
Lensa Bola – Keberhasilan Thomas Tuhel memimpin timnas Inggris kembali menjadi sorotan di ajang internasional. Selain mengantarkan The Three Lions ke piala dunia 2026, pelatih asal Jerman itu membawa Inggris mencatatkan dua rekor yang dinilai sangat sulit untuk disamai, bahkan mungkin mustahil untuk diulang dalam waktu dekat. Rekor ini tercipta pada laga terakhir grup K kualifikasi piala dunia 2026 zona Eropa ketika Inggris bertandang ke markas Albania pada Senin 17 November 2025.
Pertandingan tersebut berakhir dengan kemenangan meyakinkan 2-0 untuk Harry Kane dan kawan-kawan. Tampil sebagai tim unggulan, Inggris tidak bermain dengan kekuatan penuh sejak awal. Tuchel memberikan kesempatan bermain kepada sejumlah pemain yang selama ini jarang mendapatkan menit bermain.
Keputusan itu membuat permainan Inggris kurang efektif pada babak pertama. Kreativitas di lini tengah menurun, pergerakan lini depan tidak terlalu mengancam, dan beberapa peluang yang berhasil diciptakan gagal dimanfaatkan dengan baik. Albania yang tampil penuh determinasi di depan pendukungnya, mampu memberikan tekanan yang cukup signifikan, sehingga Inggris kesulitan menemukan ritme permainan terbaik mereka.
Namun, segalanya berubah ketika memasuki babak kedua. Thomas Tuchel mengambil langkah penting dengan memasukkan beberapa pemain inti seperti Bukayo Saka, Phil Foden, dan Marcus Rashford. Perubahan ini langsung memberi pengaruh besar terhadap kualitas permainan Inggris.
Tekanan kelini pertahanan Albania meningkat drastis, aliran bola menjadi lebih cepat dan terstruktur, serta tercipta lebih banyak ruang bagi para pemain untuk membangun serangan. Inggris mulai menguasai jalannya pertandingan, dan menunjukkan identitas permainan yang selama ini menjadi ciri khas mereka di bawah kepemimpinan Thomas Tuhel. Agresif, sabar, dan taktis.
Hari Kane menjadi tokoh utama dalam perubahan tersebut. Penyerang sekaligus kapten tim itu mencetak dua gol penting pada menit ke-7-4 dan ke-8-2. Gol-gol ini tidak hanya memastikan kemenangan bagi Inggris, tetapi juga mencerminkan kualitas finishing yang menjadi keunggulan Kane selama bertahun-tahun.
Dengan dua gol itu, Inggris menutup pertandingan dengan skor 2-0, dan memastikan catatan sempurna dalam pertandingan terakhir kualifikasi. Kemenangan atas Albania membawa Inggris memecahkan dua rekor yang sangat berarti. Rekor pertama adalah keberhasilan mencatatkan 11 kemenangan beruntun di pertandingan resmi atau kompetitif.
Diretan kemenangan ini dimulai sejak laga melawan Yunani pada ajang UFA Nation League pada November 2024. Walaupun Inggris sempat menelan kekalahan dari Senegal pada Juni 2025, kekalahan tersebut tidak mempengaruhi catatan kemenangan beruntun, karena pertandingan itu hanya berstatus uji coba. Dengan demikian, Inggris mencatatkan 11 kemenangan beruntun di laga resmi untuk pertama kalinya dalam sejarah mereka.
Pencapaian ini menegaskan konsistensi performa Inggris, dan membuktikan bahwa mereka mampu tampil dominan di berbagai kompetisi secara berkelanjutan. Rekor kedua yang mereka pecahkan bahkan lebih sulit dipercaya. Inggris mengakhiri kualifikasi Piala Dunia 2026 dengan 8 kemenangan dari 8 pertandingan, mencetak total 22 gol tanpa kebobolan satupun.
Prestasi seperti ini sangat jarang terjadi dalam sejarah sepak bola internasional. Sebelumnya, hanya Yugoslavia pada tahun 1954 yang berhasil menyelesaikan kualifikasi tanpa kebobolan. Tetapi, Yugoslavia hanya menjalani 4 pertandingan saat itu.
Inggris di era modern, dengan tingkat kompetisi yang jauh lebih tinggi dan kualitas lawan yang lebih merata, mampu mempertahankan gawang yang tetap steril dalam 8 pertandingan sekaligus. Hal ini diprediksi para analis akan sangat sulit, bahkan nyaris mustahil untuk disamai oleh negara lain dalam waktu dekat. Di masa kini, hampir semua tim memiliki pemain-pemain yang kompetitif.
Sehingga, menjaga gawang tetap bersih dalam jumlah pertandingan sebanyak itu merupakan pencapaian yang luar biasa. Kekuatan Inggris tidak hanya berasal dari lini serang mereka yang tajam, tetapi juga dari soliditas lini pertahanan. Dengan kombinasi pemain seperti John Stoones, Rhys James dan Jordan Pickford di posisi keeper, Inggris mampu mempertahankan struktur bertahan yang rapi dan disiplin.
Keberhasilan mempertahankan gawang tanpa kebobolan juga menunjukkan betapa efektifnya sistem yang diterapkan Thomas Tuchel. Ia dikenal sebagai pelatih yang sangat detail dalam mengatur transisi, pressing serta penguasaan ruang, dan semua itu terlihat jelas dalam perjalanan Inggris panjang kualifikasi. Usai laga, Thomas Tuchel menyampaikan bahwa pertandingan melawan Albania tidak sepenuhnya berjalan mulus.
Menurutnya, ada beberapa momen di mana tim kehilangan kendali dan harus menghadapi tekanan yang cukup berat dari tim tuan rumah. Namun, ia memuji para pemainnya yang tetap tenang dan mampu mengeksekusi rencana permainan dengan baik. Ia mengatakan bahwa timnya berhasil melewati situasi sulit, mengendalikan atmosfer pertandingan, dan pada akhirnya memecah kebuntuan melalui gol dari situasi bola mati.
Gol tersebut kemudian membuka jalan bagi kemenangan dan membuat Inggris mampu menyelesaikan pertandingan dengan percaya diri. Sementara itu, Hurricane memberikan pandangan menarik mengenai kekuatan squad Inggris saat ini. Kapten Dutri Lyon tersebut menyatakan bahwa squad yang dimiliki Inggris saat ini adalah yang terbaik dalam sejarah modern mereka.
Ia percaya Inggris memiliki kedalaman squad yang sangat kuat di semua lini, mulai dari pemain inti hingga para pemain pengganti yang kualitasnya tidak jauh berbeda. Menurut Hurricane, keberadaan pemain-pemain berkualitas tinggi seperti Bellingham, Foden, Saka, Rashford, Rice dan banyak lainnya membuat Inggris menjadi favorit juara piala dunia 2026. Hurricane mengaku tidak keberatan dengan status tersebut.
Bagi dirinya, predikat sebagai favorit justru merupakan motivasi tambahan. Ia menegaskan bahwa Inggris sudah terbiasa memikul ekspektasi dalam berbagai turnamen besar beberapa tahun terakhir. Namun kali ini menurutnya ada perbedaan besar dalam kualitas squad serta kedewasaan permainan yang mereka tunjukkan.
Inggris tidak hanya mengadalkan bakat individu tetapi juga kekompakan dan pemahaman taktis yang matang. Semua ini menjadi model besar menuju piala dunia. Inggris sendiri sudah sangat lama tidak meraih gelar mayor.
Gelar piala dunia 1966 merupakan satu-satunya trofi besar yang pernah mereka raih dan kini telah berjarak hampir 6 dekade. Beberapa generasi pemain berbakat datang dan pergi tetapi trofi tetap terasa jauh dari genggaman. Namun dengan performa yang sangat konsisten, kekuatan squad yang merata dan pengaruh positif Thomas Tuchel, banyak pihak menilai Inggris kini berada pada momentum terbaik mereka dalam beberapa dekade terakhir.
Kombinasi antara talenta muda dan berpengalaman para pemain senior, menjadikan Inggris sebagai salah satu tim paling komplit di dunia saat ini. Dalam setiap pertandingan, mereka menunjukkan kemampuan adaptasi, kedewasaan serta karakter kuat yang menjadi ciri tim juara. Kualitas ini terlihat jelas dalam pencapaian dua rekor penting yang berhasil mereka raih serta penampilan impresif sepanjang kualifikasi.
Semua hal tersebut bukan hanya memberi kebanggaan bagi publik Inggris, tetapi juga meningkatkan harapan bahwa The Three Lions akhirnya dapat mengakhiri puasa gelar panjang mereka pada gelaran piala dunia 2026.






