Lensa Bola – Pertandingan antara Napoli dan Sporting CP pada match di kedua fase grup Liga Champions 2025-2026 menghadirkan drama yang syarat dengan emosi sekaligus menjadi panggung pembuktian seorang penyerang muda Rasmu Suhailun. Duel ini berlangsung di Stadion Diego Armando Maradona, Kamis 02.10.2025 dini hari waktu Indonesia Barat. Kedua tim datang dengan motivasi tinggi, yaitu sama-sama ingin mengamankan poin penting demi memperbaiki posisi mereka di kelas main sementara.

Napoli yang berstatus sebagai juara bertahan seri A, mengusung squad penuh bintang seperti Kevin De Bruyne, Scott McTominay, Matteo Politano, dan tentu saja Rasmu Suhailun sebagai ujung tombak. Sporting CP, di sisi lain, mengandalkan para pemain berbahaya seperti Trincao, Katamo, Fotis Ioannidis. Sejak peluit pertama dibunyikan, Napoli tampil agresif.

Atmosfer stadion yang penuh sesak oleh puluhan ribut divasi Partenopei, membuat tim asuhan Antonio Conte langsung menekan dengan intensitas tinggi. Sporting, dipaksa bertahan lebih dalam, hanya sesekali mencoba melancarkan serangan balik. Kevin De Bruyne, menjadi otak permainan dari Napoli, mengatur ritme dan melepaskan umpan-umpan berkelas ke lini depan.

Matteo Politano, yang bergerak di sisi kanan, beberapa kali mengancam gawang Rui Silva. Kebuntuan, akhirnya pecah pada menit ke-36 lewat skema serangan balik cepat yang dieksekusi sempurna. Berawal dari penguasaan bola De Bruyne di lini tengah, ia mengirimkan umpan terobosan mendatar yang membelah pertahanan Sporting CP.

Rasmus Hojlund yang bergerak cepat, lolos dari kawalan back lawan, lalu melepaskan tembakan mendatar akurat. Bola meluncur deras ke pojok gawang tanpa mampu dijangkau oleh Rui Silva. Stadion pun bergemuruh.

Goal itu, menjadi pembuka keunggulan Napoli sekaligus bukti bahwa Hoylun kembali menemukan ketajamannya di Eropa. Selebrasinya penuh emosi, seolah ingin membuktikan kepada Ruben Amorim yang merupakan mantan pelatih Sporting, sekaligus orang yang pernah mengesampingkannya di Manchester United, bahwa ia telah salah menilainya. Sporting mencoba merespon setelah tertinggal.

Mereka meningkatkan tempo permainan, namun rapatnya lini pertahanan Napoli membuat peluang berbahaya sulit tercipta. Hingga babak pertama usai, skor 1-0 untuk Napoli bertahan. Memasuki babak kedua, Sporting meningkatkan intensitas serangan.

Keberadaan Luis Javier Suárez di lini depan memberi mereka ketenangan dalam membangun serangan. Pada menit ke-6-1, momen krusial terjadi ketika Matteo Politano melakukan pelanggaran terhadap Araujo di kotak penalti. Wasit tanpa ragu menunjuk titik putih.

Suarez maju sebagai eksekutor, dan dengan pengalaman panjangnya, ia melepaskan tembakan mendatar ke arah kiri gawang. Keper Napoli Vanja Milinkovic-Safik sudah bergerak ke arah berlawanan. Skor pun berubah menjadi 1-1, dan pertandingan kembali terbuka.

Goal tersebut membuat Sporting kian bersemangat, sementara supporter Tuhan Rumah terdiam sesaat sebelum kembali bernyanyi untuk mendukung tim kesayangannya. Namun, Napoli memiliki Kevin De Bruyne yang kualitasnya menjadi pembeda. Pada menit ke-7-9, gelandang Belgia itu mengambil sepak pojok dengan umpan akurat ke dalam kotak penalti.

Hojlund yang cermat mencari ruang, berhasil lepas dari kawalan bek sporting, dan ia menyundul bola dengan keras, menaklukkan kiper Wi Silva untuk kedua kalinya di laga itu. Goal keduanya mengembalikan keunggulan Napoli menjadi 2-1. Stadion pun kembali bergemuruh, kali ini lebih keras dari sebelumnya.

