Lensa Bola – Timnas Malaysia kembali menunjukkan dominasinya pada lanjutan kualifikasi Piala Asia 2027 Group F. Setelah meraih kemenangan penting atas Nepal, bermain di Stadion Bukit Jalil, Kuala Lumpur, squad Harimau Malaya tampil cukup percaya diri meskipun harus puas dengan kemenangan tipis 1-0. Gol tunggal yang dicetak oleh Faisal Halim pada menit ke-5-6 menjadi pembeda dalam pertandingan tersebut dan memastikan Malaysia tetap berada di posisi teratas kelas main group. Dengan hasil ini, Malaysia mengoleksi 15 poin dari 5 laga yang seluruhnya mereka menangi, menjadikan mereka salah satu tim dengan performa paling konsisten dalam putaran kualifikasi kali ini.

Meskipun demikian, kemenangan Malaysia tak serta-merta memastikan kelolosan mereka ke putaran final Piala Asia 2027. Hal itu disebabkan oleh hasil positif yang diraih Vietnam dalam pertandingan lainnya di grup F. Vietnam tampil sebagai tim tamu di Stadion Nasional Laos Vientiane dan berhasil membawa pulang 3 poin setelah mengalahkan tuan rumah Laos dengan skor 2-0. Pertandingan tersebut tidak berjalan mudah bagi Vietnam.

Meski tampil dominan sejak awal, mereka kesulitan membongkar pertahanan rapat Laos dan harus puas mengakhiri babak pertama dengan skor imbang tanpa gol. Kebuntuan baru terpecahkan pada menit ke-6-8 ketika Vietnam memperoleh penalti yang dieksekusi dengan baik oleh Raphaelson. Gol kedua Vietnam hadir pada masa tambahan waktu babak kedua lewat tendangan Pantuan Hai yang memastikan kemenangan mereka.

Dengan hasil tersebut, Vietnam kini mengumpulkan 12 poin dari 5 pertandingan dan tetap menjaga asa untuk kelolos ke Piala Asia 2027. Kondisi ini membuat Malaysia belum bisa mengikuti jejak Indonesia yang sudah memastikan tiket lolos terlebih dahulu. Laga terakhir grup F antara Malaysia dan Vietnam diprediksi menjadi penentu meskipun Malaysia hanya membutuhkan hasil imbang untuk memastikan tempat di turnamen utama.

Namun, di tengah performa impresif di lapangan, situasi timnas Malaysia mendadak berubah rumit akibat skandal naturalisasi yang menjerat Federasi Sepak Bola Malaysia atau FAM. FIFA menjatuhkan sanksi berat setelah menemukan bahwa 7 pemain naturalisasi yang membela Malaysia ternyata tidak memenuhi syarat sebagai warga negara dan bahkan terbukti menggunakan dokumen palsu untuk memperoleh status keluarga negaraan. Para pemain yang dimaksud adalah Gabriel Palmero, Facundo Garces, Rodrigo Hulgado, Immanuel Makuka, João Figueiredo, Hector Havel dan John Irazabal.

Mereka sebelumnya menjadi bagian dari squad Malaysia pada sejumlah pertandingan kualifikasi. Investigasi FIFA yang tertuang dalam laporan setebal 63 halaman menunjukkan bahwa ketujuh pemain tersebut tidak memiliki garis keturunan Malaysia dan menggunakan dokumen ilegal dalam proses naturalisasi. Akibat temuan tersebut, FIFA menjatuhkan sanksi berupa denda kepada FAM sekitar 7,3 miliar rupiah.

Sementara itu, ketujuh pemain tersebut dilarang beraktivitas dalam dunia sepak bola selama 12 bulan serta dikenai denda masing-masing sebesar 41 juta rupiah. FAM sempat mengajukan banding ke FIFA dengan harapan sanksi tersebut bisa dianulir atau setidaknya dikurangi. Namun, banding itu ternyata ditolak.

Meski begitu, FAM tetap melanjutkan upaya hukum dengan membawa perkara ini ke Pengadilan Arbitrasi Olahraga atau CIS yang membuat situasi semakin memanas. Langkah FAM mengajukan banding ke CIS justru dianggap oleh sejumlah pihak sebagai tindakan nekat yang dapat memperburu keadaan. Media Lokalskup melaporkan bahwa FIFA berpotensi memberikan hukuman lebih berat karena menilai FAM seolah mempertanyakan kredibilitas lembaga sepak bola dunia tersebut.

Dalam pernyataan resminya, FIFA menegaskan bahwa mereka sebenarnya bisa menjatuhkan hukuman yang lebih berat jika tidak terikat oleh prinsip non-reformatio impejus dalam pasal 63.4 kododisiplin FIFA, yaitu aturan yang melarang pemberatan hukuman setelah banding diajukan. Meski demikian, ancaman hukuman tambahan masih terbuka jika muncul pelanggaran baru atau jika CIS mengkonfirmasi bahwa banding FAM tidak memiliki dasar hukum yang kuat. Salah satu bentuk hukuman yang paling ditakutkan adalah pencoretan Malaysia dari ajang kualifikasi Piala Asia 2027.

Ancaman ini muncul karena fakta bahwa tujuh pemain yang bermasalah itu telah tampil dalam sejumlah pertandingan resmi, termasuk kemenangan besar 4-0 Malaysia atas Vietnam.  Dalam catatan sejarah, hukuman seperti ini bukanlah hal baru. Pada 2016, Timor-Leste pernah dicorek dari kualifikasi Piala Asia setelah terbukti menggunakan pemain naturalisasi ilegal.

Sebanyak 29 pertandingan resmi mereka dianulir dan beberapa pejabat federasi dijatuhi larangan aktivitas selama tiga tahun. Situasi Malaysia kini berada pada jalur yang sama, bahkan berpotensi lebih berat, karena FIFA saat ini sudah mengambil alih secara langsung pengawasan terhadap kasus tersebut tanpa menunggu keputusan dari Konfederasi Sepak Bola Asia. Pada awalnya, FIFA sempat menyerahkan potensi sanksi tambahan kepada AFC.

Namun, setelah melihat perkembangan banding FAM, FIFA tampaknya siap memberikan keputusan final tanpa melalui pihak lain. Skandal ini tak hanya mengguncang FAM, tetapi juga mencoreng reputasi sepak bola Malaysia yang dalam beberapa tahun terakhir berusaha membangun kembali kejayaan di tingkat regional. Dampak dari skandal ini diperkirakan akan berlangsung panjang.

Jika Malaysia akhirnya dicoret dari kualifikasi, maka seluruh pencapaian mereka dalam lima pertandingan sebelumnya akan gugur. Klasmen grup F pun dipastikan berubah drastis dan memberi keuntungan besar bagi Vietnam. Hingga kini, FAM belum memberikan penjelasan rinci mengenai strategi mereka, jika banding ke CIS kembali ditolak.

Situasi ini membuat lagap penentuan melawan Vietnam berada dalam bayang-bayang ketidakpastian hukum. Jika Malaysia dilarang melanjutkan partisipasi, maka pertandingan tersebut tidak lagi memiliki arti kompetitif. Dan kelolosan otomatis bisa diberikan kepada Vietnam.

Sebaliknya, jika keputusan CIS atau FIFA baru keluar setelah pertandingan digelar, maka status laga tersebut tetap dapat berubah. Keseluruhan polemik ini menjadi gambaran bahwa sepak bola tidak hanya bertumpu pada performa di lapangan, tetapi juga pada tata kelola yang profesional dan transparan. Tederasi manapun yang mencoba mencari jalan pintas dengan melanggar aturan internasional, harus siap menanggung konsekuensinya.

Malaysia saat ini berada di persimpangan krusial antara ambisi besar untuk tampil di Piala Asia 2027 dan ancaman kehilangan seluruh pencapaian karena skandal administrasi. Bagaimanapun hasil akhirnya, kasus ini akan menjadi pembelajaran berharga bagi dunia sepak bola Asia bahwa integritas tidak dapat dinegosiasikan.

lion mesdon
November 21, 2025
Tags: ,

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *