
Lensa Bola – Hasil undian fase grup Piala Dunia 2026 menjadi sorotan besar bagi publik sepak bola dunia, khususnya para pendukung timnas Inggris. Dalam acara drawing resmi yang digelar di John F. Kennedy Center, Washington, D.C. Sabtu 6 Desember 2025 waktu setempat, Inggris dipastikan tergabung di grup L bersama dengan Croatia, Ghana, dan Panama. Komposisi grup ini langsung mendapatkan label sebagai salah satu grup neraka, karena mempertemukan kekuatan dari tiga benua dengan karakter permainan yang sangat berbeda.
Inggris yang berstatus sebagai salah satu unggulan, memang masih dinilai memiliki peluang besar untuk lolos ke fase gugur. Namun, reaksi pelatih Thomas Tuchel justru menunjukkan kewaspadaan tinggi. Pelatih asal Jerman itu menyebut bahwa hasil undian itu jauh lebih berat dari yang ia perkirakan sebelumnya, mengingat kualitas dan pengalaman yang dimiliki oleh para calon lawan.
Dalam jadwal resmi yang dirilis oleh FIFA, Inggris akan mengawali fase grup dengan menghadapi Croatia pada Laga Pembuka. Pertandingan ini langsung menarik perhatian, karena menjadi ulangan semifinal piala dunia 2018 di Rusia, ketika Inggris harus menelan kekalahan pahit melalui perpanjangan waktu. Duel ini tak hanya bernilai tiga poin, melainkan juga syarat dengan muatan emosional dan psikologis bagi squad The Three Lions.
Setelah itu, Inggris dijadwalkan berhadapan dengan Ghana, tim yang dikenal memiliki kekuatan fisik, kecepatan serta mental bertanding yang tinggi. Ghana juga merupakan salah satu wakil Afrika yang paling konsisten tampil di piala dunia, dan kerap merepotkan tim-tim besar. Laga terakhir fase grup akan mempertemukan Inggris dengan Panama, wakil Amerika Tengah yang secara peringkat berada di bawah Inggris, tetapi memiliki potensi mengejutkan melalui permainan kolektif, disiplin tinggi dan semangat juang besar.
Dengan status sebagai tim berperingkat tertinggi di grup L, Inggris memang diprediksi publik akan melaju relatif mulus ke babak 32 besar. Namun, Tuhel secara tegas menolak anggapan tersebut, dan menilai seluruh lawan memiliki kualitas yang tidak boleh dipandang remeh. Tak lama setelah hasil undian diumumkan, Tuchel menyampaikan reaksinya secara resmi.
Ia menyebut grup L sebagai salah satu grup tersulit yang mungkin dihadapi Inggris di piala dunia kali ini. Menurutnya, laga pembuka melawan Kroasia sudah cukup untuk menggambarkan betapa beratnya tantangan yang menanti. Ia juga menyoroti Ghana sebagai tim yang selalu tampil dengan kebanggaan nasional dan kekuatan fisik yang luar biasa.
Mengenai Panama, Tuchel mengakui bahwa ia belum memiliki banyak informasi terkini, namun hal tersebut justru menjadi pekerjaan rumah besar bagi tim pelatih untuk melakukan analisis mendalam, sebelum nantinya turnamen resmi dimulai. Bagi Tuchel, tidak ada satupun lawan yang boleh diremehkan. Ia menegaskan bahwa pendekatan yang selalu ia terapkan di turnamen besar, adalah memberikan rasa hormat tertinggi kepada semua lawan dan menargetkan kemenangan di setiap pertandingan, terutama untuk mengamankan posisi puncak grup.
Di balik kewaspadaan tersebut, Tuchel mengusung misi yang jauh lebih besar, yaitu mengakhiri puasa gelar piala dunia Inggris yang telah berlangsung hampir selama 6 dekade. Terakhir kali Inggris merengkuh trofi paling prestisius itu terjadi pada tahun 1966. Sejak saat itu, berbagai generasi pemain telah datang dan pergi tanpa pernah berhasil mengulang kejayaan tersebut.
Bahkan, di level internasional secara keseluruhan, Inggris juga belum kembali merasakan gelar bergensi. Dalam beberapa tahun terakhir, prestasi terbaik mereka adalah menjadi runner-up piala Eropa 2020 dan 2024, dua final yang berakhir dengan kekecewaan. Oleh karena itu, Tuhel dibebani ekspektasi besar untuk mengubah sejarah dan membawa Inggris kembali ke puncak sepak bola dunia.
Tekanan tersebut memang tidak ringan, namun Tuhel datang dengan modal yang cukup menjanjikan. Sejak resmi menangani timnas Inggris, mantan pelatih Chelsea itu mencatatkan lima kemenangan dari enam pertandingan awal. Catatan tersebut memberikan sinyal positif bahwa proses adaptasi antara pelatih dan pemain berjalan dengan cukup baik.
Tidak hanya hasil, performa permainan Inggris juga dinilai mengalami peningkatan dalam hal organisasi pertahanan, transisi menyerang serta kedisiplinan taktik. Para pemain mulai menunjukkan pemahaman yang lebih baik terhadap filosofi permainan yang diterapkan Tuchel, terutama dalam hal intensitas pressing dan penguasaan ruang di lini tengah. Perkembangan ini menjadi fondasi penting bagi Inggris untuk menghadapi tantangan besar di Piala Dunia 2026.
Selain mempersiapkan tim dari sisi teknis dan taktik, Tuchel juga menunjukkan perhatian besar terhadap aspek non-teknis, terutama yang berkaitan dengan kondisi fisik dan kesehatan pemain. Salah satu rencana paling menarik dan tidak biasa yang ia siapkan, adalah menempatkan para pemain pelapis di ruang ganti bukan di bangku cadangan sepanjang berlangsungnya Piala Dunia 2026. Strategi ini bertujuan untuk melindungi para pemain dari dampak cuaca panas ekstrim yang diperkirakan akan terjadi selama turnamen.
Sebagaimana diketahui, Piala Dunia 2026 akan digelar pada musim panas di tiga negara sekaligus yaitu Amerika Serikat, Kanada dan Meksiko. Pengalaman dari Piala Dunia Antarklub 2025 menjadi pelajaran penting, ketika banyak pemain dan pelatih mengeluhkan suhu panas yang sangat menguras stamina dan berdampak langsung pada kualitas permainan di lapangan. Dalam kondisi tersebut, para pemain dinilai tidak mampu tampil maksimal, baik secara fisik maupun konsentrasi.
Tuchel memandang bahwa dengan menempatkan pemain cadangan di ruang ganti yang lebih sejuk, mereka bisa masuk ke lapangan dengan kondisi yang lebih segar saat dibutuhkan. Menurutnya, jika langkah tersebut terbukti dapat memberikan keuntungan kecil sekalipun, maka hal itu layak dipertimbangkan demi kepentingan tim. Seiring berjalannya waktu, Tuhel juga mengungkapkan bahwa kepercayaan dirinya terhadap peluang Inggris di Piala Dunia 2026 terus meningkat.
Ia menilai bahwa Hariken dan kawan-kawan menunjukkan perkembangan yang signifikan dibandingkan saat ia pertama kali mengambil alih kepemimpinan. Meski demikian, Tuhel tetap bersikeras realistis. Ia menegaskan bahwa Inggris akan datang dengan ambisi untuk menciptakan sesuatu yang spesial, tetapi sepak bola tetap menyimpan banyak faktor tak terduga yang tidak bisa dijaminin sepenuhnya.
Ia juga menyoroti ekspektasi besar publik Inggris terhadap tim nasional. Menurutnya, masyarakat tidak hanya menginginkan kemenangan semata, tetapi juga menuntut kerja keras, kekompakan dan semangat juang yang tercermin dalam setiap pertandingan. Bagi Tuchel, memenuhi ekspektasi tersebut sama pentingnya dengan mengejar hasil akhir.
Dari sisi regulasi turnamen, Inggris juga mendapatkan keuntungan dari sistem unggulan baru yang diterapkan dalam Piala Dunia 2026. Dengan status tersebut, Inggris dipastikan tidak akan bertemu tim-tim raksasa seperti Spanyol atau Argentina hingga babak semifinal, serta Perancis hingga partai final, dengan catatan masing-masing tim mampu menjuarai grup mereka. Keuntungan ini memberikan ruang strategis yang lebih luas bagi Tuhel untuk menyusun langkah jangka menengah.
Ia dapat memfokuskan energi tim terlebih dahulu untuk mengamankan fase grup dan babak-babak awal sebelum benar-benar menghadapi lawan-lawan terberat di fase penentuan. Meski demikian, Tuhel tetap menegaskan bahwa tidak ada pertandingan mudah di Piala Dunia terlepas dari status unggulan yang disandang sebuah tim. Optimisme terhadap peluang Inggris tidak hanya datang dari dalam tim, tetapi juga dari tokoh-tokoh besar sepak bola dunia.
Salah satu suara paling berpengaruh adalah Pep Guardiola, pelatih yang telah lama berkiprah di Inggris. Guardiola menilai, momen saat ini merupakan kesempatan ideal bagi timnas Inggris untuk melangkah lebih jauh di panggung dunia. Ia merujuk pada kegagalan tipis Inggris di final Euro 2020 dan 2024 sebagai bagian dari proses pendewasaan tim.
Menurutnya, pengalaman tersebut dapat menjadi modal penting untuk tampil lebih matang, lebih tenang, dan lebih siap dalam menghadapi tekanan besar di Piala Dunia. Ketika ditanya mengenai siapa kandidat juara, Guardiola menyebut bahwa biasanya selalu ada 4 atau 5 tim unggulan yang menjadi favorit. Namun, ia secara khusus menyatakan harapannya agar Inggris termasuk di dalamnya.
Gedekatannya dengan sepak bola Inggris, tempat ia bekerja selama bertahun-tahun, membuatnya memiliki ketertarikan emosional tersendiri. Ia berharap Tuhal dan seluruh elemen tim mampu mengambil satu langkah terakhir yang selama ini gagal dicapai, yaitu menjadi juara dunia.






