
Lensa Bola – Match day keempat Liga Champions Eropa musim 2025-2026 menghadirkan serangkaian kejutan yang kembali menegaskan betapa kompetitifnya turnamen antar klub paling bergensi di benua biru. Di tengah dominasi tim-tim elit seperti Manchester City, Bayern München dan Arsenal, dua pertandingan pada kamis dini hari waktu Indonesia Barat menjadi sorotan utama. Klub asal Azerbaijan Qarabag FK berhasil menahan imbang Chelsea 2-2 di Baku, sementara Barcelona harus puas berbagi poin setelah duel dramatis melawan klub Brugge yang berakhir 3-1 di Belgia.
Dua hasil ini bukan hanya mengguncang peta persaingan kelas main fase Liga Champions 2025-2026, tetapi juga memperlihatkan bahwa status besar tidak selalu menjamin kemenangan mudah. Klub-klub yang dianggap underdog justru tampil dengan determinasi tinggi dan berani mengimbangi raksasa Eropa dengan permainan agresif serta disiplin taktik. Pertandingan antara Qarabag FK dan Chelsea, yang digelar di Tovik Bagramov Stadium, menjadi buktinya atas semangat juang luar biasa tim tuan rumah dalam menghadapi lawan sekelas Chelsea.
Pertandingan berjalan keras sejak awal dan diwarnai insiden cadera yang menimpa gelandang muda Chelsea-Romeo Lafayette pada menit ke-8. Cadera tersebut sedikit mengganggu ritme permainan The Blues, meski mereka sempat tampil dominan di menit-menit awal. Tim Asuhan Enzo Maresca memainkan kombinasi antara pemain muda dan senior dengan pola menyerang cepat.
Goal pertama Chelsea tercipta pada menit ke-16 lewat aksi Demilang Estefão Willian. Winger muda asal Brazil itu menentaskan kerjasama apik dengan Andri Santos melalui sepakan kaki kiri yang menembus gawang Mateusz Kosalki membuat skor berubah menjadi 1-0 untuk tim tamu. Namun keunggulan itu tidak bertahan lama.
Qarabag tampil berani dan memanfaatkan dukungan penuh dari para pendukungnya di stadion. Mereka menunjukkan organisasi permainan yang rapi dan keberanian menekan Chelsea di area pertahanan sendiri. Pada menit ke-9, Leandro Andrade menyemakan kedudukan setelah memanfaatkan bola muntah hasil tembakan rekannya yang membentur tiang.
Dengan sontekan cepat, Andrade menaklukan Robert Sanchez yang mengubah skor menjadi 1-1. Tak sampai di situ, Qarabag bahkan berhasil berbalik unggul 10 menit kemudian. Petakah datang bagi Chelsea ketika Jorel Hato melakukan handsball di area terlarang.
Wasit menunjuk titik putih dan Marko Jankovic yang menjadi eksekutor sukses menjalankan tugasnya dengan sempurna. Tembakannya ke sisi kanan Gawang, tak mampu diantisipasi Sanchez, membuat skor berubah menjadi 2-1 untuk tuan rumah dan bertahan hingga turun minum. Di babak ke-2, Mareska melakukan perubahan taktik dengan memasukkan Alejandro Garnacho dan Liam Delap untuk menambah daya gedor.
Pergantian ini pun langsung berdampak positif. Pada menit ke-5-2, Garnacho mencetak gol penyama kedudukan setelah menerima umpan terobosan dari Enzo Fernandez. Pemain muda asal Argentina itu berlari cepat melewati dua bek Karabak sebelum menaklukkan Kosalki dengan tembakan datar ke pojok Gawang.
Skor menjadi 2-2 dan membuat jalan nyalaga semakin terbuka. Chelsea terus mendominasi permainan dengan mengandalkan kombinasi Enzo, Delap dan Garnacho di lini depan. Beberapa peluang emas berhasil diciptakan, namun penyelesaian akhir yang kurang tenang membuat mereka gagal mencetak gol tambahan.
Sementara itu, Karabak tetap tampil disiplin dan tidak ragu melancarkan serangan balik cepat yang beberapa kali merepotkan pertahanan Chelsea. Hingga peluit panjang berbunyi, tidak ada gol tambahan yang tercipta. Skor 2-2 menjadi hasil akhir yang membuat Chelsea harus puas dengan satu poin dari lawatan ke Azerbaijan.
Hasil ini menahan The Blues di peringkat ke-10 klasmen sementara Liga Champions dengan tujuh poin dari empat lagak. Sementara Karabak juga mengumpulkan tujuh poin namun berada di peringkat ke-12 karena kalah selisih gol. Bagi Karabak, hasil ini terasa seperti kemenangan besar karena berhasil meredam klub sekelas Chelsea.
Sebaliknya, bagi Chelsea, hasil ini menjadi sinyal bahwa konsistensi masih menjadi pekerjaan rumah besar jika ingin bersaing di papan atas dan lolos langsung ke babak 16 besar. Sementara itu, di Belgia, duel antara Klub Brugge melawan Barcelona berlangsung dengan intensitas tinggi dan menghasilkan enam gol. Pertandingan yang digelar dian Bredel Stadion itu berakhir imbang 3-3 setelah kedua tim saling berbalas serangan sepanjang lagak.
Pertandingan dimulai dengan tempo tinggi ketika tuan rumah unggul cepat pada menit ke-6 lewat gol Nicolo Tresoldi yang memanfaatkan umpan dari Carlos Forbes. Keunggulan Brugge hanya bertahan dua menit karena Barcelona segera membalas melalui Ferran Torres yang menuntaskan sodoran Fermin Lopez dalam skema serangan balik cepat. Skor imbang 1-1 membuat pertandingan semakin terbuka.
Pada menit ke-15, Brugge kembali memimpin. Carlos Forbes, pemain muda asal Portugal yang tengah menanjak karirnya, mencatatkan namanya di papan skor setelah menuntaskan umpan dari Hans Venaken dengan sepakan keras. Barcelona mencoba merespon lewat Marcus Rashford dan Lamine Yamal.
Namun, beberapa peluang mereka mampu digagalkan oleh keeper Nordin Jackers hingga babak pertama berakhir, Brugge tetap unggul 2-1. Memasuki babak kedua, pelatihan Sivlik mencoba mengubah strategi dengan mendorong Lamine Yamal lebih ke depan untuk menambah daya serang. Perubahan ini langsung membuahkan hasil ketika Yamal melakukan aksi individu gemilang pada menit ke-6-1.
Ia menggiring bola melewati dua pemain Brugge dan menaklukkan Jackers dengan sontekan ringan untuk menyamakan kedudukan menjadi 2-2. Namun, kegembiraan Barcelona tak berlangsung lama. Dua menit berselang, Brugge kembali unggul 3-2 lewat gol kedua Carlos Forbes yang tampil sensasional malam itu.
Memanfaatkan umpan terobosan van Aeken, Forbes menembak dengan presisi ke gawang Wazir Shazni. Barcelona kemudian meningkatkan tekanan dan hasilnya mereka kembali menyamakan skor di menit ke-7-4 meski kali ini lewat gol bunuh diri Christos Solis. Salah mengantisipasi crossing Yamal dan bola justru masuk ke gawang sendiri.
Skor menjadi 3-3 dan lagapun kembali hidup. Di masa injury time, Brugge sempat mencetak gol kemenangan melalui Romeo Verman yang berhasil merebut bola dari Wazir Shazni. Namun, euforia tuan rumah langsung sirnah setelah VAR menganulir gol tersebut karena dianggap terjadi pelanggaran terhadap keeper Barcelona.
Skor imbang 3-3 pun bertahan hingga pluit akhir. Hasil ini membuat Barcelona tertahan di peringkat ke-11 klasmen sementara Liga Champions dengan 7 poin dari 4 laga. Sementara klub Brugge berada di posisi ke-2-2 dengan 4 poin.
Bagi Flick, hasil ini menunjukkan karakter kuat timnya untuk tidak menyerah meski sebelumnya tertinggal 2 kali. Namun, kebobolan 9 gol dari 4 pertandingan menjadi catatan negatif yang harus segera diperbaiki. Lini belakang Barcelona dinilai masih rapuh dan kerap kehilangan konsistensi saat menghadapi tekanan dari lawan yang bermain cepat.
Di sisi lain, Brugge layak mendapatkan pujian karena mampu menahan imbang tim sebesar Barcelona dan menunjukkan perkembangan signifikan dalam sepak bola Belgia di kancah Eropa. Dua hasil imbang yang didapat Chelsea dan Barcelona menjadi bukti bahwa Liga Champions tidak hanya tentang nama besar tetapi juga tentang semangat, disiplin dan keberanian. Qarabag FK dengan segala keterbatasannya mampu menahan klub sekelas Chelsea sementara klub Brugge menolak menyerah meski menghadapi Barcelona yang bertabur bintang.
Kedua laga ini menjadi simbol bahwa sepak bola masih menyimpan keindahan paling murni ketika yang tidak diunggulkan berani memimpin dan berjuang habis-habisan di lapangan. Liga Champions musim ini semakin menarik dan penuh kejutan mengingat perjalanan menuju babak gugur masih terbuka lebar bagi semua tim yang mampu menjaga konsistensi dan determinasi hingga akhir.






