Lensa Bola – Skotlandia, akhirnya mengakhiri penantian selama 28 tahun untuk kembali tampil di Piala Dunia, setelah meraih kemenangan dramatis 4-2 atas Denmark pada laga terakhir Grup C Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Eropa. Pertandingan yang digelar pada selasa malam waktu setempat itu, menjadi salah satu momen paling emosional dan bersejarah bagi Tartan Army. Dalam atmosfer stadion yang penuh tekanan, dengan sorakan menggemas panjang pertandingan, tim Asuhan Steve Clark memastikan diri lolos otomatis ke Piala Dunia untuk pertama kalinya sejak 1998, mengakhiri hampir 3 dekade penuh kegelisahan, harapan dan kegagalan yang terus membayangi.

Pertandingan dimulai dengan intensitas tinggi, karena kedua tim sama-sama membutuhkan hasil positif. Skotlandia wajib menang untuk mengunci tiket otomatis, sementara Denmark masih berpeluang merebut posisi puncak klasmen. Hanya dalam 3 menit, Skotlandia mendapatkan momentum emas yang mengubah arah pertandingan.

Scott McTominay, belandang berusia 28 tahun yang tengah berada dalam periode terbaik karirnya, mencetak gol spektakuler melalui tendangan salto, memanfaatkan umpan silang melengkung dari Ben Ganondoak. Moment itu membuat seluruh stadion meledak dalam sorakan Aksi akrobatik Scott McTominay seolah melampaui batas gravitasi ketika ia meloncat tinggi dan melepaskan tendangan yang membuat Kasper Schmeichel hanya bisa terpaku.

Gol ini semakin memperkuat reputasi Scott McTominay yang sebelumnya telah masuk nominasi Ballon d’Or. Menjadikannya, pemain Skotlandia pertama sejak 1987 yang meraih kehormatan tersebut. Bagi para fans, gol ini bukan sekedar pembuka skor, melainkan simbol kebangkitan dan harapan baru.

Namun, Denmark yang dikenal memiliki mentalitas kuat dan kualitas permainan solid tidak tinggal diam. Mereka langsung meningkatkan tempo dan menyerang balik pertahanan Skotlandia. Peluang demi peluang tercipta.

Salah satunya ketika Rasmu Suheilun lolos 1 lawan 1 dengan keeper veteran Craig Gordon. Beruntung bagi Skotlandia, tembakan Suheilun masih bisa diblock dan kemudian dianulir oleh bedera offside. Perlahan, Denmark menguasai bola dan menekan Skotlandia, terutama setelah Gannon Doak ditarik keluar karena cadera hamstring.

Kehilangan pemain sayap cepat ini menghapus salah satu ancaman utama Skotlandia dalam transisi dan membuat permainan mereka lebih bertahan. Tekanan Denmark terlihat dari dominasi 79 persen penguasaan bola pada babak pertama meski belum mampu menyamakan kedudukan. Beberapa peluang, termasuk sundulan Suheilun di tiang dekat melenceng tipis.

Skotlandia bertahan dengan disiplin, namun jelas bahwa keunggulan 1 goal bukanlah jaminan aman. Babak kedua berlangsung dengan tensi yang bahkan lebih tinggi. Denmark memulai dengan agresifitas luar biasa, memaksa Gordon melakukan penyelamatan krusial.

Namun, pada menit kelima tujuh, kesalahan Andy Robertson membuka peluang yang selama ini ditakutkan oleh Skotlandia. Robertson melakukan pelanggaran terhadap Gustav Isaksen tepat di garis kotak penalti. Wasit Zaymon Markiniak membutuhkan waktu lama untuk meninjau insiden tersebut melalui VAR sebelum akhirnya memberi penalti untuk Denmark.

Suheilun mengeksekusinya dengan tenang dan membuat skor imbang 1-1, situasi yang kembali menekan mental para pemain dan supporter Skotlandia. Pada momen ini, beberapa pendukung tampak menahan nafas, menyadari bahwa hasil imbang akan memaksa mereka melalui jalur playoff, sesuatu yang ingin mereka hindari setelah perjalanan kualifikasi yang penuh gejolak. Namun, dinamika pertandingan berubah drastis hanya 4 menit kemudian.

Rasmus Christensen, yang sebelumnya mendapatkan kartu kuning, melakukan pelanggaran keras terhadap John McGinn. Wasid mengeluarkan kartu kuning kedua, membuat Denmark harus bermain dengan 10 pemain. Keunggulan jumlah pemain ini memberi energi baru bagi Skotlandia.

Serangan demi serangan pun mulai dibangun dengan lebih terstruktur. Pada menit ke-7-8, Skotlandia berhasil memanfaatkan situasi bola mati, ketika Lauren Sankland mencetak gol melalui sundulan keras memanfaatkan sepak pojok Lewis Ferguson. Gol ini mengembalikan keunggulan Skotlandia menjadi 2-1 dan kembali memicu ledakan Euphoria di tribun.

Namun, laga jauh dari kata selesai. Hanya 3 menit setelah Sankland mencetak gol, Denmark kembali menyamakan kedudukan melalui Patrick Dorgo. Bola liar yang gagal dihalau dengan baik oleh lini belakang Skotlandia, dimanfaatkan Dorgo dengan tendangan cepat yang menembus Gawang Gordon.

Skor berubah menjadi 2-2 dan kembali menempatkan Skotlandia dalam ketidakpastian. Pada titik ini, Denmark kembali memimpin klasmen sementara, dan para pendukung Skotlandia kembali dihantui rasa takut, bahwa malam yang penuh harapan ini bisa berubah menjadi kekecewaan mendalam. Drama sesungguhnya justru terjadi di masa tambahan waktu.

Ketika waktu menunjukkan menit ke 90 plus 3, Skotlandia mendapatkan momen yang mengubah segalanya. Bola ribon di dalam kotak penalti Denmark jatuh di kaki kieran Tierney, dan dengan ketenangan luar biasa di tengah kekacauan, Tierney melepaskan tembakan kaki kiri yang tak terjangkau oleh Schmeichel. Gol tersebut membuat Skotlandia unggul 3-2, dan seketika mengangkat kembali atap Hampden Park oleh sorakan puluhan ribu supporter.

Namun, euforia itu belum benar-benar selesai. Pada menit ke 90 plus 8, giliran Kenny McLean yang mencetak gol keempat untuk Skotlandia, melalui tembakan jarak jauh dari tengah lapangan, yang memastikan kemenangan 4-2 yang tidak hanya memulihkan posisi mereka di puncak last man, tetapi juga memateri tempat mereka di piala dunia 2026. Kemenangan ini menjadi puncak dari perjalanan yang penuh naik turun bagi Skotlandia di sepanjang kualifikasi.

Mereka sempat mengalami beberapa hasil mengecewakan, dan harus bergantung pada hasil dari pertandingan lain untuk menjaga asa hidup. Penampilan gemilang Skotlandia ini sekaligus menandai kebangkitan sepak bola nasional mereka di bawah kepemimpinan Steve Clark. Ia menjadi pelatih pertama sejak mendiang Craig Brown, yang mampu membawa tim ini ke putaran final piala dunia.

Steve Clark mengambil alih tim dalam kondisi yang tidak stabil, namun perlahan membangun kerangka permainan yang solid, meningkatkan mentalitas para pemain, dan menciptakan squad yang mampu bersaing dengan tim-tim besar Eropa. Tiket piala dunia 2026 ini menjadi bukti nyata dari kerja kerasnya. Kini, para pemain Skotlandia memiliki kesempatan untuk mencatatkan nama mereka ke dalam sejarah sebagai generasi yang membawa bangsa kembali ke panggung sepak bola terbesar dunia.

Malam itu, Hamden Park menjadi saksi bagaimana sepak bola dapat mempersatukan sebuah bangsa. Lagu Flower of Skotland bergema begitu kuat seakan menjadi dorongan energi bagi para pemain. Para supporter yang memadati stadion larut dalam emosi, ada yang berteriak, ada yang menangis, ada pula yang saling berpelukan.

Keberhasilan yang diraih dengan usaha keras, drama tanpa henti, dan semangat pantang menyerah ini menjadi bagian penting dari identitas sepak bola Skotlandia. Setelah 28 tahun menunggu, mereka akhirnya kembali ke piala dunia. Cara mereka mencapainya membuat momen ini terasa jauh lebih indah dan layak dikenang oleh generasi mendatang.

lion mesdon
November 19, 2025
Tags:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *