
Lensa Bola – Harapan tim Nasional Swedia untuk tampil di piala dunia 2026, kini berada di ujung tanduk setelah mereka belum sekalipun meraih kemenangan di babak kualifikasi zona Eropa. Kekalahan terbaru yang mereka alami dari Kosovo di Strawberry Arena selasa dini hari waktu Indonesia Barat, memperpanjang catatan buruk mereka menjadi empat laga tanpa kemenangan. Dalam pertandingan yang disaksikan ribuan pendukung sendiri itu, Swedia harus menelan kekalahan 0-1 dari tim tamu yang tampil penuh determinasi dan kedisiplinan.
Kekalahan ini tidak hanya menambah tekanan terhadap tim, tetapi juga semakin memojokkan posisi pelatih John Dal Thomasson yang kini menjadi sorotan utama media Swedia. Sejak awal laga, Swedia yang mengandalkan duet Gio Keres dan Alexander Isaak, sebenarnya tampil cukup agresif dengan dominasi penguasaan bola mencapai 60%. Dukungan penuh dari publik Gothenburg membuat para pemain bermain menekan sejak menit awal.
Harapan besar tertuju pada Alexander Isaak, penyerang andalan yang kini membela Liverpool. Isaak diharapkan bisa menjadi pembeda di laga ini, apalagi tiga gol internasional terakhirnya tercipta di kandang sendiri. Namun, segalanya tidak berjalan sesuai harapan.
Ketika tendangan sudut Yasin Ayari melayang ke arah Isaac, para supporter Swedia sudah bersiap menyambut gol. Akan tetapi, sudulan sang striker berhasil ditepis dengan sempurna oleh keeper Kosovo Arijanet Nurik yang tampil luar biasa di bawah Mr. Gawang. Setelah peluang emas itu gagal, kepercayaan diri Swedia mulai menurun.
Mereka memang menguasai jalannya pertandingan, tetapi tidak mampu menciptakan peluang berbahaya secara konsisten. Sebaliknya, Kosovo yang tampil sabar, justru mampu menekan lewat serangan balik cepat. Vindic Aslani menjadi ancaman utama bagi pertahanan Swedia.
Pada menit ke-25, gelandang muda itu melepaskan tembakan jarak jauh yang masih bisa diamankan oleh keeper Victor Johansen. Namun, tujuh menit kemudian, Aslani benar-benar menghukum kelengahan barisan pertahanan tuan rumah. Bola hasil kontrol yang gagal dari Valdin Hoxha jatuh tepat di kakinya dan ia tanpa ragu melepaskan tembakan keras yang menghujam gawang Johansen.
Kosovo unggul 1-0 dan membuat publik Gothenburg terdiam. Setelah tertinggal, Swedia mencoba merespon cepat dengan meningkatkan intensitas serangan. Tetapi, koordinasi lini depan tampak berantakan.
Alexander Isaac Dan Gyokeres, yang diharapkan menjadi tumpuan gol, justru tak mampu menunjukkan ketajaman. Kosovo bahkan hampir menambah keunggulan menjelang babak pertama usai. Fedad Miuriki, mendapatkan peluang emas setelah memanfaatkan bola muntah hasil tepisan dari Johansen.
Tetapi, sepakanya hanya membentur tiang gawang. Hingga turun minum, Swedia tetap tertinggal 1 gol dan masuk ke ruang ganti dengan wajah lesu. Di babak kedua, pelatih John Dal Thomasson melakukan 3 pergantian sekaligus demi mengubah jalannya pertandingan.
Anthony Elanga dimasukkan untuk menambah kecepatan serangan dari sisi sayap, sedangkan Roony Bardghji dimainkan untuk memberi variasi lini tengah. Pergantian itu sempat memberikan harapan ketika Elanga mampu melepaskan umpan silang akurat kepada Gyokeres. Namun, sundulan sang striker berhasil digagalkan oleh Arijanet Miurik.
Miurik kembali menjadi pahlawan bagi Kosovo setelah menggagalkan dua peluang beruntung dari Isaac dan Elanga. Bardghji juga sempat memberikan kontribusi penting lewat sepak pojok yang disambut sundulan Gustav Leijer-Bielke, tetapi bola hanya melenceng tipis dari gawang. Memasuki 10 menit terakhir, Swedia tampil semakin panik dan terburu-buru.
Serangan mereka kehilangan arah, sementara Kosovo bermain disiplin menjaga keunggulan. Elanga berkali-kali melepaskan umpan berbahaya ke kotak penalti, namun upaya Isaac selalu digagalkan oleh Miurik yang tampil luar biasa. Hingga peluit panjang berbunyi, skor 1-0 untuk Kosovo tak berubah.
Kemenangan ini menjadi catatan sejarah tersendiri bagi Kosovo, karena untuk pertama kalinya mereka mencatat dua kemenangan beruntung atas Swedia. Lebih dari itu, kemenangan tersebut menjaga asam mereka untuk lolos ke piala dunia pertama kali sebagai negara merdeka. Dengan tambahan tiga poin ini, Kosovo menempati posisi kedua klasmen sementara grup B dengan raihan tujuh poin dari empat laga.
Mereka hanya terpau tiga angka dari Swiss di puncak klasmen. Sebaliknya, Swedia terpuruk di dasar klasmen dengan satu poin. Mereka tertinggal sembilan poin dari pemuncak grup.
Situasi ini membuat peluang Swedia untuk lolos ke piala dunia 2026 semakin kecil. Kecuali terjadi perubahan besar di sisa laga. Kegagalan Swedia meraih kemenangan membuat sejumlah pemain menjadi surutan tajam media lokal.
Victor Gyokeres menjadi salah satu pemain yang paling dikritik karena dinilai tampil tanpa daya dan kehilangan ketajaman. Striker berusia 28 tahun itu belum mencetak satu pun gol dalam empat pertandingan kualifikasi. Performa buruknya di level internasional juga sejalan dengan apa yang terjadi di klub barunya Arsenal.
Sejak bergabung dengan The Gunners, Gyokeres juga gagal mencetak gol dalam enam pertandingan terakhir di semua kompetisi. Gol terakhirnya bahkan tercipta sebulan lalu, tepatnya pada 13 September 2025 saat menghadapi Nottingham Forest di Liga Inggris. Kritik tajam dari media Swedia, terutama dari Football Scandalen, menyoroti kegagalan Diokeres memanfaatkan peluang.
Swedia membutuhkan Diokeres dalam performa terbaiknya, tetapi ia gagal memanfaatkannya di momen krusial. Tulis keterangan dari media tersebut, selain Gyokeres, Alexander Isaac juga menjadi sasaran kritik keras. Penyerang yang baru saja memecahkan rekor transfer Premier League dengan nilai 125 juta pond sterling, saat pindah ke Liverpool dari Newcastle United itu, belum mampu menunjukkan performa yang sesuai dengan harganya.
Dalam tiga pertandingan kualifikasi terakhir, Isaac belum mencetak gol sama sekali. Di level klub pun situasinya tak jauh berbeda. Dalam enam penampilan bersama Liverpool musim ini, Isaac baru mencetak satu gol, padahal kedatangannya diharapkan bisa langsung memberikan dampak besar di lini depan The Reds.
Setelah kepergian beberapa pemain kunci, mantan pemain tim Nascotlandia, Dodd Hedgkinson, turut mengomentari penurunan performa Isaac. Ia menilai, masalah itu bukan hanya karena adaptasi di klub baru, melainkan juga akibat dari sikap sang pemain sendiri yang melakukan mogok latihan di Newcastle untuk memaksakan transfer ke Liverpool. Alexander Isaac seharusnya bersikap lebih profesional di musim panas ini, dan sekarang dia memegang akibatnya.
Dia seharusnya melihat gambaran yang lebih besar. Komentar itu menggambarkan bahwa kesalahan Isaac dalam bersikap kini berdampak langsung terhadap kebugaran dan performanya di lapangan. Kondisi Swedia yang terpuruk ini menimbulkan pertanyaan besar mengenai masa depan tim.
Publik dan media menilai bahwa tim nasional sedang kehilangan arah. Identitas permainan khas Swedia yang selama ini dikenal solid, disiplin dan efisien tampak menghilang. Regenerasi pemain juga tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Meski muncul beberapa nama muda berbakat seperti Anthony Elanga dan Ronnie Bargi, performa mereka masih belum stabil untuk mengangkat prestasi tim di level internasional. Para pemain seperti Victor Lindelof juga dinilai mulai kehilangan ketangguhan dan pengaruhnya di lapangan. Federasi Sipak Bula Swedia kabarnya mulai mempertimbangkan langkah tegas jika tera negatif ini tidak segera berakhir.
John Dalton Mason disebut-sebut dalam tekanan besar dan posisinya sebagai pelatih bisa saja digantikan jika Swedia kembali gagal menang di laga berikutnya. Publik Swedia yang selama ini dikenal setia, mulai menunjukkan tanda-tanda kehilangan kesabaran. Media dan pandit Sipak Bula di negara itu secara terbuka menuntut adanya evaluasi menyeluruh terhadap strategi tim dan kinerja staff kepelatian.