sang pelatih tidak mampu meredam kritik tajam dari para pendukung. Bagi fans United, sektor keeper sudah terlalu lama menjadi biang kerok kegagalan tim.
Blunder demi blunder terus berulang, entah dari Onana, Bayindir maupun Tom Hidden yang lebih sering berperan sebagai kiper ketiga karena faktor usia. Kondisi ini membuat publik menilai bahwa United saat ini memiliki tiga kiper, tetapi tidak ada satupun yang benar-benar bisa diandalkan. Onana terlalu sering membuat kesalahan mendasar meski unggul dalam distribusi bola, sedangkan Bayindir belum siap menghadapi tekanan laga besar.
Sementara Hidden sudah memasuki usia 39 tahun dan hanya dipandang sebagai cadangan darurat. Dengan komposisi seperti itu, tidak menghirankan jika banyak suara yang mendesak manajemen klub untuk segera mendatangkan penjaga gawang baru sebelum bursa transfer musim panas ditutup. Salah satu suara paling keras datang dari Gary Neville, legenda Manchester United yang kini menjadi pandit sepak bola.
Neville menegaskan bahwa memiliki kiper berkualitas adalah hal mutlak bagi tim yang ingin bersaing di level tertinggi. Ia mencontohkan era keemasan United yang diperkuat Peter Schmeichel dan Edwin van der Sar. Kedua sosok itu tidak hanya hebat dalam melakukan penyelamatan, tetapi juga memiliki karisma, kepemimpinan serta ketenangan yang menular kepada lini belakang.
Menurut Neville, United saat ini justru kehilangan figur seperti itu sehingga setiap kesalahan di bawah mistar membuat seluruh tim goyah. Ia pun menyebut dua nama yang ideal untuk didatangkan, yaitu Emiliano Martinez dari Aston Villa dan Gianluigi Donnarumma dari Paris Saint-Germain. Martinez dikenal dengan mental baja serta refleks yang luar biasa.
Momen heroiknya saat membantu Argentina menjuarai Piala Dunia 2022 masih segar dalam ingatan, terutama ketika ia menjadi penentu kemenangan di babak adu penalti melawan Prancis. Aston Villa kabarnya bersedia melepaskan kiper jika ada tawaran sekitar 40 juta pound sterling, jumlah yang menurut Neville sepadan dengan kualitas yang ditawarkan. Sementara Donnarumma, meski usianya masih 26 tahun, sudah berpengalaman di level tertinggi Eropa.
Ia membawa Italia juara Euro 2020 lewat penyelamatan di babak adu penalti dan meski sempat mengalami masa naik turun di PSG, statistiknya tetap impresif. Kondisinya di Paris juga sedang tidak menentu karena Luis Enrique disebut tidak memasukkannya dalam rencana jangka panjang. Situasi ini bisa dimanfaatkan United, meski kabarnya Manchester City juga tertarik sehingga persaingan bakal semakin ketat.
Selain dua nama tersebut, muncul pula opsi nostalgia dengan memulangkan David Dea. Mantan kiper andalan United ini meninggalkan Old Trafford 2 tahun lalu setelah kontraknya tidak diperpanjang. Ia bahkan sempat satu tahun tanpa klub sebelum akhirnya bergabung dengan Fiorentina.
Musim lalu, De Gea tampil sebanyak 42 kali dan membantulah Fiorentina finish di peringkat ke-6 Serie A. Penampilannya konsisten, penuh pengalaman dan menunjukkan bahwa dirinya belum habis. Namun, laporan dari jurnalis Italia Gianluca Di Marzio menyebut bahwa De Gea merasa bahagia di Fiorentina dan tidak berniat untuk pindah klub. Dengan usianya yang kini menginjak 34 tahun, peluang untuk kembali ke Old Trafford semakin kecil.
Permasalahan di posisi penjaga gawang sebenarnya lebih dari sekedar blunder. Dalam sepak bola modern, kiper dituntut untuk tidak hanya melakukan penyelamatan tetapi menjadi titik awal serangan. Distribusi bola, komunikasi dengan bek, hingga keberanian dalam duel udara adalah aspek yang penting.
Tanpa kiper yang mumpuni, kerja keras lini serang maupun pertahanan bisa hancur karena satu kesalahan elementer. Manchester United sudah berulang kali membuktikan hal ini. Mereka bisa bermain dominan, menciptakan banyak peluang tetapi tetap kalah akibat keteledoran di bawah Mr. Gawang.