Goal tersebut bukan hanya memastikan kemenangan Napoli, tetapi juga menjadikan Hojlund sebagai bintang lapangan dengan torehan brass yang menentukan. Cerita kemenangan ini semakin menarik jika dikaitkan dengan perjalanan karir Rasmus Hoj;und. Sebelum bergabung dengan Napoli, ia merupakan bagian dari Manchester United.

Klub asal Inggris itu merekrutnya dengan biaya mencapai Rp72 juta, angka fantastis yang membuat ekspektasi terhadapnya begitu tinggi. Namun, dua musim berseragam setan merah tidak berjalan sesuai harapan. Dari 95 laga yang dijalani, ia hanya mampu mencetak 26 gol.

Angka tersebut dinilai belum sepadan dengan harga yang dibayarkan oleh klub, apalagi performanya kerap naik turun dan dianggap belum matang menghadapi kerasnya Premier League. Kehadiran Benjamin Sesko di Old Trafford pada bursa transfer musim panas lalu semakin mempersempit peluangnya menjadi pilihan utama. Ruben Amorim, yang kala itu menangani Manchester United, berulang kali mencoret namanya dari skuad pertandingan.

Keputusan itu menimbulkan kekecewaan mendalam bagi Hojlund, apalagi ia sempat menolak tawaran pinjaman dari klub lain karena ingin membuktikan diri di Inggris. Akhirnya, Napoli datang dengan tawaran konkret berupa kesepakatan pinjaman yang disertai opsi kewajiban pembelian secara permanen tergantung posisi akhir klub di seri A musim ini. Kesempatan itu langsung disambut oleh Rasmus Hojlund.

Bagi dirinya, ini adalah momen untuk bangkit sekaligus keluar dari bayang-bayang kritik yang menghantamnya di Old Trafford. Bersama Antonio Conte, ia mendapatkan kepercayaan penuh untuk memimpin lini serang. Kepercayaan itulah yang membuatnya tampil lepas dan kembali menemukan sentuhan terbaik.

Gol demi gol mulai mengalir, termasuk pada laga debutnya di seri A di mana ia langsung mencatatkan namanya di papan skor dan membantu tim meraih kemenangan penting. Kemenangan Napoli atas Sporting CP seakan menjadi simbol pembuktian Rasmus Hojlund. Dalam wawancaranya dengan La Repubblica, ia mengungkapkan rasa nyamanya tinggal di Naples.

Menurutnya, kota itu memberinya stabilitas setelah karir mudanya sempat berpindah-pindah negara. Saya juga pernah bermain di Austria setelah meninggalkan Denmark saat masih kecil. Di usia 22 tahun, saya sudah mengantongi banyak pengalaman tapi sekarang saya ada di Napoli dan saya berencana untuk tetap di sini.

Ucapan itu mempertegas bahwa ia tidak lagi melihat masa depannya di Old Trafford melainkan di Napoli yang kini menjadi rumah barunya. Selain membahas masa depan, Hojlund juga menyinggung perbedaan atmosfer kompetisi antara seri A dan Premier League. Menurutnya, sepak bola Italia jauh lebih taktis dengan banyak duel satu lawan satu yang menuntut kecerdikan pemain dalam membaca permainan.

Sementara itu, Premier League menonjolkan tempo yang lebih cepat dengan pemain-pemain yang eksplosif, kuat dan penuh tenaga. Perbandingan tersebut mencerminkan bagaimana Hojlund semakin matang memahami variasi gaya bermain di berbagai liga top Eropa. Pengalaman ini menjadi modal penting bagi perkembangannya sebagai penyerang modern.

Bersama Napoli, Hojlund kini bukan hanya sekedar penyerang pelapis melainkan sosok sentral di lini depan. Kecepatan, postur tubuh yang ideal, serta naluri mencetak gol membuatnya menjadi ancaman konstan bagi pertahanan lawan. Di bawah asuhan Antonio Conte, ia tak hanya diposisikan sebagai targetman, tetapi juga diberi kebebasan untuk bergerak mencari ruang, membuka celah bagi rekan satu tim, dan memberikan variasi dalam skema serangan.

Kombinasi antara pengalaman pemain senior seperti De Bruyne dan potensi muda seperti Hojlund, menciptakan harmoni yang membuat Napoli kembali kompetitif di level tertinggi. Dengan tambahan 3 poin, untuk sementara, Napoli naik ke posisi 19 kelas men Liga Champions, sedangkan Sporting gagal meraih kemenangan kedua dan tertahan di posisi 14.

lion mesdon
Oktober 2, 2025
Tags: , , ,

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *