Lensa Bola – Real Madrid, melakoni salah satu perjalanan terjauh dalam sejarah klub, saat bertandang ke markas Kairat Almaty wakil dari Kazakhstan pada match day kedua fase grup Liga Champions 2025-2026. Bermain di Ortalic Stadium, Los Blancos harus menempuh jarak hampir 7.000 km dari ibu kota Spanyol. Perjalanan panjang yang melelahkan itu, sempat menimbulkan kekhawatiran mengenai kebugaran dan fokus pemain.

Namun, semua keraguan terbayar lunas, setelah Real Madrid mampu tampil meyakinkan dan pulang dengan kemenangan besar. Bukan hanya tiga poin yang berhasil diraih, tetapi juga kepercayaan diri serta momentum yang semakin memperkokoh status mereka sebagai kandidat juara Liga Champions musim ini. Sejak awal Laga, Real Madrid tampil dengan formasi 4-2-3-1 yang menjadi salah satu skema andalan Xabi Alonso.

Pilihan Mbape, dipercaya sebagai ujung tombak, didukung oleh Vinicius Junior dan Arda Guler yang menyisir sisi sayap. Lini tengah, disiulai talenta muda Facundo Mastantuono yang mulai mendapatkan tempat reguler, sementara duet pivot memberikan keseimbangan di lini tengah. Namun, meski datang dengan status unggulan, Real Madrid langsung mendapatkan ancaman saat Laga baru berjalan 10 detik.

Kairat Almaty, melancarkan serangan kejutan melalui umpan direct dari lini belakang, dan striker muda mereka Dastan Satpaev, mampu menyundul bola di dalam kotak penalti. Beruntung bagi Madrid, Thibaut Courtois yang kembali menjadi pilihan utama di bawah Mister Gawang, memperlihatkan refleks sempurna dengan menepis bola dan mengamankan gawangnya. Setelah gempuran singkat itu, Madrid segera mengambil alih kendali permainan.

Dominasi penguasaan bola membuat Kairat lebih banyak bertahan di area sendiri. Pertahanan Kairat yang sempat tampil disiplin, akhirnya goyah di menit ke-25. Mastantuono, dilanggar Kalmuzad saat mencoba merebut bola di dalam kotak penalti.

Dan Wasit, tak ragu menuju titik putih. Pilihan Mbape yang bertugas sebagai eksekutor utama pun tampil dengan dingin. Dengan langkah mantap, ia melepaskan tembakan ke sisi kanan Gawang, sementara Kalmuzad terkecah melompat ke arah sebaliknya.

Goal itu membuka keunggulan Madrid sekaligus menambah rasa percaya diri dalam tim. Hingga babak pertama berakhir, skor 1-0 tetap bertahan meski Madrid terus melancarkan tekanan. Memasuki babak kedua, Real Madrid tampil lebih agresif dan langsung mengebrak.

Baru beberapa menit berjalan, Cortouis melancarkan umpan panjang yang ditujukan langsung ke lini depan. Mbape, dengan kecepatannya berhasil lepas dari jebakan offside dan berhadapan langsung dengan Kalmuzad. Dalam situasi satu lawan satu, penyerang Perancis itu menunjukkan kelasnya dengan melepaskan Cip Indah, yang membuat bola melambung manis melewati keeper sebelum bersarang ke dalam gawang.

Goal tersebut, bukan hanya menggandakan keunggulan Madrid, tetapi juga memperlihatkan betapa komplit kualitas yang dimiliki oleh Kylian Mbape. Seakan belum cukup, Mbape semakin menjadi memak menakutkan bagi pertahanan Kairat. Pada menit ke-7-3, ia sukses mencatatkan hat-trick.

Bermula dari kerja sama Apik di lini tengah, Arda Guler memberikan umpan pendek di tepi kotak penalti. Dengan kontrol bola yang sempurna, Mbape kemudian melepaskan tembakan keras ke pojok kiri gawang tanpa memberi kesempatan Kalmuza bereaksi. Hat-trick ini semakin menegaskan dominasinya di pertandingan, sekaligus membawa namanya ke puncak daftar pencetak gol terbanyak Liga Champions dengan torehan 5 gol.

Meski Mbape menjadi bintang utama, kemenangan Madrid juga ditopang kontribusi pemain lain. Pada menit ke-8-3, Eduardo Camavinga yang baru masuk sebagai pemain pengganti, sukses menambah penderitaan tuan rumah. Berawal dari umpan silang Matang Rodrigo, Camavinga melompat lebih tinggi dari penjaganya dan menyundul bola ke arah gawang, memperlebar keunggulan Madrid menjadi 4-0.

Tak berhenti di situ, Brahim Bias menutup festa gol dengan cara spektakuler di masa injury time. Pada menit ke-90-3, ia melepaskan tembakan keras dari luar kotak penalti yang menghujam deras gawang Kairat. Skor 5-0 bertahan hingga peluhit akhir dibunyikan, memastikan kemenangan telak real Madrid di markas lawan.

Hasil tersebut semakin mempertegas status Madrid sebagai kandidat kuat juara Liga Champions musim ini. Mbappe kini memimpin daftar top skor kompetisi dengan 5 gol, iya, unggul dari Harikan yang sudah mencetak 4 gol, serta Jonathan Burkat dengan 3 gol. Sejumlah penyerang top lain seperti Igor Paisao dari Marseille, Marcos Llorente dari Atletico, Lautaro Martinez dari Inter Milan, Marcus Rashford yang kini membela Barcelona, Marcus Turam, Francisco Teringkau hingga Dusan Vlahovic, masih berada di bawahnya dengan koleksi 2 gol.

Statistik ini menegaskan bahwa Mbappe bukan sekedar bintang di La Liga, melainkan juga dominator di pentas Eropa. Perjalanan Mbappe bersama Real Madrid sendiri penuh dengan dinamika. Musim lalu, pada debutnya di bawah asuhan Carlo Ancelotti, ia mencatatkan angka luar biasa dengan 42 gol di semua kompetisi, termasuk 31 gol di La Liga.

Catatan itu membuatnya memecahkan rekor gol terbanyak dalam musim debut pemain Madrid dan memenangkan sepatu emas Eropa. Bahkan, ia menjadi satu-satunya pemain Los Blancos yang mencetak gol di 7 kompetisi berbeda dalam 1 musim. Namun, statistik mentar yang tersebut tidak sepenuhnya membawa kebahagiaan.

Gaya bermain Mbappe kala itu dianggap terlalu individualis. Ia sering enggan menekan lawan, jarang memberikan asis, serta kerap menempati ruang yang semestinya diisi pemain lain. Madrid memang memiliki mesin gol, tetapi kehilangan keseimbangan sebagai sebuah tim.

Hasilnya, mereka finish kedua di La Liga, tersinggir lebih awal dari Liga Champions, dan menjalani musim tanpa satupun trofi besar. Kondisi ini turut memicu kepergian ancelotti dari kursi pelatih. Era baru dimulai saat Xabi Alonso dipercaya memimpin tim.

Alonso datang dengan pendekatan yang berbeda terhadap Kylian Mbappe. Ia tetap menjadikan sang striker sebagai pusat serangan, tetapi tidak memberikan kebebasan absolut. Sebaliknya, Mbappe diminta beradaptasi dengan berbagai peran sesuai dengan kebutuhan taktik.

Alonso menekankan pentingnya fleksibilitas dan kerja kolektif, sambil tetap menjaga agar insting mencetak gol sang pemain tetap terasah. Mbappe pun menunjukkan kematangan dengan menerima peran itu. Hubungan antara keduanya berkembang menjadi saling percaya.

Alonso yakin gol akan datang jika Mbappe disiplin menjalankan sistem, dan Mbappe pun percaya pada strategi Alonso. Hasilnya langsung terlihat nyata di awal musim. Mbappe sudah mencetak 10 gol hanya dalam 7 pertandingan di semua ajang, termasuk Brest melawan Levante dan Oviedo, serta Hattrick-Bilian melawan Kairat di Liga Champions.

Transformasi ini merubah citra Mbappe dari potensi masalah menjadi pemain yang tak tergantikan. Ia kini tak hanya menjadi mesin gol, tetap juga lebih sering terlibat dalam fase build-up, membuka ruang untuk finisius atau guler, dan bergerak lebih variatif di lini depan. Gaya main Madrid pun terlihat lebih kolektif tanpa kehilangan ketajaman.

Bagi klub sebesar Real Madrid, keseimbangan antara individu brilian dan kekuatan kolektif adalah kunci untuk meraih kejayaan. Dan saat ini, Alonso tampaknya berhasil menemukan formula tersebut. Kemenangan telak di Kazakhstan, juga memberi dampak signifikan bagi posisi Madrid di dalam grup.

Dengan dua kemenangan beruntun, mereka kini berada di jalur yang tepat untuk lolos ke babak 16 besar dengan status juara grup. Selain itu, kemenangan ini semakin mempertegas bahwa Los Blancos mampu tampil dominan meski menghadapi tantangan perjalanan jauh dan atmosfer stadion lawan yang penuh tekanan. Momentum positif ini jelas menjadi modal berharga, baik itu di Liga Champions maupun di kompetisi domestik.

Dengan skuad yang semakin solid, ditopang pemain muda berbakat dan dipimpin oleh sosok kilihan bapak yang tengah berada dalam performa terbaik, Madrid terlihat siap kembali menguasai Eropa.

lion mesdon
Oktober 1, 2025
Tags:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *