Lensa Bola – Arsenal kembali menunjukkan kekuatan mereka sebagai salah satu kandidat juara Liga Champions musim 2025-2026. Menjamu raksasa Jerman Bayer Munchen di Etihad Stadium, Kamis dini hari waktu Indonesia Barat, Arsenal berhasil meraih kemenangan penting dengan skor 3-1. Pertandingan ini menarik perhatian publik sepak bola dunia, karena mempertemukan dua tim kuat yang sama-sama belum tersentuh kekalahan pada kompetisi Eropa musim ini.

Atmosfer stadion penuh tekanan dan antusiasme supporter mengiringi pertandingan, menambah tensi serta gengsi dua raksasa Eropa tersebut. Mikkel Arteta tampil dengan posisi terbaik yang dimilikinya. Di lini pertahanan, ia menurunkan jurian Timber dan William Saliba, yang dikenal kokoh serta mampu membaca alur serangan lawan dengan baik.

Di lini tengah, terdapat Lewis Kelly, serta gelandang pekerja Crush de Klandrais yang berperan vital dalam mengatur ritme permainan, sekaligus menjadi pemutus serangan Bayer Munchen. Sementara itu, kecepatan dan kreativitas Bukayosaka dipadukan dengan pergerakan Merino menjadi senjata utama Arsenal untuk membongkar lini pertahanan lawan. Bayer Munchen datang tanpa Luis Diaz yang masih menjalani hukuman kartu merah akibat insiden pada Lagas sebelumnya kontra PSG, namun pelatih Vincent Kompany tetap menurunkan squad ofensif dengan mengandalkan Michael Ollis, Serge Gnabry, Leonard Karl, serta penyerang syarat dengan pengalaman Harry Kane.

Sejak peluit awal dibunyikan, Bayer Munchen terlihat lebih agresif dalam menguasai bola. Selama 15 menit pertama, mereka mendominasi penguasaan, namun tidak mampu menciptakan peluang berbahaya. Arsenal bermain lebih sabar, menunggu waktu yang tepat untuk membalikan momentum.

Kesempatan itu akhirnya datang di menit ke-2 melalui skema bola mati. Dari situasi sepak pojok, jurian tim bermampu menanduk bola dengan tajam dan menghujam gawang Bayer Munchen. Emirates Stadium bergemuruh, momentum berada di pihak Arsenal.

Hanya 8 menit berselang, tim Asuan Arteta hampir menggandakan keunggulan ketika Ebereci Eze menunjukkan kreatifitasnya dengan melewati beberapa pemain Bayer Munchen, namun operanya tidak berhasil disambut Bukayosaka yang terlambat masuk ke ruang tembak. Bayer Munchen kemudian membalas melalui sebuah serangan cepat di menit ke-3-2. Serge Gnabry berhasil lepas dari jebakan offside dan mengirimkan umpan tarik ke tengah, di mana Leonard Karl berdiri bebas tanpa kawalan.

Penyelesaian Karl membuat skor kembali sama kuat 1-1 dan membuat tensi pertandingan meningkat. Tak lama kemudian, Arsenal mendapatkan kabar buruk saat Leandro Trossard harus meninggalkan lapangan akibat cadera. Arteta langsung melakukan penyesuaian taktik dengan memasukkan Noni Madueke sebagai pengganti.

Keputusan tersebut terbukti tepat karena Madueke kelak menjadi aktor penting kemenangan tim. Memasuki babak kedua, Arsenal bermain jauh lebih berani dan agresif. Peluang pertama datang dari kaki Bukayosaka yang melepaskan tembakan keras dari dalam kotak penalti, namun Manuel Neuer masih sigap menghalau bola.

Declan Rice juga mendapatkan kesempatan emas di menit ke-6-1 setelah mengirimkan bola matang di kotak penalti. Tetapi, tendangannya kembali digagalkan refleks luar biasa Manuel Neuer yang menggunakan kakinya untuk menutup ruang tembak. Arsenal tidak menyerah dan terus melancarkan tekanan, hingga akhirnya usaha mereka membuahkan hasil di menit ke-6-9.

Ricardo Calafiore mengirim umpan silang mendatar ke arah gawang Bayer Munchen dan Madueke berhasil berada tepat di posisi yang diinginkan untuk menyambar bola dan membuat skor menjadi 2-1. Goal kedua yang tercipta menggugah agresifitas Arsenal dan sebaliknya melemahkan moral Bayer Munchen. Puncak drama terjadi pada menit ke-7-7 ketika Manuel Neuer melakukan kesalahan fatal.

Keeper yang membawa Jerman menjuarai piala dunia 2014 tersebut terlalu berani keluar dari gawangnya untuk memotong serangan Arsenal, namun ia gagal mengontrol bola dengan baik. Gabriel Martinelli dengan cerdik memanfaatkannya melewati Neuer dan mengeksekusi bola ke gawang kosong. Goal tersebut tidak hanya menjadi pukulan telak bagi Bayer Munchen, tetapi juga memicu kegembiraan luar biasa bagi para pendukung Arsenal yang memadati Emirates Stadium.

Sampai pertandingan berakhir, Bayer Munchen tidak mampu bangkit dan harus menerima kenyataan pahit berupa kekalahan pertama mereka di Liga Champions musim ini. Skor 3-1 bertahan sekaligus menguatkan posisi Arsenal di puncak klasmen dengan 15 poin, sedangkan Bayer Munchen turun ke peringkat 4 dengan mengoleksi 12 angka. Pada pertandingan berikutnya, Arsenal akan bertandang ke markas Klub Brugge, sementara Bayer Munchen harus bersiap menjamu sporting cepe dalam upaya bangkit dari keterpurukan.

Kemenangan ini tak hanya menunjukkan superioritas Arsenal di Eropa, namun juga mencerminkan tren positif The Gunners di kompetisi domestik. Di Premier League, mereka tengah berada dalam periode emas. Pekan lalu, Arsenal menghajar Tottenham Hotspur 41 dalam derby London Utara, sebuah hasil yang memperlebar jarak mereka di puncak klasmen menjadi 6 poin.

Banyak analis sepak bola menilai bahwa musim ini Arsenal mungkin menjadi tim dengan squad paling lengkap di Inggris, bahkan lebih stabil dibandingkan Manchester City yang biasanya menguasai persaingan gelar. Yang menarik, kedalaman squad Arsenal terlihat jelas dalam laga kontraspurs. Mereka bermain tanpa beberapa pemain inti seperti Gabriel Magalhaes dan para penyerang utama, tetapi tetap tampil dominan.

Pierro Hinkapie, yang menjalani debut sebagai starter menggantikan Gabriel, tampil penuh dengan disiplin. Mikel Merino, yang bukan penyerang murni, juga tampil fleksibel sebagai ujung tombak darurat. Sementara Eberre Cieze, mencuri perhatian dengan mencetak hat-trick ketika mengisi peran yang biasa ditempati oleh Martin Odegaard.

Arsenal tetap menang dengan skor besar 4-1, meski kehilangan sejumlah pemain utama, sebuah bukti nyata bahwa kualitas kedalaman squad mereka jauh di atas rata-rata. Arsenal saat ini merupakan tim yang matang secara sistem dan mentalitas. Mikel Arteta mulai menangani klub sejak 2019, dan telah membangun struktur permainan yang stabil dan identitas taktik yang sudah mengakar pada para pemain.

Declan Rice bahkan menggambarkan bagaimana pola permainan Arsenal berjalan begitu otomatis, seperti memiliki remote control di kepala, karena strategi dan instruksi Arteta yang sudah tertanam kuat dalam setiap situasi pertandingan. Selain tajam dalam menyerang, musim ini Arsenal memperlihatkan pertahanan kolektif yang sulit ditembus. Mereka hanya kebobolan 2 gol dalam 9 pertandingan sebelum mengalahkan Bayern München.

Hal itu menunjukkan betapa kuatnya koordinasi defensif tim. Ketika Gabriel absen, Incapie mampu tampil solid tanpa mengurangi kualitas barisan belakang, dan Arteta pun menguji penampilan pemainnya yang dinilai tampil fantastis sejak menit pertama. Totalitas dalam menyerang, disiplin dalam bertahan, serta kedalaman sekuat yang merata menjadikan Arsenal bukan hanya kandidat kuat juara Premier League, tetapi juga ancaman besar di Liga Champions.

Kemenangan atas Bayern München menjadi bukti bahwa The Gunners kini bukan sekedar tim penuh talenta, tetapi tim yang matang, kompak dan mampu mengatasi tekanan besar. Musim masih panjang dan kompetisi masih ketat, namun jika stabilitas dan konsistensi performa ini dapat terus dijaga hingga akhir musim, maka tidak berlebihan bila publik mulai membayangkan trofi Liga Champions dan Premier League sekaligus masuk ke lemari prestasi Arsenal. Bahkan, tidak menutup kemungkinan mereka akan meraih treble winners.

lion mesdon
Desember 4, 2025
Tags:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *