
Lensa Bola – Bintang Liga Inggris Mohamed Salah kembali menjadi sorotan tajam setelah performanya yang terus menurun bersama dengan Liverpool di awal musim 2025-2026. Pemain yang musim lalu menjadi aktor utama dalam keberhasilan Dred Smeraih gelar Premier League itu, kini justru tampil melempem dan seolah kehilangan sentuhan magisnya di lapangan. Padahal kontribusinya musim lalu sungguh luar biasa, Mohamed Salah mencetak 29 gol dan menyumbang 18 asisst di semua kompetisi, menorehkan sejumlah rekor pribadi serta menyapu bersih penghargaan individu di Inggris.
Mulai dari pemain terbaik versi PFA hingga top skor Liga, musim ini harapan besar kembali dipikul oleh Sang Raja Mesir, apalagi Liverpool mendatangkan sejumlah bintang baru berlabel mahal seperti Hugo Eketike dan Florian Wirtz untuk memperkuat sektor serangan. Namun, ekspektasi tinggi itu justru berbalik menjadi tekanan besar bagi Salah, yang performanya kini jauh di bawah standar yang ia tetapkan sendiri dalam beberapa tahun terakhir. Dalam laga terbaru Premier League melawan Manchester United, Salah bermain selama 85 menit tanpa meninggalkan kesan berarti.
Tidak satu pun dribble sukses dicatatkan, hanya memenangkan 3 dari 9 duel, 2 kali kehilangan bola, dan bahkan gagal memaksimalkan 1 peluang emas. Catatan tersebut memperpanjang rentetan negatifnya untuk pertama kalinya sejak datang ke Anfield pada 2017. Salah gagal mencetak goal non-penalty dalam 7 pertandingan Liga beruntun.
Goal terakhirnya dari open play terjadi 2 bulan lalu, dan satu-satunya goal yang ia hasilkan belakangan ini berasal dari titik putih ketika Liverpool menang TV 1-0 atas Burnley. Statistik musim ini menggambarkan penurunan tajam performa dari Mohamed Salah. Dalam 8 pertandingan Premier League, ia baru mencetak 2 goal dan 2 asisst.
Dari 8 upaya dribble yang dilakukan, hanya satu yang berhasil, sementara jumlah tembakan ke arah gawang juga mengalami penurunan signifikan dibanding musim-musim sebelumnya. Ketajaman di depan gawang, yang dulu menjadi senjata andalan Liverpool, kini seperti tumpul. Dampaknya terasa jelas, Liverpool menelan 3 kekalahan beruntun di Liga, dan turun ke peringkat ketiga kelas main sementara dengan 15 poin.
Mereka hanya unggul produktivitas goal dari Burnley yang mengekor di posisi keempat. Fenomena menurunya performa Salah tentu memunculkan berbagai spekulasi. Beberapa analis menilai, kepindahan pemain seperti Trent Alexander-Arnold dan Luis Dias menjadi salah satu penyebab utama.
Mengingat keduanya, memiliki kemisteri yang kuat dalam permainan Liverpool. Ada pula yang beranggapan, bahwa Salah masih beradaptasi dengan gaya bermain dan pola rotasi pemain baru Arne Slot, serta penyesuaian terhadap duet barunya di lini depan bersama Wirtz dan Eketike, yang hingga kini belum menemukan ritme ideal. Di sisi lain, muncul dugaan bahwa faktor usia juga mulai mempengaruhi kecepatan dan efektivitas Salah, yang kini telah menginjak usia 33 tahun.
Legenda Liverpool Jamie Carragher bahkan secara terbuka menyarankan agar manajer Arne Slot berani mengambil langkah tegas, dengan mencadangkan Salah untuk sementara waktu. Dalam wawancaranya dengan Sky Sport, Carragher menilai, sudah saatnya Salah tidak lagi menjadi jaminan starter di setiap pertandingan. Menurutnya, performa Salah kini tidak mencerminkan statusnya sebagai pemain bintang yang selalu diandalkan.
Dia terbiasa mendominasi area kotak penalti dan mencetak gol dengan mudah, namun kini segalanya tidak berjalan sebagaimana mestinya. Jika Salah dicadangkan, mungkin dia tidak akan menerimanya dengan baik, tapi sebagai pemain profesional, dia harus memahami situasinya. Saat ini dia tidak dalam posisi untuk mengeluh.
Saran Carragher mendapatkan beragam tanggapan dari publik dan pengamat sepak bola. Sebagian mendukung keputusan untuk memberi Salah waktu beristirahat agar bisa membalikkan fokus dan motivasinya, sementara sebagian lainnya menilai langkah itu bisa merusak harmoni tim mengingat pengaruh besar Salah di ruang ganti. Terlepas dari pro dan kontra, satu hal yang pasti, performa Salah telah menjadi isu serius yang mempengaruhi stabilitas permainan Liverpool di bawah Asuhan Slot.
Krisis performa Salah juga berdampak pada masa depannya di Anfield. Mantan bek legendaris Liverpool lainnya Mark Lawrenson memperkuat spekulasi bahwa klub mulai membuka opsi untuk melepas Salah sebelum kontraknya habis pada 2027. Lawrenson menilai performa Salah menurun sejak ia menandatangani kontrak baru dua tahun lalu.
Sebuah perjanjian yang membuatnya menjadi pemain dengan gaji tertinggi dalam sejarah klub, mencapai 400 ribu pound sterling per pekan. Menurutnya, sejak perpanjangan kontrak itu ditandatangani pada April 2024, Salah seolah kehilangan motivasi dan ketajamannya di depan gawang. Pernyataan Lawrenson sejalan dengan analisis jurnalis olahraga Inggris Graham Bailey.
Ia menyebut bahwa akhir dari era Salah di Liverpool tampaknya semakin dekat. Bailey menilai musim panas 2026 akan menjadi momen penting bagi klub untuk memutuskan apakah mempertahankan atau menjual Salah, mengingat kontraknya akan memasuki dua tahun terakhir. Dari perspektif bisnis, itu akan menjadi kesempatan terakhir Liverpool untuk mendapatkan nilai jual besar sebelum harga Salah anjlok akibat usia dan performa.
Dalam delapan tahun karirnya di Anfield, Salah sudah mencetak 248 gol dalam 412 penampilan dan memenangkan tujuh trofi bergengsi, termasuk Premier League, Liga Champions dan Piala Dunia antar klub. Ia juga telah mengukir namanya di jajaran legenda klub, sejajar dengan Kenny Dalglish, Ian Rush dan Steven Gerrard. Namun, sipak bola selalu menuntut konsistensi dan performa masa lalu tidak bisa dijadikan jaminan.
Kekalahan terbaru Liverpool dari Manchester United di Anfield semakin memperburuk situasi. Dalam laga tersebut, Salah nyaris tidak terlihat berkontribusi sementara Dredge kalah 1-2 dari rival bebu yutan mereka. Hasil itu menjadi kemenangan tandang pertama United di Anfield sejak 2016 dan sekaligus memperpanjang catatan buruk Liverpool yang kini kalah empat kali berturut-turut di semua ajang.
Rekor terburuk mereka sejak era Brendan Rodgers pada November 2014. Kondisi ini membuat tekanan terhadap Arne Slot meningkat drastis. Manager asal Belanda itu dihadapkan pada dua tantangan besar, mengembalikan kepercayaan diri tim dan menghidupkan kembali produktivitas Mohamed Salah.
Liverpool dijadwalkan menghadapi Eintracht Frankfurt dalam lanjutan Liga Champions pada pertengahan pekan Dan hasil buruk di laga tersebut bisa menandai performa terburuk klub dalam 72 tahun terakhir di kompetisi Eropa.






